UNIVERSITAS SURABAYA (UBAYA) 40 TAHUN, Fase Menduduki Posisi World Class University fadjar April 9, 2008

UNIVERSITAS SURABAYA (UBAYA) 40 TAHUN, Fase Menduduki Posisi World Class University


Dalam Dies Natalis ke-40, Universitas Surabaya (UBAYA)
telah menunjukkan bahwa eksistensinya di dunia pendidikan sangat diperhitungkan. UBAYA Exhibition, Lepas Pandang Wisudawan dan Open House merupakan kegiatan yang diselenggarakan secara integrasi dan hampir serempak waktunya.

Banyak prestasi dan keberhasilan sebagai hasil kerja nyata dalam perjalanan hidupnya. Sangat pula disadari bahwa UBAYA telah sukses membentuk dan menghimpun aset termasuk mengembangkan fasilitas fisik hasil sumbangsih para mahasiswa berikut orang tua dan keluarganya.

Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pertanggungjawaban kepada publik, UBAYA memiliki kewajiban untuk menginformasikan prestasi dan keberhasilan tersebut secara luas, penyampaian prestasi ini, diharapkan akan mendorong motivasi diri sekaligus menjadi inspirasi bagi siapa saja untuk tumbuh dan berkembang bersama, mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan bangsa Indonesia. Dies Natalis ke-40 UBAYA menjunjung tema : 40 years of Excellence, to be a World Class University. Tema ini menyiratkan dua makna, yaitu : mensyukuri atas rahmat kebermaknaan selama 40 tahun perjalanan Universitas Surabaya serta tekad yang kuat warga Universitas Surabaya untuk menjadi perguruan tinggi berkelas internasional.

Rektor Universitas Surabaya, Prof. Drs.ec. Wibisono Hardjopranoto M.S, mengatakan, UBAYA sekarang lagi berbenah diri. Pada usianya ke-40 tahun, UBAYA memasuki the second cycle.

“UBAYA mulai menapakkan diri untuk mencoba masuk ke tahap internasionalisasi, yang sudah disiapkan sejak 1994. Dan memasuki tahun 2007, kita berada pada fase memperkuat posisi menuju “World Class University” ujarnya bersemangat. Sekalipun terminologinya masih diperdebatkan, hampir semua Perguruan Tinggi yang bagus di dunia telah menyatakan dirinya sebagai world class-kelas dunia

Untuk menuju ke sana, kata lelaki yang akrab disapa pak Wibi ini, UBAYA tentunya harus ditunjang dengan pendidikan yang berkualitas. Dan ada dua resep yang sangat sederhana, yaitu menggagas strategy pengembangan dan implementasinya yang kunci suksesnya sangat bergantung kepada potensi dan kualitas sumberdaya manusia.

Sebagai sebuah learning organization, tahun 2002 UBAYA memperbaiki statuta baru dari statuta 1994. Dalam diskusi-diskusi intensif, UBAYA belajar dari perubahan environment (perkembangan lingkungan sekitarnya, persaingan, kebijakan pemerintah dan masyarakat sendiri termasuk jenjang pendidikan sebelumnya-SMA). UBAYA telah melakukan positioning yang tepat dan inilah langkah strategis itu.

Menyangkut sumber daya manusia, UBAYA berpacu dengan waktu, Banyak dosen UBAYA yang kini sedang menempuh pendidikan S3 di berbagai perguruan tinggi di dalam negeri maupun di luar negeri. Sebagai contoh di fakultas psikologi saja, saat ini terdapat 13 dosen yang studi S-3.

Lepas Wisudawan

Pendidikan tinggi, misinya: memberikan “pembebasan” kepada generasi muda. Kalau dia punya pemikiran yang bebas dan kritis, dia akan mencari terus pengetahuan yang baru termasuk melalui riset (discovery). Ini merupakan bekal bagi kesiapan untuk menghadapi chalenge ndash; tantangan masa depan. Di dalam memecahkan persoalan dia bisa mengatasi masalah yang menghampar di depan mereka. Itu justru lebih penting. Wisudawan UBAYA dipersiapkan betul. Melalui perbaikan kurikulum UBAYA ingin mendesain lebih tepat profil lulusan. Lulusan seperti apa yang nantinya harus menjadi generasi muda yang bisa memecahkan persoalan di masyarakat. UBAYA melakukan pemutakhiran kurikulum. Dengan updating kurikulum maka substansi pembelajaran menjadi releven dan cocok dengan perubahan-perubahan baru dan tentunya makin menyenangkan. Sebagai salah satu institutional suporting system, CAC (Carrier Assistant Center) membantu mengembangkan karir lulusannya. Terdiri dari training-training softskill dan ini sejalan dengan kurikulum di Ditjen Pendidikan Tinggi “Dulu yang jadi lakon dalam kelas adalah dosen, konsep pendidikan seperti ini keliru. Sekarang yang menjadi lakon dalam proses pendidikan itu adalah mahasiswanya” kata rektor UBAYA dua periode ini. Akhirnya ini meminta jangan ikut masuk ke dalam Bubble Education, yakni Cuma mengejar gelar dan ijazah. Sehingga kualitasnya sangat diragukan dan peserta didik tidak berproses sebagaimana mestinya. “Setelah lulus mahasiswa harus bekerja. Harus berkeringat dengan pemikiran, dengan tenaga dan dengan aktivitas yang baik”. Semoga UBAYA dapat mewujudkan keinginannya untuk menjadi A World Class University. Semogahellip;

sumber: Jawa Pos, Selasa 8 April 2008