Pusat Informasi Obat dan Layanan Kefarmasian Ubaya Berikan Konsultasi Berbasis Bukti Riset laurentiusivan February 1, 2024

Pusat Informasi Obat dan Layanan Kefarmasian Ubaya Berikan Konsultasi Berbasis Bukti Riset

SURYA.co.Id – Obat menjadi komoditas yang terus berkembang, sayangnya informasi terkait obat ini tidak semuanya diketahui masyarakat awam bahkan tenaga medis.

Melihat kondisi ini, Pusat Informasi Obat dan Layanan Kefarmasian Universitas Surabaya (PIOLK Ubaya) sejak tahun 1999 hingga saat ini masih bertahan.

Staff PIOLK Ubaya, apt. Eko Setiawan, S.Farm., M.Sc., Ph.D mengungkapkan PIOLK ini dibentuk Ubaya bekerjasama dengan Nottingham University, Inggris, dengan dukungan Higher Education Link (HEL) British Council. PIOLK didirikan untuk memfasilitasi, mendukung dan menjamin keefektifan, keamanan dan kerasionalan pengobatan melalui penyediaan informasi yang tidak memihak, tidak bias secara komersial dan terkaji.

“Karena dilihat perkembangan farmasi klinis dirasa belum optimal. Maka dikhawatirkan banyak penggunaan obat di masyarakat yang kurang tepat. Oleh karena itu, PIOLK ini berupaya memberdayakan apoteker Indonesia yang dampaknya supaya masyarakat Indonesianya bisa punya akses informasi akan obat,”ungkap Eko.

Kerjasama PIOLK yang berada di Fakultas Farmasi Ubaya ini konsisten memberikan edukasi pada tenaga Kesehatan ataupun masyarakat untuk memberikan informasi obat yang dibutuhkan.

Tak sekedar memberikan informasi, dengan kemudahan teknologi saat ini, PIOLK hadir untuk mengkonfirmasi kebenaran informasi yang beredar.

“Pada enam tahun pertama PIOLK sudah mengedukasi sekitar 600 apoteker dan akhirnya sekarang tersebar ke seluruh Indonesia.,”urainya,

Dalam perkembangannya, saat ini masyarakat semakin mudah mengakses informasi Kesehatan dari teknologi informasi.

Saat ini PIOLK memprioritaskan untuk memverifikasi kebenaran informasi yang disampaikan di masyarakat.

Dengan bekal literasi secara online bahkan ratusan buku riset yang tidak dijumpai dalam ebook menjadi modal PIOLK untuk memverifikasi setiap informasi obat yang dibutuhkan.

“Apakah memang benar informasi di masyarakat itu semuanya bisa dipercaya. Karena kita lihat bahwa siapapun bisa bilang misalnya obat ini berbahaya dan lain sebagainya. Tapi kan kalau dari kita sendiri untuk pusat informasi obat, untuk informasi yang diberikan juga berbasis bukti atau evidence. Sehingga kita harapannya adalah kalau memang itu nggak benar kita bilang tidak benar,”tegasnya.

Staff PIOLK, apt. Bobby Presley, S.Farm., M.Farm-Klin., Ph.D menambahkan PIOLK biasanya menerima konsultasi pertanyaan yang disebut Query melalui telepon, email maupun datang langsung ke kantor PIOLK di Kompleks Fakultas Farmasi Gedung FF lantai 5, Ubaya – Tenggilis) tanpa dipungut biaya..

“Secara awam Query ini mungkin relatif turun ya dibandingkan awal-awal. Karena dulu kan orang nggak punya akses internet. Sekarang kan semua bisa tanya ke Google. Jadi pertanyaan dari masyarakat awamnya yang menurun, tapi dari tenaga kesehatannya semakin meningkat. Jadi berupa kajian. Jadi lebih dari tenaga kesehatan yang mengakses kita lebih banyak sekarang,”lanjutnya.

Setiap bulan, PIOLK juga memberikan edukasi kepada tenaga kesehatan berupa kajian obat.

Seperti pergi ke salah satu rumah sakit swasta untuk melakukan kajian secara rutin presentasi ke Dokter, apoteker,dan perawat.

“Jadi kita diminta untuk memberikan kajian terkait dengan bisa macam-macam. Bisa obat baru atau obat yang direkomendasikan oleh dokter di rumah sakit tersebut. Apakah obat ini perlu diadakan? Apakah ini cukup efektif dibandingkan obat lama?,”lanjutnya.Sementara Query dari masyarakat awam biasanya terkait efek samping dari pemakaian obat.

Seperti minggu lalu, dikatakan Bobby timnya mendapat konsultasi dari seorang ibu yang menanyakan kondisi lidah anaknya yang berubah warna usai mengkonsumsi obat.

“Minggu lalu dapat pertanyaan dari Bandung gitu ya. Loh, ini kok lidahnya anaknya habis minum obat ini jadi biru gitu. Ini gimana? Keracunan kan panik. Jadi kita bantu carikan. Mungkin bisa cari sumber informasi di buku-buku. Karena beberapa informasi tidak bisa ditemukan di internet. Gitu. Harus lewat buku,”lanjutnya.

Sumber informasi berupa buku-buku yang beberapa diantaranya langka dan mahal diharapkan bisa menjadi sumber informasi masyarakat melalui PIOLK.

Apalagi paling banyak sumber informasi spesifik biasanya menyangkut obat-obatan yang dikonsumsi ibu hamil dan menyusui yang harus dikaji berdasarkan riset.

“Kalau lihat dari brosur obat kan selalu ngomongnya jangan, enggak boleh, enggak boleh gitu. Nah itu kita punya satu buku yang isinya summary atau kesimpulan dari penelitian-penelitian. Apakah memang enggak boleh pada semua masa kehamilan. Atau ternyata boleh pada trimester tertentu,”pungkasnya.

Sumber : Surya.co.id