Meneropong Industri Kreatif Indonesia dari Pameran Produk Kreatif Indonesia (PPKI) 2012 fadjar November 29, 2012

Meneropong Industri Kreatif Indonesia dari Pameran Produk Kreatif Indonesia (PPKI) 2012

Mendadak siang itu kami diberi mandat untuk terbang ke Jakarta melihat Pameran Industri Kreatif terbesar Indonesia. Bersama Wyna Herdiana S.T., M.Ds. saya diminta untuk memantau perhelatan akbar insan kreatif di Epicentrum-Walk Jakarta. Dalam sebuah kunjungan 2 hari, yaitu tanggal 23-24 November 2012, kami berkesempatan menambah wawasan dan berjejaring dengan pelaku industri kreatif.

Pameran Produk Kreatif Indonesia (PPKI) 2012

Seperti kita tahu bersama, saat ini Indonesia yang tengah memasuki era Ekonomi Kreatif, setelah sebelumnya berada di era Agraria, era Industrialisasi, dan era Pengetahuan dan Informasi. Di era the “Fourth Wave” ini Indonesia tengah getol meningkatkan PDB-nya supaya mampu bersaing dan tampil sebagai Negara “Soft Power” yang dihormati di dunia. PPKI 2012 merupakan wujud fasilitasi Pemerintah untuk mempertemukan ragam masyarakat industry kreatif Indonesia dalam upaya membangun bersama kesadaran akan potensi industri kreatif sebagai sumber kekuatan perekonomian bangsa. Event yang dihelat 21-25 November 2012 ini adalah inisiasi Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang didukung oleh kolaborasi 16 lembaga pemerintah Indonesia dengan tema “Yang Muda Yang Berkreasi”. Event ini dikemas dalam 43 mata acara pertemuan/konvensi, 62 mata acara pertunjukan, 10 mata acara demo, 18 pameran permainan.

Perhelatan ini bukan hanya menjadi showcase bagi 172 creativepreneur yang mengisi 11 tenda yang disediakan di lokasi acara di kawasan Kuningan Jakarta, tapi juga menyediakan wahana untuk menimba ilmu dari pakar Industri Kreatif dunia. Para pemateri kompeten dihadirkan di seminar. Mereka adalah Tifatul Sembiring- Menteri Komunikasi Informasi Indonesia, Adrian David Cheok Professor Media Design KEIO University Japan, Senoo Aritaka FUJI TV Japan, Wenas Agusetiawan Co-Founder CEO at PT Global Tiket Network (Tiket.com), Edi Taslim Vice Director kompas.com, Kobun Shizuno (animator Detektif Conan), Marlin Sugama (Studio Main, animator Superhero Hebring), Dennis Adhiswara (CEO Layaria), Wiwi Goh (Youtube South East Asia). Potensi dan permasalahan ekonomi digital menjadi bahan perbincangan pada Seminar Konten Digital Internasional PPKI 2012. Seminar bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai ekonomi digital; memberikan informasi mengenai peluang dan tantangan pengembangan konten digital di dalam dan di luar negeri; menginspirasi dan mendorong generasi muda Indonesia untuk berinovasi dengan bantuan teknologi digital; mengeksplorasi peluang bisnis industri kreatif dengan menggunakan kekuatan konvergensi media. Teknologi digital yang terus berkembang telah memungkin semua pencipta konten dari 15 subsektor ekonomi kreatif untuk menyampaikan karya kreatifnya melalui media digital. Koran tidak lagi harus cetak, tetapi dapat dinikmati di media online. Program televisi tidak lagi harus dinikmati melalui TV di rumah, tetapi dapat juga melalui live streaming. Teknologi digital yang berkembang ini juga menyebabkan jarak bukan menjadi kendala utama lagi. The market is one click away.

Selain seminar akbar diatas, juga terdapat beberapa bincang ekonomi kreatif yang diadakan selama 5 hari waktu penyelenggaraan, seperti forum fesyen, bincang komik, forum pemodalan ekraf, bincang desain, bincang showcase Indonesia kreatif. Yang mampu mengejutkan adalah ternyata ada salah satu alumni DMP-FIK angkatan 2007, Rendy Setiawan yang telah memiliki creative enterprise, Galeon Handycraft ternyata menjadi salah satu line-up pembicara bincang showcase, namun sayangnya berhalangan hadir, tetapi Rendy tetap memajang karyanya di salah satu stand pameran yang diundang atas prakarsa Indonesiakreatif.net. Sebuah prestasi yang mengagumkan karena kiprahnya telah diakui secara nasional.

Penyampaian konten berupa pameran, konvensi, pertunjukkan, demo yang meriah itu ditujukan untuk mengekspos ke-15 subsektor Industri Kreatif Indonesia yaitu: Arsitektur, Desain, Fesyen, Multimedia, Kerajinan, Musik, Tekno-info, Interaktif, Seni rupa, Penerbitan, Periklanan, Litbang/RD, Kuliner, TV + Radio, Seni Pentas.

Ke-15 subsektor itu dalam perkembangannya sejak Indonesia dicanangkan 2009 lalu sebagai tahun Industri Kreatif telah mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Ini bisa dilihat pada statistik Ekraf 2012 dibawah ini.

Industri Kreatif dunia

UNESCO pada 2003 mengeluarkan rilis resmi mengenai definisi industri kreatif ini sebagai suatu kegiatan yang menciptakan pengetahuan, produk, dan jasa yang orisinal, berupa hasil karya sendiri.
Salah satu negara yang sangat giat menyosialisasikan ekonomi kreatif adalah Inggris. Singapura men-targetkan GDP-nya naik hingga 7% di tahun 2012 dibandingkan 3% ditahun 2009 lalu. Australia 3.3% , New Zealand 3.1% dan Inggris 7.9%. Pemerintah Inggris bahkan menyediakan dana bantuan 6 juta poundsterling (sekitar Rp 108 miliar), untuk mendukung pengembangan industri kreatif di berbagai negara berkembang.

Statistik Ekonomi Kreatif Indonesia 2012

Menurut data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik Indonesia tentang Ekonomi Kreatif (Ekraf) ada beberapa poin yang bisa disorot:

  1. Sektor ekonomi kreatif merupakan sector ke-7 terpenting dari 10 sektor ekonomi nasional. Di 2011, pertumbuhan Product Domestic Bruto (PDB) Ekraf mencapai 4.91%. Ekraf mengungguli Pengangkutan Komunikasi; Keuangan, Real Estat Jasa Perusahaan; Listrik Gas Air Bersih.

  2. Kontribusi PDB Ekraf terbesar dihasilkan subsektor kuliner (32,2% senilai 169,62 T), fesyen (28.1% senilai 147,6 T) dan kerajinan (15,1% senilai 79,4 T)

  3. PDB nominal Ekraf selalu mengalami trend yang meningkat, di tahun 2011 mencapai 526 T, naik 0.16% dibanding 2010 yang mencapai 472.8 T

  4. Tenaga kerja sektor Ekraf juga otomatis permintaannya meningkat di 2011 hingga mencapai 11,51 juta orang, naik 4,91% dari 2010 yang hanya 11,49%

  5. Kontribusi tenaga kerja terbesar diserap subsector Fesyen (32,4% senilai 3,73 jt orang) , kuliner (32,1% senilai 3,7 jt orang), dan kerajinan (25,6% senilai 2,95 jt orang).

Relasi PPKI 2012 dengan Fakultas Industri Kreatif (FIK) Ubaya

Pelajaran yang cukup berharga bagi FIK Ubaya yang saat ini telah memiliki Program Studi Desain Manajemen Produk (DMP) dan program kekhususan Desain Fashion Produk Lifestyle (DFP). FIK Ubaya diharapkan mampu berkontribusi mendukung upaya pemerintah sebagai penyedia layanan pendidikan tinggi yang berbasis kreativitas. Lahirnya FIK Ubaya yang berkedudukan di Surabaya yang dikenal sebagai ibukota Indonesia Timur diharapkan mampu memberi dampak

  1. Memicu lahirnya Creative Wave, semangat untuk menghidupkan industri kreatif di Indonesia melalui peranan akademisi mewarnai dunia praktisi dengan program mahasiswa kerja praktek, kontribusi alumni, maupun penelitian dan pengembangan masyarakat dari para dosen

  2. Memicu terbentuknya Creative Network, menjalin hubungan antar pelaku industry kreatif untuk berkolaborasi, tukar-alih pengetahuan, mendapat akses modal dan pasar, serta bermitra. Melalui upaya-upaya sistematis dan berkesinambungan lewat kegiatan-kegiatan kreatif seperti Pameran, Workshop, Lomba yang senantiasa diadakan oleh DMP-FIK selama ini

  3. Memicu tumbuhnya Creative Talent Pool + Creativepreneurship, memunculkan bakat-bakat kreatif baru yang berkualitas dalam wawasan kemampuan, standar produk kreatif yang terus meningkat tarafnya, serta praktek bisnis berbasis kreativitas yang berkelas dunia. Tak bisa dipungkiri, kampus merupakan pool paling efektif sebagai wadah untuk menstimuli calon pelaku industri kreatif. Ditunjang dengan beragam kegiatan seminar Creativepreneur seperti yang baru dilakukan DMP Oktober lalu dengan menghadirkan Profesor Business Design dari Italia, serta maraknyacrowdfunding bagi business start-up baik lokal seperti www.mari.patungan.net maupun global seperti www.kickstarter.com

FIK dengan pilihan studi spesifik di DMP DFP ternyata memiliki prospek cerah kedepannya, lulusan DMP DFP diharapkan mampu mewarnai subsektor Ekraf terutama dibidang fesyen, kerajinan, desain, litbang/RD. Walaupun tidak menutup kemungkinan berkiprah di bidang 11 subsektor kreatif lainnya. Jika mengacu data statistik ekraf 2011, serapan tenaga kerja yang diharapkan dari ke-4 bidang yang terkait dengan lulusan DMP DFP berjumlah 6,86 jt orang. Sebuah kesempatan yang luas jika kita menilik jumlah penyedia layanan pendidikan tinggi di bidang desain di Indonesia yang masih dapat dihitung dengan jari. (kumy)

Ditulis oleh: Kumara Sadana Putra S.Ds., M.A.

Pengajar Desain Manajemen Produk Fakultas Industr Kreatif Ubaya

Daftar Pustaka:

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2012 Statistik Ekonomi Kreatif. Jakarta.

Forum Digita Grafika Forum. 2010. FGD Creative Mapping. Jakarta.

PPKI. 2012. Buku Program PPKI 2012. Jakarta

www.bps.go.id

www.indonesiakreatif.net

www.kickstarter.com

www.mari.patungan.net

www.pekankreatif.com