Begini Kata Psikolog Ubaya Soal Istri Palu Suami di Ngawi samueldim March 29, 2023

Begini Kata Psikolog Ubaya Soal Istri Palu Suami di Ngawi

Surabaya (beritajatim.com) – Peristiwa pilu pada Sabtu (18/2/2023) subuh lalu, sempat menggemparkan warga di Desa Sirigan, Paron, Ngawi. Sebab, seorang petani bernama Romdon (45) ditemukan tewas bersimbah darah usai dibunuh oleh istrinya sendiri bernama Anis (35).

Anis yang seorang instruktur senam itu mengaku tega membunuh suaminya lantaran tak digubris saat mengajak bicara soal utang yang melilit mereka. Namun, entah apa yang merasuki Anis. Tepatnya menjelang subuh, dirinya nekad mengambil palu dan segera menghabisi nyawa suaminya itu.

Kini, Anis telah ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi. Kendati demikian, dari data yang dihimpun beritajatim.com, Pemkab Ngawi juga berharap adanya asesmen psikologis oleh pihak penyidik terhadap tersangka Anis. Nantinya, hasil asesmen tersebut bisa membantu hakim dalam mengambil keputusan.

Psikolog Universitas Surabaya (Ubaya), Dr Hartanti MSi mengungkapkan, bahwa pembunuhan bisa terjadi karena konflik yang berkepanjangan. Artinya, bukan karena mendadak. Ia yakin sudah banyak pemicu adanya peristiwa konflik, salah satunya yakni faktor ekonomi.

“Pasti sudah banyak pemicu peristiwa konflik. Bisa karena faktor ekonomi, kurangnya komunikasi sehingga terjadi kesalahpahaman, hadirnya orang ketiga, masalah pengasuhan anak, dan beda value atau nilai-nilai yang prinsip dan telah dianut sebelumnya namun kurang ada tenggang rasa dan penyesuaian,” kata Hartanti kepada beritajatim.com, Senin (27/2/2023).

Menurutnya, himpitan ekonomi bisa menjadi salah satu pemicu terjadinya pembunuhan. Meski begitu, Hartanti menilai hal itu bukanlah satu-satunya penyebab. Ada faktor lain yang mendukung, yakni kematangan kepribadian. Ia pun mencontohkan bahwa banyak pasutri dengan kondisi keterbatasan ekonomi namun mereka tetap hidup rukun.

Dosen Psikologi Klinis Ubaya itu menjelaskan, bahwa kematangan kepribadian ini akan menjadi penentu dalam penyelesaian sebuah masalah. Kata dia, individu matang pribadinya akan memiliki self control terhadap perilaku yang buruk atau tidak sesuai norma sosial atau agama.

“Biasanya orang yang matang pribadinya akan lebih terkontrol dan berhati-hati dalam setiap tindakan. Ia akan memahami kondisi diri dan orang lain,” jelasnya.

Hartanti tak menepis jika ekonomi merupakan hal yang utama. Namun itu bukanlah segalanya. Sebab, banyak orang kaya raya tetapi tidak bahagia. Begitupun sebaliknya. Di sisi lain, Hartanti menyebut jika orang yang kekurangan ekonomi memang akan banyak dipicu dan dikelilingi oleh masalah.

“Contoh sederhana, hanya sakit gigi orang tidak punya uang akan sedih, kecewa dan sakit berkepanjangan. Kalau orang punya uang, begitu sakit bisa langsung menyelesaikan atau menurunkan sakitnya ke dokter,” tuturnya.

Ia pun menilai, dengan adanya peristiwa seperti ini bisa menjadi refleksi dalam mendidik anak ataupun dalam berkeluarga. Yang paling utama adalah mendidik menjadi pribadi matang, yakni otonom atau mandiri. Tujuannya, agar anak nanti dalam berumah tangga tidak harus tergantung pada pasangan apalagi orang tua atau mertua.

Kemudian motivasi. Yakni selalu menyelesaikan tugas hingga tuntas dan berusaha untuk lebih baik dari sebelumnya. Selanjutnya hubungan sosial, yang artinya dapat berkomunikasi santun dan efektif terhadap lawan bicara, tenggang rasa, empati dan menjalin hubungan baik atau tidak saling menyakiti.

“Sebagai tambahan dari matang pribadi adalah syukur-syukur memiliki pribadi nurturance atau kemampuan membantu orang lain yang membutuhkan,” tandasnya. [ipl/ted]

Sumber: beritajatim.com (4227)