Mengulas Manfaat Ekonomi Sampah Plastik samueldim July 12, 2021

Mengulas Manfaat Ekonomi Sampah Plastik

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Surabaya (LPPM Ubaya) mengadakan webinar Seri Edukasi Masyarakat 2021 seri ke-22 dengan judul Potensi Bisnis Limbah dan Kajian Teknologinya. Webinar yang diselenggarakan pada Rabu, 16 Juni 2021 ini bertujuan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai peluang bisnis dari limbah plastik. Kedua Dosen Fakultas Teknik Ubaya yakni Yuwono Budi Pratiknyo S.T., M.T. dan Ir. Yon Haryono M.T. hadir sebagai pembicara dalam acara ini. Selain itu, Ir. Hudiyo Firmanto M.Sc., Ph.D. selaku Dosen Fakultas Teknik Ubaya juga hadir sebagai moderator. Diselenggarakan melalui aplikasi Zoom, webinar diikuti oleh 55 partisipan.

Yuwono mengungkapkan bahwa sampah merupakan masalah utama di dunia yang tidak bisa dihindari. Hal ini disebabkan oleh terus bertambahnya populasi dan gaya hidup yang instan. Namun, ia memaparkan bahwa terdapat perbedaan dalam penanganan sampah di masa yang lalu dan sekarang. “Kalau dulu, sampah hanya dibuang. Sekarang, sampah bisa diolah dan membawa berkah bagi kita,” ujar Yuwono. Ia menjelaskan bahwa sampah dapat dipandang sebagai ancaman dan peluang bisnis. Sampah dapat menimbulkan masalah kesehatan, mengganggu estetika, mengurangi kenyamanan, dan menyebabkan banjir. Namun, di sisi lain sampah dapat diolah menjadi humus, sumber energi, produk daur ulang, dan lain-lain.

“Sebelum kita terjun ke dunia bisnis sampah plastik, kita harus mengetahui bahwa jenis plastik ada yang bisa didaur ulang dan ada yang tidak,” ucap Yuwono. Ia menjelaskan bahwa jenis termoplastik merupakan jenis plastik yang dapat didaur ulang dengan proses pemanasan ulang. Sedangkan, jenis termoset adalah jenis plastik yang tidak dapat didaur ulang. Yuwono juga menjelaskan bahwa penggunaan plastik terbagi menjadi tiga kategori, antara lain: plastik komoditas, teknik, dan teknik khusus. Berbagai jenis plastik yang berbeda harus dipisahkan jika ingin didaur ulang.

Dalam hal investasi dan operasional, Yuwono mengungkapkan bahwa kisaran investasi peralatan yang dibutuhkan dalam bidang bisnis ini adalah 99 juta rupiah. Namun, Yuwono mengingatkan bahwa kisaran harga tersebut bersifat fluktuatif dan menyesuaikan dengan harga pasar. “Dengan asumsi bisnis berjalan lancar dan tidak mengalami suatu kendala apapun, break-even point dapat dicapai dalam jangka waktu dua bulan saja,” jelasnya.

Beralih ke Yon, ia menjelaskan salah satu tahapan dalam mendaur ulang sampah plastik. Yon mengungkapkan bahwa proses pencetakan plastik kebanyakan dilakukan dengan mesin injection moulding. Kinerja mesin tersebut bergantung pada kemampuan rancang bangun matras dan pengaturan parameter proses. Yon menjelaskan bahwa mesin injeksi tersebut terbagi dalam tiga jenis berdasarkan otomatisasinya, antara lain: manual, semi hidrolik, dan otomatis. “Penggunaan mesin injeksi yang otomatis tidak terlalu membutuhkan campur tangan manusia. Kita hanya perlu memperhatikan kapasitas input yang diolah,” ungkapnya.

Pada sesi tanya jawab, seorang partisipan berama Hazrul bertanya, “Mesin pencacah plastik berkapasitas berapa yang harus dimiliki agar bisnis bank sampah menguntungkan?” Menjawab hal ini, Yuwono mengatakan bahwa kapasitas mesin bergantung pada banyaknya limbah plastik yang dimiliki oleh bank sampah. “Jika kapasitas mesin terlalu besar, pencapaian break-even point akan semakin lama,” ujarnya.(jes, et)