Refleksi Makna Toleransi di Bulan Ramadhan fadjar June 13, 2016

Refleksi Makna Toleransi di Bulan Ramadhan

Listyo Yuwanto

Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Toleransi merupakan kata yang mudah diucapkan tetapi dapat memiliki pemahaman berbeda-beda bagi setiap orang. Toleransi dapat diartikan sebagai menahan diri, sabar, menerima perbedaan terhadap orang lain. Dengan menerima perbedaan bukan berarti menerima prinsip atau pandangan yang berbeda dari orang lain tetapi pengakuan bahwa setiap orang punya kebebasan dan hak untuk berbeda. Di Indonesia sebagai negara majemuk masih sering terjadi masalah yang berkaitan dengan toleransi. Artinya penerapan toleransi masih belum sepenuhnya tepat.

Toleransi bukan hanya dilakukan dari pihak minoritas kepada mayoritas. Demikian juga bukan hanya dilakukan dari pihak mayoritas kepada minoritas. Toleransi harus sama-sama dilakukan baik pihak yang mayoritas kepada minoritas. Tidak dapat dipungkiri di Indonesia toleransi semacam kewajiban yang harus dilakukan pihak minoritas kepada mayoritas. Sebagai contoh kasus yang terjadi di bulan Ramadhan. Adanya peraturan di sebuah daerah yang melarang pedagang makanan buka sebelum jam 16.00 dan boleh buka setelah jam 16.00. Peraturan yang menurut penulis agak aneh karena tujuannya untuk menghormati bulan Ramadhan dan mereka yang berpuasa, ujung-ujungnya adalah sebagai bentuk toleransi.

Apabila kita mencermati, apakah semua orang di daerah tersebut berpuasa?. Bagaimana dengan orang-orang yang sakit?. Bagaimana dengan umat Islam perempuan yang sedang hamil atau menstruasi?. Apakah mereka yang tidak berpuasa karena keyakinannya berbeda harus berpuasa karena tidak ada pedagang makanan yang memenuhi kebutuhan makan pagi atau makan siang mereka?. Apakah contoh tersebut tepat dikatakan sebagai bentuk toleransi?. Meski tetap akan menjadi bahan perdebatan apabila kita renungkan dengan hati nurani seharusnya tidak demikian yang terjadi.

Mayoritas yang berpuasa juga harus toleransi kepada yang tidak berpuasa. Mereka yang tidak berpuasa membutuhkan makan pagi dan makan siang dan bahkan makan di waktu-waktu yang mereka butuhkan. Tujuan mereka makan di pagi hari dan siang hari bukan untuk menghalangi atau menggoda yang berpuasa. Andaikan mereka yang memiliki usaha makanan dan tidak berpuasa kemudian menutup tempat makanannya saat waktunya berbuka puasa. Tentu akan ada reaksi negatif kembali yang muncul dengan tendensi tidak toleransi dengan yang berpuasa. Kita juga harus bertoleransi bahwa yang tidak berpuasa juga membutuhkan makan sama halnya ketika kita sahur dan berbuka puasa.

Alangkah indahnya apabila toleransi diterapkan oleh kita semua baik mayoritas ataupun minoritas sebagai wujud saling menghormati sesama manusia. Sebagai bentuk pengakuan semua manusia memiliki kebutuhan hidup yang pemenuhannya berbeda-beda. Setiap manusia memiliki hak asasi yang pemenuhannya dilakukan secara bertanggungjawab.