Bangga Budaya! Ubaya Nonton Bareng Potehi laurentiusivan September 27, 2023

Bangga Budaya! Ubaya Nonton Bareng Potehi

“Tak Wayang Maka Tak Sayang,
Tak Sayang, Wayang Melayang”

Yayasan Universitas Surabaya (Ubaya) menyelenggarakan nonton bareng film dokumenter Potehi . Menghadirkan sosok utama dalam pembuatan film Potehi, yaitu Dwi Woro Retno Mastuti atau yang biasa disapa Woro sebagai produser sekaligus peneliti. Antusias puluhan mahasiswa yang menonton langsung film dokumenter tersebut ditemani pula oleh Anton Prijatno, S.H., selaku Ketua Yayasan Ubaya dan Dr. Benny Lianto, selaku Rektor Ubaya beserta jajarannya. 

Anton Prijatno, S.H., mewakili Yayasan Ubaya memberikan sumbangsih serta cinderamata untuk Sanggar Rumah Cinwa. Hal tersebut diberikan sebagai bentuk dukungan Ubaya terhadap keberlanjutan budaya yang dikembangkan oleh Rumah Cinwa melalui karya-karya Potehi . Dukungan tersebut “satu visi dengan Ubaya untuk mengembangkan landasan Bhinneka Tunggal Ika,” ungkap Anton yang sejak kecil telah menyukai kesenian Potehi .

“Jika ingin mengalahkan suatu negara tidak perlu dengan senjata dan prajurit yang luar biasa, tetapi, runtuhkan minat anak muda terhadap budayanya,” tutur Benny membagikan sebuah kutipan dalam sambutannya.  Mewakili Rumah Cinwa (Cinta Wayang) sebagai sanggar budaya wayang Potehi di Indonesia, Woro memperkenalkan film dokumenter Potehi  di Ubaya. “Suatu kehormatan bisa menampilkan wayang melalui visual art di Ubaya,” ungkapnya. Perjalanan Woro tidaklah mudah, beberapa negara telah ia kunjungi untuk menyempurnakan penelitiannya. Hingga akhirnya Woro mampu menghasilkan film dokumenter Potehi yang telah disaksikan oleh banyak orang. Menariknya, naskah pertama film ini ditulis di Ubaya Training Center, Kampus III Ubaya, Trawas. 

Film Dokumenter Potehi  menjadi sebuah film tentang bentuk pengabdian hidup manusia di bidang seni. Keseluruhan cerita perjalanan penelitian Woro pada film ini diangkat dari perspektif wayang Potehi  dengan karakternya sendiri. Pembuatan film ini bertujuan agar kelak akan ada manfaat maupun hikmat bagi bangsa dan negara. “Kita juga harus peduli dengan kesenian ini, kesenian ini tidak akan bisa berlanjut tanpa dukungan dari generasi muda,” ajak Woro. Setiap seni memiliki sifat universal dan selalu berkaitan dengan filsafat kehidupan sehari-hari.

Wayang Potehi  merupakan budaya wayang yang dibawa oleh perantau dari Tiongkok dan kian menyebar di Nusantara bahkan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia. Seni pertunjukan wayang Potehi memanfaatkan boneka tradisional asal Cina Selatan. Dimana Potehi  berasal dari kata “Pou” yang artinya kain, “Te” artinya kantong, dan “Hi” berarti wayang.  

Li Guannan, mahasiswa internasional asal Cina yang sedang mengambil jurusan Sastra Bahasa Indonesia di Ubaya, tepatnya di ULC (Ubaya Language Center) juga membagikan kesannya. “Bisa mempelajari apa yang jadi bagian dari negara asal saya, close and interested,” ungkapnya. Menariknya, Li juga memahami kombinasi dua negara favoritnya dalam suatu pertunjukan seni yang autentik. Kesempatan ini juga menjadi bekal bagi Li tentang kekayaan budaya yang ada di Indonesia. 

Sanggar Rumah Cinwa juga membuka kesempatan yang luas bagi generasi muda untuk ikut serta dalam proses pengembangan kesenian Wayang Potehi ini. Informasi lebih lanjut dapat dilihat melalui instagram @rumahcinwaofficial dan @filmpotehi. (sin/sin/4416)