Cari Potensi BUMDES dan Belajar Cara Mengaturnya samueldim July 5, 2021

Cari Potensi BUMDES dan Belajar Cara Mengaturnya

Selasa, 8 Juni 2021 Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Surabaya (LPPM Ubaya) kembali mengadakan Seri Edukasi Masyarakat 2021. Pada seri kelima belas ini, tema yang dibawakan yaitu “Pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Berbasis Potensi dan Sistem Pengendalian Manajemen yang Baik”. Webinar ini diselenggarakan guna membagikan pengetahuan pada masyarakat mengenai topik yang terkait dengan keilmuan dari dosen di Ubaya. Berlangsung menggunakan zoom, sedikitnya 86 peserta dari berbagai daerah hadir pada acara hari itu. LPPM Ubaya mendatangkan dua dosen Fakultas Bisnis dan Ekonomika Ubaya sebagai narasumber, yakni: Veny Megawati, S.T., M.M dan Fidelis Arastyo Andono, Ph.D.

Diskusi dibuka oleh Veny dengan membawakan materi “ Pengembangan Wisata sebagai Sumber Pendapatan BUMDES”. Menurutnya, BUMDES dibentuk dengan berbagai macam bisnis di dalamnya sehingga kita perlu melihat apa saja yang ada di desa kita. “Ketika kita bisa mengembangkan dan mensosialisasikan pariwisata itu akan menjadi potensi untuk menarik para wisatawan datang ke desa kita,” ujarnya, Veny berpendapat bahwa terdapat beberapa kebutuhan wisatawan yang perlu dilengkapi, yakni: tempat tinggal, tempat wisata, makanan, souvenir, transportasi, guide, keamanan, dan lain-lain. Guna meningkatkan hal itu, Veny menambahkan bahwa design thinking, sumber daya manusia, pelatihan dan pendampingan, pemasaran dan SOP, serta infrastruktur diperlukan.

Fidelis melanjutkan diskusi dengan membawakan materi “Sistem Pengendalian Manajemen BUMDES yang Baik”. Menurutnya, pengembangan wisata akan mengarah kepada wisata yang berkelanjutan. “Keberlanjutan berarti kita memikirkan bisnis akan berlangsung selama mungkin. Supaya bisa terwujud maka alam harus dijaga,” ujarnya. Fidelis menjelaskan bahwa terdapat beberapa prinsip di BUMDES untuk mengelola desanya yaitu kooperatif, partisipatif, emasnipastif, transparan, akuntabel, dan sustainable. “Terdapat unsur penting yang harus dikelola dan dikendalikan dengan mulai dari jenis aktivitas, tujuan, lokasi, aksesibilitas, lamanya wisata tinggal, sarana prasarana, dan fasilitas amenities,” tuturnya.

Pembahasan materi menarik banyak pertanyaan dari para peserta, salah satunya Moedjiono. “Apakah desa wisata hanya ideal untuk desa yang bersuhu rendah seperti trawas, malang, dan lain-lain?” tanyanya. Veny menjawab bahwa suhu rendah dan hal lainnya hanya menjadi faktor pendukung. “Jadi tergantung dengan kegiatan apa yang kita bangun dengan potensi desa. Sehingga pengembangan wisata tidak harus bersuhu rendah artinya pada tempat lain sangat bisa tergantung dengan potensinya,” jelasnya. (et)