Program Kantong Plastik Rp 200, Membentuk Kebiasaan Baru Positif atau Negatif? fadjar March 14, 2016

Program Kantong Plastik Rp 200, Membentuk Kebiasaan Baru Positif atau Negatif?

Listyo Yuwanto

Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Program mengurangi sampah plastik saat ini sedang digalakkan. Tujuannya untuk mengurangi dampak negatif sampah plastik yang sulit terurai dan didaur ulang. Salah satu program yang digalakkan adalah kantong plastik yang biasanya gratis saat berbelanja di beberapa tempat perbelanjaan menjadi berbayar Rp.200. Harapannya dengan kantong plastik berbayar, penggunaan kantong plastik menjadi berkurang dan timbul kesadaran masyarakat untuk mendukung program pengurangan sampah plastik.

Sebuah program di awal pelaksanaannya pasti akan diikuti dengan pro dan kontra. Masyarakat yang pro merasa senang dengan program tersebut. Beberapa hasil observasi penulis selama di pusat perbelanjaan saat di awal program, masyarakat yang pro menampilkan perilaku mendukung. Antara lain membawa kantong kertas yang telah dimodifikasi sendiri saat berbelanja. Kantong kertas untuk tempat berbelanja telah digunakan di beberapa negara untuk pengganti kantong plastik. Beberapa yang lain membawa kantong plastik sendiri bekas dari belanja di tempat yang lain. Hal ini terlihat di logo kantong plastik yang digunakan dan mereka menyatakan bahwa kantong plastiknya bukan kantong plastik baru dan bukan sekali pakai terus kemudian dibuang. Tas kain juga menjadi alternatif tempat meletakkan barang belanjaan oleh beberapa orang. Beberapa orang lagi yang belanjaannya sedikit membawa barang belanjaannya tanpa kantong plastik atau tempat apapun.

Program tersebut direspon dengan positif oleh masyarakat yang mendukung. Dengan demikian apabila diterapkan terus menerus akan menjadi kebiasaan positif yang dapat berdampak pengurangan jumlah sampah plastik. Berapa jumlah pasti pengurangan yang dapat dicapai? Belum diketahui, namun dengan adanya perubahan kebiasaan masyarakat dalam penggunaan sampah plastik meskipun sedikit, tentunya dapat berakumulasi secara bertahap dan optimis akan berdampak daripada sama sekali tidak ada upaya program pengurangan.

Di sisi lain terdapat masyarakat yang kontra atau tidak peduli dengan program tersebut. Beberapa kali nampak terjadi perdebatan antara pembeli dan petugas kasir ketika petugas kasir menanyakan apakah menggunakan kantong plastik atau tidak?apabila menggunakan kantong plastik menambah biaya Rp. 200. Beberapa orang menanyakan kenapa harus membayar, kantong plastik seharusnya menjadi bagian fasilitas belanja. Meskipun sudah dijelaskan tujuan program tersebut perdebatan tidak selesai dan akhirnya pembeli menyatakan ‘ya sudah tetap pakai kantong plastik, toh cuma Rp. 200’. Bahkan ada pembeli yang membeli kantong plastik lebih dari yang dibutuhkan untuk meletakkan barang belanjaannya seakan menunjukkan uang Rp. 200 bukan masalah karena memang nominalnya kecil. Kondisi demikian tentunya akan membentuk kebiasaan baru, merelakan uang Rp. 200 untuk tetap menggunakan kantong plastik dalam berbelanja. Program mengurangi kantong plastik tidak berdampak pada perubahan perilaku masyarakat yang memegang prinsip cuma Rp. 200 bukan jumlah nominal yang besar.

Berkaca pada penerapan program serupa di beberapa negara. Pembeli menggunakan kantong plastik berbayar dalam kondisi tertentu misalnya barang belanjaan banyak dan mereka lupa atau tidak membawa kantong plastik sendiri atau kantong keras sendiri. Namun umumnya karena sudah memiliki kesadaran dan kebiasaan jarang sekali mereka menggunakan kantong plastik. Saat mereka akan berbelanja banyak, pasti sudah memperkirakan jumlah kantong yang dibutuhkan sehingga pasti mereka akan membawa kantong yang sesuai kebutuhan. Apabila jumlah belanjaan sedikit mereka juga akan memilih membawa barang belanjaannya di tangan atau dimasukkan tas tanpa kantong plastik. Bukan masalah mereka mampu membeli atau tidak mampu membeli kantong plastik.

Sebuah program tidak akan berjalan baik tanpa dukungan semua pihak. Program baru membutuhkan adaptasi. Mari kita gunakan kantong plastik sesuai kebutuhan dan mari mulai beralih ke bahan lain yang lebih ramah lingkungan. Program kantong plastik Rp. 200 bukan mempermasalahkan kemampuan atau ketidakmampuan membeli. Tetapi bagaimana kita merespon dengan kebiasaan baru yang positif untuk kelestarian lingkungan.