Yuwono Budi Pratikno, Dosen Ubaya Kolektor Miniatur Kereta Api laurentiusivan May 16, 2024

Yuwono Budi Pratikno, Dosen Ubaya Kolektor Miniatur Kereta Api

Diorama kereta api (KA) Amerika menjadi salah satu koleksi istimewa milik Yuwono Budi Pratikno yang disimpan di rumahnya, Jalan Rungkut Asri Barat. Saat Jawa Pos berkunjung pada Jumat (26/4) lalu, miniatur-miniatur KA dengan pemandangan salah satu Kawasan di negara Amerika Serikat itu terlihat begitu indah. Miniatur KA tersebut juga bisa bergerak dengan suara lokomotif dan masinis. Yuwono mengerjakan diorama KA bertema Amerika Serikat tersebut di Laboratorium Teaching Industry Ubaya di sela-sela aktivitasnya mengajar sebagai dosen.

Ada kepuasan sendiri ketika layout miniatur KA itu tuntas dan bisa dibawa pulang ke rumahnya. “Saya ada tiga diorama atau layout dengan tema atau konsep berbeda. Diantaranya, Amerika, Indonesia, dan perbukitan desa,” katanya kepada Jawa Pos.

Diorama kereta Big Boy Amerika Serikat menjadi salah satu koleksi spesial bagi Yuwono karena limited edition. Harganya mencapai Rp 20 juta. “Itu paling menantang sih. Agak sulit mendapatkannya. Harga itu belum ongkir dan pajaknya,” ujar Ketua Program Studi (Prodi) Teknik Mesin dan Manufaktur Universitas Surabaya (Ubaya) itu.

Sejak kecil, kehidupan Yuwono memang begitu dekat dengan kereta api. Dia lahir dan besar di Madiun. Di Madiun terdapat PT Inka, perusahaan yang memproduksi kereta api. “Saya terbiasa sejak TK melihat kereta lokomotif melintas. Jadi, memori tentang kereta api begitu dekat dan menyenangkan,” ucapnya.

Saat duduk di bangku kuliah S-1, S-2, hingga S-3, Yuwono juga menulis banyak penelitian tentang kereta api. Mulai skripsi, tesis, hingga disertasi. Hingga akhirnya, pada 2010, dia mulai mengoleksi miniatur kereta api pertama. “Dulu, saya hobi merokok. Jadi, untuk bisa membeli kereta miniatur, saya harus berhenti merokok,” ungkapnya.

Pada saat itu, dia membeli kereta miniatur pertama seharga Rp150 ribu. Itu pun masih dalam bentuk dami KA. Koleksi pertamanya adalah miniatur kereta lokomotif PT Inka CC201. “Saya membelinya bertahap. Koleksi pertama sangat berharga karena saya harus menabung agar bisa beli miniaturnya,” kata Yuwono.

Dari situlah, akhirnya Yuwono bergabung dengan banyak teman di dalam komunitas pecinta miniature kereta api. Dari teman-teman sesama kolektor miniatur tersebut, dia mendapatkan jalan untuk memperoleh penghasilan tambahan. Mulai kerja sama hingga membuat proyek baru. “Dari proyek tersebut bisa membiayai untuk membeli koleksi miniature kereta api yang baru,” ujarnya.

Ada keasyikan sendiri saat mengumpulkan berbagai miniatur kereta api Indonesia. Ketika koleksi yang diinginkan tercapai, Yuwono merasa puas. Bahkan, tidak jarang untuk mendapatkan barang koleksi miniature kereta api, dia harus berebut dengan para kolektr lainnya. “Dulu kami sampai rebutan untuk bisa dapat koleksi tersebut,” imbuhnya.

Hingga saat ini, Yuwono sudah mengumpulkan koleksi miniatur kereta api sekitar 600-700. Mulai dari semua jenis kereta api Indonesia dan gerbong, lokomotif, kereta penumpang, hingga gerbong (gerbong batu bara, gerbong pasir). “Kalau kereta api Indonesia semua sudah lengkap. Saya punya semua. Ada di Madiun dan Surabaya,” kata dia.

Bukan hanya miniature kereta api, di dalam deretan rak koleksinya juga terdapat miniature bus dari berbagai jenis di Jawa Timur. Yuwono mengatakan, dalam kehidupan miniatur, ada kereta api, truk kontainer, bus, hingga alat-alat berat. “Jadi, koleksi miniature bus dan lain-lainnya ini hanya sebagai pelengkap dari miniatur kereta api saya,” ujarnya. Menurut Yuwono, untuk mendapatkan koleksi miniatur kereta api tersebut, biasanya para kolektor sudah memiliki kenalan produsen. Ada juga importir yang menawarkan miniatur kereta api Big Boy Amerika Serikat. “Kamis bisa memesan melalui mereka,” ucapnya.

Dalam mengoleksi miniatur kereta api, lanjut dia, keasyikannya dilihat ketika layout yang dibuat sesuai tema yang diinginkan tersebut difoto. Ada kepuasan ketika melihat hasilnya tampak seperti kehidupan nyata. Selain itu, koleksi miniatur yang dimiliki rata-rata berskala HO (1:87). Artinya, setiap 1 milimeter yang ada di koleksi sama dengan 87 milimeter di kenyataan. “Setiap kolektor ada tingkatan skala, mulai skala Z, HO, G, hingga skala O. Skala HO yang menyerupai kenyataan,” jelasnya.

Harga miniature kereta api koleksinya pun beragam. Yuwono menyebutkan, ada beberapa jenis miniature yang membedakan harga. Contohnya, lokomotif bisa bergerak dengan listrik dan ada suaranya yang harganya Rp 3,5 juta hingga Rp 7 jutaan. Namun, yang tidak ada suaranya sekitar Rp 1-5 juta. Sementara, kereta penumpang buatan Indonesia sekitar Rp 350 ribu hingga Rp 450 ribu. “Yang paling langka adalah KA Amerika Big Boy. Itu kereta setelah Perang Dunia Kedua. Di Amerika sendiri sekarang sedang restorasi,” katanya.

Dalam dunia kolektor miniatur kereta api, Yuwono juga pernah lima kali tertipu oleh produsen. Biasanya, pembuat kebanyakan order. Uang sudah diterima, tetapi barang tidak jadi. “Sebenarnya, koleksi miniatur kereta api ini bisa jadi investasi. Sebab, koleksi seperti ini jika dijual bisa menguntungkan,” katanya.

Sumber : Jawa Pos