Forum Pendidikan Standardisasi fadjar November 30, 2009

Forum Pendidikan Standardisasi

BSN kini telah menjalin kerjasama dengan 18 Perguruan Tinggi di Indonesia (USU, UNSRI, ITB, IPB, UI, UNAS, USAKTI, UNS, UNDIP, UGM, UII, UNY, UNIBRAW, ITS, UBAYA, UNLAM, UNHAS, UNUD). Kerjasama di bidang pendidikan standardisasi ini merupakan peluang, potensi sekaligus tantangan bagi BSN dan perguruan tinggi. Bagaimana kerja sama yang terjalin tidak hanya di atas kertas, apa realisasi dan tindak lanjutnya? Dan lebih penting bagaimana agar kerja sama yang terjalin tidak hanya ‘bertepuk sebelah tangan’, tidak bersuara, hanya angin yang dihasilkan. Untuk itulah forum pendidikan standardisasi digelar, sebagai ajang evaluasi implementasi kerjasama dan diskusi tindak lanjut kerja sama. Forum, yang juga untuk memeriahkan hajatan Bulan Mutu Nasional, diselenggarakan tanggal 19 Nopember 2009 di Balai kartini, Jakarta diikuti oleh 40 peserta perwakilan dari perguruan tinggi yang sudah MoU maupun yang belum (observer; Unika Soegijapranata, Universitas Bung Karno, Universitas Suryadharma, Universitas Negeri Medan, Universitas Nusa Bangsa Bogor)

Dalam pembukaannya, Dewi Odjar, Deputi Bidang Informasi dan Pemasyarakatan Standardisasi menyampaikan bahwa cikal bakal kerja sama adalah dengan UNDIP (2005) dalam pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat di bidang standardisasi (dikelola oleh Puslitbang BSN). Tahun 2007 dibentuk tim dari BSN dan UNDIP untuk menyusun kurikulum mata kuliah pengantar standardisasi, 4 September di tahun yang sama kurikulum (edisi pertama) di-launching di UNDIP. Tahun 2008, kurikulum diuji coba di Fakultas Teknik Industri UNDIP (mahasiswa semester enam), hasilnya dievaluasi. Di tahun yang sama, dibentuk Tim Kaji Ulang dari BSN, UNDIP, IPB, dan USAKTI. Kurikulum disempurnakan menjadi kurikulum edisi kedua. Tahun 2009, dari kurikulum, tim mengembangkan textbook pengantar standardisasi. Buku tersebut diluncurkan di ajang forum pendidikan standardisasi. Ini sebuah sejarah dan kebanggaan.
suasana forum
Forum juga diisi pemaparan tentang Prinsip dan Manfaat Penerapan ISO 9001 bagi perguruan tinggi oleh Dr. Sunarya, Deputi Bidang Penerapan dan Sistem Akreditasi. Disampaikan bahwa standar ISO 9001 yang generic bisa diterapkan di semua bidang manajemen, termasuk di perguruan tinggi. Salah satu prinsip ISO 9001 adalah fokus pada pelanggan, perguruan tinggi harus mengidentifikasi pelanggan dan kebutuhan pelanggan, pelanggan perguruan tinggi adalah mahasiswa dan semua yang mendapatkan pelayanan, lebih dari itu, perguruan tinggi juga harus mengidentifikasi pelanggannya pelanggan, yaitu dunia kerja atau industri, lulusan yang dihasilkan perguruan tinggi harus memenuhi tuntutan dunia kerja atau industri, link and match. Dan pemahaman tentang standar, sekarang sudah menjadi salah satu tuntutan dunia kerja, di era globalisasi, standar menjadi ”bahasa” kedua setelah uang. Untuk itulah pendidikan standardisasi diperlukan.

Turut hadir, perwakilan Universitas Katholik Soegijapranata diwakili oleh Prof. LMF. Purwanto dan Hermawan, Penerima SNI Award 2009 kategori Industri Jasa Menengah, yang menyampaikan mengenai perjalanan/kisah suksesnya dalam ajang SNI Award. Unika mengakui manfaat dari penerapan ISO 9001, menurut Prof. LMF Purwanto, dengan menerapkan standar ini Universitasnya menjadi lebih terstruktur dengan jelas, Konsisten, Mudah melakukan perubahan terukur, Proses yang sistematis dalam menelusuri menyelesaikan masalah, Kepercayaan masyarakat meningkat, dan memudahkan pemenuhan Standar Nasional Pendidikan. Penerapan ISO 9001 di Universitas juga mampu menjawab tuntutan trend sekarang, yaitu pendidikan yang berkualitas.

Disela-sela acara turut hadir kepala BSN, Dr. Bambang Setiadi, yang memberikan apresiasi terhadap forum ini. Dr. Bambang juga menyampaikan bahwa sekarang Indonesia membutuhkan para pakar terutama dari perguruan tinggi untuk menjawab isu perubahan iklim yang tengah menjadi perhatian dunia, seperti diketahui BSN tengah menyusun standar GHG (Green House Gases) yang membutuhkan pakar yang mampu mampu menghitung Emisi Carbon. Ini tantangan bagi perguruan tinggi. Indonesia dituding sebagai emiter GHG terbesar ke-3 di dunia setelah USA, China versi World Bank, DFID, PEACE 2007. Padahal, menurut Dr. Retno Gumilang Dewi, dosen Teknik Kimia ITB (dalam seminar GHG di Jakarta, 19/11) jika emisi kebakaran lahan gambut tidak diperhitungkan dalam LULUCF (Land Use, Land-Use Change and Forestry) Indonesia bukanlah emiter GHG ke-3 dunia, tetapi turun menjadi peringkat ke-6 setelah US, China, Brazil, Rusia dan India).
foto bareng
Hasil dari Forum ini adalah perguruan tinggi penandatangan MoU sepakat untuk memasukkan standardisasi atau muatan standardisasi dalam mata kuliah, misal UNY akan memasukkannya dalam pengantar Kuliah Kerja Nyata (KKN), Kurikulum dan textbook dari BSN akan menjadi acuan utama. Perguruan tinggi juga akan memberikan kontribusi kepakaran dan riset serta sosialisasi dan pertukaran informasi dalam bidang standardisasi. BSN akan melakukan pembinaan laboratorium di beberapa universitas. Forum juga sepakat untuk menentukan PIC (Person in Charge)/Kontak Person dari masing-masing Perguruan Tinggi, PIC ini diharapkan akan menjadi ”kader militan”. Forum ini membuktikan keseriusan BSN dalam edukasi standardisasi, bukan hal mustahil nantinya akan ada jurusan atau program studi standardisasi di Indonesia, generasi muda Indonesia ”melek” standar, karena kami yakin standar dan standardisasi penting, tetapi pendidikan standar dan standardisasi lebih penting, dari usia dini sampai perguruan tinggi. Itulah yang sedang kami perjuangkan. (hary)

dikutip dari situs web Badan Standarisasi Nasional www.bsn.go.id, 30 Nopember 2009