Mariana Wahjudi Mengulik Primer DNA untuk Mendeteksi Genomik Babi laurentiusivan February 27, 2024

Mariana Wahjudi Mengulik Primer DNA untuk Mendeteksi Genomik Babi

Bisa Tahu Aman Dikonsumsi atau Tidak dalam 1-2 Menit

Professor Mariana Wahjudi SSi MSi PhD tidak bisa dipisahkan dari dunia penelitian. Perempuan yang baru saja dikukuhkan sebagai guru besar bioteknologi Universitas Surabaya (Ubaya) itu betah berlama-lama di laboratorium untuk menguji sampel. Inovasi pun terus lahir dari sana.

Senyum Mariana merekah tiap kali memasuki laboratorium purifikasi dan biologi molekuler. Ruangan itu begitu akrab dengannya. Maklum, sehari-hari di sanalah dia berkantor. Hasil penelitian terbarunya adalah primer yang bisa mendeteksi DNA genomik babi. Inovasinya itu bermanfaat bagi masyarakat yang tidak mengonsumsi makanan yang mengandung babi.

“Kami memanfaatkan software,” ujarnya kepada Jawa Pos kemarin (26/2). Dengan bantuan perangkat lunak, Mariana menentukan susunan variasi yang unik para primer tersebut. Penelitian Mariana sukses melahirkan inovasi dalam waktu 1-2 minggu saja. Serangkaian penyempurnaan lantas dilakukan, termasuk mematenkan primer tersebut.

“Primer itu kan senyawa. Ada banyak kandungan di dalamnya,” jelas Mariana. Variasi DNA yang terkandung pada senyawa itulah yang menjadi objek penelitiannya. Dia berfokus pada keunikan varian yang ada di dalamnya dan reaksi senyawa tersebut ketika diujikan pada berbagai sampel. Terutama DNA genomik babi.

“Primer ini pernah menunjukkan hasil false true,” ungkap Mariana saat menceritakan penelitiannya. Ketika itu, dia meneliti ikan. Namun, saat diberi primer, bagian dari ikan itu menunjukkan reaksi yang sama dengan ketika primer mendeteksi genomik babi.

Temuan semacam itulah yang membuat Mariana kemudian betah berlama-lama di laboratorium. Dia menindaklanjuti reaksi tersebut hingga menemukan jawaban yang dia butuhkan. Kini, setelah melewati tahap-tahap penyempurnaan, primer hasil inovasinya sudah lebih teruji.

“Jadi, inovasi primer yang kami buat ini hanya akan mengikat DNA genomik babi saja,” tegasnya. Bukan hanya daging babi, semua bagian dari tubuh babi bisa dideteksi lewat primer tersebut.

Mariana menerapkan teknologi PCR dalam metode inovasinya. Primer dicampurkan pada bahan makanan atau daging atau sampel yang hendak diuji, lantas diletakkan pada RT-PCR. Nantinya, hasil reaksi primer dan sampel akan bisa dibaca pada layar komputer yang sudah terhubung dengan RT-PCR tersebut.

Untuk memudahkan deteksi, Mariana juga menciptakan alat untuk mengesktraksi DNA. Dengan alat tersebut, hanya dibutuhkan waktu 1-2 menit untuk mengetahui ada tidaknya DNA genomik babi pada sampel. “Saya ingin membantu masyarakat, dengan teknologi yang murah,” ucapnya.

Bagaimana jika primer dan alat ciptaannya disalahgunakan untuk hal-hal yang bertolak belakang dengan tujuan Mariana? Jujur, dia mengaku ada sedikit kekhawatiran ke arah sana. Namun, sebagai peneliti, dia berpedoman pada iktikad baik. Dia yakin tujuan baiknya akan membuahkan manfaat yang baik pula.

Sumber : Jawa Pos