Female Ubayatizen: Rangkai Kisah, Terbitkan Buku, Bagai Perjuangan R.A. Kartini samueldim July 18, 2021

Female Ubayatizen: Rangkai Kisah, Terbitkan Buku, Bagai Perjuangan R.A. Kartini

Ikatan Alumni Universitas Surabaya (IKA Ubaya) bersama Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Surabaya (BEMUS) kembali menggelar Workshop Penulisan dan Penerbitan Buku Antologi. Dengan tajuk Aku dan Ubaya, diharapkan seluruh peserta tergugah hatinya dan bersemangat untuk bersama-sama menulis serta merangkai kisah di Ubaya tercinta. Sedikitnya 80 peserta dari berbagai kalangan baik di Ubaya maupun luar Ubaya turut hadir dalam webinar yang digelar secara daring melalui aplikasi Zoom pada tanggal 25 April 2021.

“Indonesia sebenarnya beruntung sekali mempunyai Raden Ajeng Kartini yang api semangatnya masih membara hingga saat ini,” tekan Dr. apt. Christina Avanti, M.Si., selaku Wakil Rektor III Ubaya dalam sambutannya. Christina turut memaparkan jika perjuangan perempuan di era Kartini berbeda dengan perempuan di era saat ini. Namun yang pasti, perempuan adalah seorang yang melahirkan generasi bangsa. Sehingga pada kesempatan kali ini, Christina mengajak Female Ubayatizen untuk membagikan ceritanya menjadi sebuah karya seni untuk dibukukan dan dicetak layaknya Kartini yang membagikan ceritanya dalam tulisan.

“Tulislah buku satu saja sebelum mati,” tutur Julia Utami, selaku Penyair Kereta yang menjadi narasumber sesi ini. Dengan tajuk Problem Menulis dan Tulisan, Julia menekankan jika siapa saja bisa menjadi pengarang dan menulis buku. “Sejauh dia bisa baca tulis, dia pasti bisa menulis buku,” tekannya saat itu. Mulai dari menentukan tema karangan, mengumpulkan ide atau bahan karangan, menyusun kerangka karangan, mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan yang sebenarnya, dan memberi nama karangan atau judul karangan.

“Menjadi pengarang adalah hak setiap orang. Pengarang bukan garis keturunan,” tutur Kurniawan Junaedhie, selaku Pemulia Sastra sekaligus narasumber kedua dalam sambutannya. Pada kesempatan kali ini, Kurniawan membagikan salah satu teknik menulis, yaitu Creative Writing. Creative writing sejatinya adalah teknik menulis agar mudah dipahami, menarik untuk dibaca, dan mudah untuk diingat,” paparnya. Salah satu ciri khas yang menggunakan teknik creative writing adalah tulisan-tulisan yang bersifat deskriptif, jauh dari data ataupun angka, dan mengandung majas. “Seorang penulis yang baik dan menguasai creative writing tidak akan menulis ‘Angin bertiup menggoyang lampu’. Melainkan akan menulis ‘Angin bertiup mempermainkan lampu’,” terang Kurniawan dalam salah satu penjelasannya.

Sesi tanya jawab menjadi sesi penutup pada Workshop Penulisan dan Penerbitan Buku Antologi kali ini. Berbagai peserta turut menanyakan berbagai hal terkait teknik penulisan. Mulai dari penggunaan tanda baca, penggunaan italic ataupun bold, penggunaan Bahasa baku, hingga penulisan kutipan yang baik dan benar. Rencananya, buku Antologi ‘Aku dan Ubaya’ akan diterbitkan 17 Mei mendatang. (jr)