Karya Muluskan Cita-cita… fadjar May 25, 2010

Karya Muluskan Cita-cita…

Mata Rahmawati (23) berbinar. Mahasiswa sebuah universitas negeri di Surabaya ini, meski belum mengikuti wisuda sarjana, sudah mengklaim satu posisi di sebuah perusahaan minyak bonafit di Jakarta.

Semenjak dinyatakan lulus usai mempertahankan skripsinya pada sidang sarjana, ia tak membuang waktu untuk berpuas diri. Rahma langsung melayangkan belasan surat lamaran bekerja ke berbagai perusahaan.

Beruntung sebulan sebelum wisuda, ia dipanggil untuk mengikuti serangkaian tes di perusahaan minyak. Posisi yang ia lamar sebenarnya tak berhubungan langsung dengan perminyakan, yakni desainer grafis perusahaan. Posisi itu selaras dengan kuliahnya dalam jurusan desain komunikasi visual.

‘Karena belum wisuda maka ijasah sarjana untuk sementara diganti dengan surat keterangan lulus dari kampus. Setelah besok dapat ijasah sarjana, baru menyerahkan fotokopi yang dilegalisir,’ katanya, akhir pekan lalu.

Bagi Rahma, pekerjaan yang ia dapat sebelum lulus ini merupakan kejutan sekaligus keberuntungan. Pasalnya, ia belum memiliki pengalaman profesional dalam bekerja. Tapi ternyata ia menyimpan sebuah ‘kunci pamungkas,’ yakni karya atau portofolio.

‘Sejak SMA dulu aku memang sudah senang otak-atik komputer, belajar software-software desain dari kakakku. Setelah kuliah ilmuku bertambah. Aku sering nekad membantu orang-orang yang butuh ngedesain, tanpa dibayar. Bentuknya aku bikin brosur, pamflet, booklet, dan iklan-iklan display. Karya-karyaku yang disukai orang, aku dokumentasikan,’ akunya.

Nah, karya-karyanya itulah yang disertakan ketika ia melamar pekerjaan. Hasilnya, meski iklan lowongan kerja mencantumkan kebutuhan pengalaman bekerja, hal itu bisa ‘diakali’ Rahma dengan karyanya.

‘HRD yang ngetes aku bilang kalau mereka cocok dengan karya-karyaku. Selain itu mungkin karena aku masih muda (fresh graduate),’ujarnya.

Yang dialamai Rahma mirip dengan Anton yang bekerja sebagai penulis naskah di sebuah media cetak nasional. ‘Selama kuliah aku sering menulis di beberapa koran. Tulisanku yang sudah dimuat aku kliping, lalu saat melamar kerja bebrapa contoh tulisan aku sertakan,’ kata Anton.

Sebuah karya memang dapat mengisyaratkan ketekunan dan daya tahan seseorang dalam berkonsentrasi. Selain itu dapat pula mengindikasikan pancaran intelektualitas seseorang.

Banyak karya yang bisa dibuat selama sekolah atau kuliah. Meski semua karya berpeluang membantu mencari kerja, tapi karya-karya yang sudah mendapat pengakuan saja yang relatif mampu menjatuhkan hati penyedia kerja.

Pengakuan itu bisa datang dari keikutsertaan dalam perlombaan atau penayangan di media massa. Yang penting semua karya yang kita miliki didokumentasikan dengan baik agar sewaktu-waktu dibutuhkan, kita dapat mencarinya dengan mudah.

Tidak besar

Bila kita sudah memiliki banyak karya, ternyata itu belum cukup. Sebab malamar pekerjaan juga memiliki syarat lain yang harus dipenuhi. Misalnya, lulus tes administrasi, psikotes, kesehatan, dan sebagainya.

Menurut Rosi, staf HRD sebuah koran nasional, karya yang dimiliki pelamar memang membantu dalam menambah nilai diri tapi itu porsinya tidak cukup besar, tergantung tradisi dan kebutuhan setiap perusahaan.

‘Karya bisa membantu ketika pelamar belum memiliki pengalaman bekerja profesional atau masih fresh graduate. Tapi mencari karyawan yang sesuai kebutuhan tak hanya dilihat dari karyanya saja. Kita harus mengujinya lagi dalam wawancara, psikotes, dan lain-lain,’ ujarnya.

Menurut Rosi, ada faktor yang lebih besar dan penting untuk menyaring calon karyawan, antara lain wawancara dan psikotes.

Jurnal

Agar dapat berkarya, seorang mahasiswa membutuhkan dukungan dari institusi pendidikannya. Bentuk dukungan bisa beragam, misalnya memasilitasi mahasiswa untuk mengikuti kompetisi-kompetisi di luar kampus, memberikan tugas-tugas yang bersifat menghasilkan karya, atau memberikan penghargaan yang menunjang perkuliahan mahasiswa seperti beasiswa.

‘Kami pasti memberi dukungan dalam bentuk nilai. Juga mengikutkan lomba-lomba tingkat nasional. Kami berusaha merangsang mahasiswa untuk berkarya. Dari tugas-tugas perkuliahan yang diberikan selalu ada karya mahasiswa,’ kata Edwina Natalia, koordinator Direktorat Pemasaran dan Humas Universitas Surabaya (Ubaya), Rabu(19/5).

Dalam tradisi Ubaya, lanjut Edwina, beberapa fakultas seperti psikologi, hukum, teknik, dan farmasi, selalu mengagendakan lomba karya tulis. ‘Contohnya awal Mei lalu ada Innovation day 2010 yang diselenggarakan oleh fakultas teknik. Ini mengundang teman-teman SMA se-Surabaya,’ ujarnya.

Selain itu, dukungan yang diberikan Ubaya bagi mahasiswanya untuk rajin mencetak karya yakni dengan menerbitkan jurnal. Karya tulis atau skripsi mahasiswa psikologi bila dinilai memenuhi syarat yang berlaku, akan diterbitkan dalam jurnal Anima.

Bila mahasiswa sudah berkarya, pengelola pendidikan juga perlu membuat wadah bagi karya-karya tersebut yang dapat dibagikan kepada penyedia lapangan pekerjaan. Ketika tren rekrutmen karyawan semakin banyak memanfaatkan teknologi informasi, nilai lebih yang dimiliki para mahasiswa yang telah lulus dapat segera diakses lewat internet.

‘Pada mahasiswa teknik, menjadi nilai plus bila mereka sudah menciptakan suatu produk. Nah, kami punya Career Assessment Centre (CAC) di mana setiap mahasiswa yang lulus bisa membuat profile yang akan ditampilkan dalam web CAC. Web kami bekerja sama dengan beberapa perusahaan. Ini merupakan sarana yang pas bagi perusahaan bila ingin mencari tenaga kerja,’ papar Edwina.

Meski karya dapat meningkatkan posisi tawar seorang mahasiswa, ia tetap tidak boleh melalaikan kuliahnya. Hal itu harus disadari sebab ada kecenderungan jika mahasiswa aktif berkarya, ia akan melupakan bangku kuliah.

Bila itu terjadi semua pencapaian atas karya-karyanya bisa sia-sia, karena perusahaan akan enggan melihat mahasiswa yang di ijazahnya tercantum masa studi yang amat lama.(TYS)

dikutip dari Kompas, 20 Mei 2010