Tinjauan Perilaku Amoral dari Religiusitas fadjar May 30, 2016

Tinjauan Perilaku Amoral dari Religiusitas

Listyo Yuwanto

Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Hampir setiap hari terakhir ini kita disuguhi dengan berita-berita pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, dan perilaku amoral lainnya. Pembunuhan, perampokan, dan pemerkosaan yang terjadi makin bervariasi caranya dan makin kejam atau sadis. Kita selalu bertanya apa yang ada di pikiran pelaku sehingga berbuat demikian, apakah pelaku tidak memiliki perasaan atau pertanyaan yang lebih kritis apakah pelaku tidak beragama atau beragama kemudian mengapa melakukan perilaku amoral?. Pertanyaan terakhir tentang agama sering muncul terkait dengan kasus-kasus amoral, Indonesia dikenal sebagai bangsa religius namun mengapa begitu banyak kasus amoral yang terjadi di Indonesia. Apakah agama tidak mampu lagi menjadi benteng moralitas atau pengatur perilaku karena penganut agama juga melakukan perilaku amoral?. Jawabnya individu yang menganut sebuah agama memiliki tingkat kesalehan tertentu atau yang secara sederhana disebut dengan tingkat religiusitas.

Religiusitas memiliki lima dimensi yaitu dimensi idiologis, ritualistik, eksperiensial, konsekuensial, dan intelektual. Dimensi idiologis merupakan keyakinan individu tentang agama yang dianutnya seperti ajaran dan kebenarannya. Dimensi ritualistik merupakan perilaku ritual yang diajarkan agama yang meliputi ibadah yang dilakukan. Dimensi eksperiensialis adalah pengalaman atau perasaan kedekatan dengan Sang Pencipta. Dimensi konsekuensialis adalah perilaku yang didasari ajaran baik dari agamanya seperti menolong, membantu, tidak menyakiti orang lain, dan sejenisnya. Dimensi intelektual merupakan tingkat pengetahuan atau pemahaman tentang ajaran agama yang dianutnya.

Dengan demikian seseorang yang taat menjalankan ibadah sangat mungkin melakukan perilaku amoral karena tingkat religiusitasnya masih sebatas pada ritualistik belum pada dimensi konsekuensialis. Demikian halnya orang yang melakukan perilaku negatif didasarkan agama terhadap penganut agama lain tingkat religiusitasnya masih sebatas pada dimensi idiologi, ritualistik, dan eksperiensialis belum sampai pada dimensi konsekuensialis dan intelektual. Pembelajaran yang dapat kita ambil adalah religiusitas yang dapat menjaga keseimbangan vertikal dan horizontal adalah tidak hanya menguatkan dimensi idiologis dan ritualistik, namun harus memahami dengan baik tentang agama yang dianut (dimensi intelektual), mencapai pengalaman religius (dimensi eksperiensial), dan menerapkan ajaran kebaikan dalam berperilaku (dimensi konsekuensialis). Dengan demikian religiusitas dapat menjadi kontrol atau mencegah perilaku amoral.