Aji Mumpung VS Berbagi di Bulan Ramadhan fadjar July 1, 2016

Aji Mumpung VS Berbagi di Bulan Ramadhan

Listyo Yuwanto
Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Bulan Ramadhan menjelang akhir, begitu banyak pembelajaran yang dapat diperoleh selama bulan Ramadhan. Pembelajaran yang berkaitan dengan religiusitas, relasi dengan sesama, konsumerisme, dan terutama berbagi dengan sesama yang membutuhkan. Berbagi dengan sesama yang membutuhkan tampak dalam kegiatan berbagi takjil menjelang waktunya berbuka puasa dan berbuka puasa bersama dengan fakir miskin, lansia, dan anak yatim. Berbuka puasa bersama menjadi agenda rutin harian selama bulan Ramadhan. Tentunya hal ini menjadi berkah bagi tempat-tempat yang menjadi jujukan kegiatan berbuka bersama.


Banyak panti asuhan, lansia, dan penampungan orang-orang miskin yang merasa bersyukur dengan datangnya bulan Ramadhan karena menghadirkan berkah rejeki. Selama bulan Ramadhan mereka banyak mendapatkan perhatian dalam bentuk undangan berbuka puasa ataupun kegiatan sosial lain. Kondisi yang berbeda apabila di luar bulan Ramadhan, tidak banyak yang memberi perhatian kepada mereka. Selama bulan Ramadhan 30 hari mereka mendapatkan kegiatan berbuka puasa setiap hari dan bahkan di satu hari terdapat lebih dari satu kepanitiaan yang hendak mengadakan buka puasa bersama dengan mereka. Bersyukur yang mereka tampakkan tidak hanya dalam bentuk doa dan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah mengundang mereka namun yang luar biasa adalah berbagi rejeki dengan panti lain. Selama bulan Ramadhan mereka telah terlalu banyak menerima kegiatan berbuka puasa sehingga mereka menolak beberapa kegiatan berbuka puasa bersama. Penolakan tersebut menggambarkan bentuk bersyukur mereka, mereka tidak mau berlebihan sehingga mereka merekomendasikan ke panti-panti lain yang belum tersentuh kegiatan berbuka puasa bersama. Dengan merekomendasikan ke panti-panti lain mereka menunjukkan kedermawanan dan kemauan berbagi rejeki selama bulan Ramadhan.


Bandingkan dengan sebuah contoh berikut yang kondisinya berkebalikan dengan yang telah diuraikan. Sebuah panti asuhan yang telah mendapatkan undangan dan kegiatan berbuka puasa bersama selama tiga puluh hari masih menerima kegiatan sosial lain yang waktunya bersamaan dengan berbuka puasa. Sehingga bertumpuklah kegiatan sosial di waktu yang sama. Makanan yang dibawa kepanitiaan tersebut menjadi berlebih dan banyak yang tidak termakan kemudian dibuang. Sungguh disayangkan karena masih banyak orang yang mengalami kesulitan makan. Saat panti asuhan tersebut ditanya apakah memiliki referensi panti lain yang masih membutuhkan buka puasa bersama ataupun kegiatan sosial lain, panti tersebut menyatakan tidak tahu dan meminta secara terang-terangan kegiatan berbuka puasa yang awalnya untuk panti asuhan mereka diganti dalam bentuk uang saja. Ketidaktahuan tersebut tidak diikuti dengan upaya untuk mencari tahu apakah benar tidak ada lagi panti asuhan yang membutuhkan. Padahal di sekitar mereka kemudian ditemukan beberapa panti asuhan yang kondisinya lebih memprihatinkan dibandingkan panti asuhan mereka. Ketika ditanya kembali apa kebutuhan mereka sehingga dapat dibantu dengan uang yang akan diberikan mereka tidak dapat menyebutkan apa kebutuhan mereka.


Memang bulan Ramadhan selalu menghadirkan berkah bagi mereka yang membutuhkan, namun selalu terdapat refleksi pembelajaran yang dapat diperoleh. Bagi mereka yang membutuhkan dan selalu melihat ke atas maka akan selalu merasa kurang dan kemudian menjadikan bulan Ramadhan sebagai aji mumpung, mumpung bulan Ramadhan maka akan diambil sebanyak-banyaknya berkah yang mereka dapatkan sehingga menjadi tamak. Mereka tidak melihat ke sekelilingnya atau ke bawah, ke panti lain yang kondisinya juga membutuhkan tetepi tidak banyak disentuh perhatian orang-orang. Bagi mereka yang merasa bahwa dengan keterbatasan mereka maka bulan Ramadhan dijadikan sebagai ajang berbagi dengan yang lain ketika mereka mendapatkan berkah maka yang terjadi adalah saling berbagi tanpa memikirkan mumpung bulan Ramadhan waktunya menerima berkah sebanyak-banyaknya sehingga mereka menjadi bersyukur.