Menerbangkan Impian Bersama Layang-layang dewiana July 27, 2010

Menerbangkan Impian Bersama Layang-layang

Minggu, 25 Juli 2010 | 11:18 WIB

SURABAYA ndash; Lapangan sepak bola fakultas psikologi Universitas Surabaya (Ubaya) dipenuhi ratusan layang-layang beragam warna. Layang-layang ini diterbangkan oleh sekitar 300 anak bersama orangtuanya.

Yang menarik, setiap layangan bertuliskan aneka profesi yang menggambarkan cita-cita si anak. Ada dokter, guru, tentara, perawat, dan pilot. “Kami ingin mengajak anak-anak menerbangkan impiannya setinggi mungkin seperti layang-layang,” ungkap Ivonne Edrika, staf pengajar fakultas Psikologi Ubaya, Sabtu (24/7).

Kegiatan berkumpul bersama dan menerbangkan layang-layang itu dilakukan dalam rangka peringatan Hari Anak Nasional yang digelar Himpaudi (Himpunan pendidik dan tenaga pendidik usia dini) bekerjasama dengan Ubaya.

Menurut Ivonne, layang-layang dipilih karena dapat mewakili imajinasi anak-anak. Seperti layang-layang, mereka bisa mencanangkan keinginan setinggi mungkin. Selain itu, layang-layang dianggap sebagai salah satu budaya Indonesia yang perlu untuk dijaga kelestariannya.

Anak-anak ini menerbangkan layang-layang bersama kedua orangtuanya. Untuk bisa menerbangkannya, tentu saja dibutuhkan kekompakan antara anak dan orangtua. Tawa canda pun kerap terdengar saat mereka bersama-sama menarik benang agar layang-layangnya bisa terbang.

“Punya saya ini susah naiknya, kayaknya lagi tidak ada angin,” ujar Nafar, salah satu orangtua yang ikut dalam festival layang-layang ini.

Ayah dari Nabil Albari ini mengungkapkan, anaknya menempelkan tiga profesi pada layang-layang miliknya. Masing-masing dokter, tentara dan pilot. “Tapi sayang tidak ada yang gambar profesi wartawan,” ujarnya.

Festival bertema “Terbangkan Impianmu” ini diikuti oleh PAUD (pendidikan anak usia dini) sekecamatan Rungkut yang terdiri dari kelompok bermain, taman penitipan anak, pendidikan anak berkebutuhan khusus, dan PAUD terpadu.

“Kami memilih festival karena format lomba tidak baik untuk anak usia dini. Tidak baik karena akan memperlihatkan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Karena itu formatnya jadi festival saja biar semua sama,” kata Ivonne. m1

dikutip dari : Surabaya Post, 25 Juli 2010