Pentingnya Sarapan Sebagai Health Behavior fadjar March 19, 2015

Pentingnya Sarapan Sebagai Health Behavior

Listyo Yuwanto

Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Tulisan ini menggambarkan refleksi pembelajaran penulis terkait dengan program penggiatan sarapan yang diadakan di sebuah Sekolah Menengah Atas beberapa tahun yang lalu. Terdapat permasalahan yang muncul dalam proses belajar mengajar yang setelah dilakukan analisis salah satu penyebabnya adalah siswa tidak memiliki kebiasaan sarapan. Hasil informasi yang didapatkan dari Bimbingan Konseling sekolah menunjukkan tentang adanya perilaku tidak sehat yang ditampilkan siswa dalam rentang waktu jam pertama pelajaran hingga jam keempat yang merupakan jam terakhir pelajaran sebelum istirahat. Beberapa perilaku tidak sehat tersebut antara lain mengantuk, sulit berkonsentrasi, mengemil makanan ringan saat jam pelajaran tanpa sepengetahuan pengajar, ijin ke toilet ternyata ke kantin sekolah untuk makan. Saat dicari penyebabnya, jawaban dari siswa cukup beragam. Alasan mengantuk dan sulit konsentrasi beberapa disebabkan malamnya begadang menonton televisi atau ada kegiatan di luar rumah hingga larut malam terutama di hari minggu, sulit tidur karena terdapat masalah keluarga, dan belum makan pagi. Sedangkan alasan utama siswa yang ijin ke toilet ternyata ke kantin sekolah alasannya merasa sangat lapar karena pagi harinya belum makan pagi. Berdasarkan kondisi tersebut maka kemudian diadakan program sarapan pagi yang dilakukan sekolah, sebelum jam pelajaran pertama, siswa yang belum sarapan diharapkan sarapan terlebih dahulu di kantin sekolah atau di kelas.

Fenomena yang terjadi di sebuah sekolah tersebut menunjukkan adanya kesadaran peran penting sarapan bagi aktivitas yang dilakukan terutama dalam proses belajar mengajar. Kesadaran akan pentingnya sarapan memiliki dasar yang kuat, karena sarapan termasuk pada perilaku sehat (health behavior) yang berperan terhadap fisik dan psikologis. Di pagi hari, tubuh membutuhkan energi untuk melakukan aktivitas. Apabila tidak sarapan pagi, hanya menggandalkan energi sisa hari sebelumnya maka tidak akan cukup untuk menunjang kegiatan baik kegiatan yang bersifat fisik dan psikologis, terutama yang berskala besar. Kegiatan fisik dan psikologis yang berskala besar misalnya melibatkan kegiatan fisik mengangkat barang berat dan banyak, berdiri cukup lama. Kegiatan psikologis misalnya berpikir saat ujian, membuat strategi perencanaan yang membutuhkan analisis dan sintesis yang rinci, dan sebagainya. Maka tidak mengherankan, individu yang tidak sarapan, biasanya akan pingsan apabila melakukan aktivitas berat seperti upacara di pagi hari yang mengharuskan berdiri cukup lama. Peserta ujian yang tidak sarapan juga akan terganggu konsentrasi dan kemampuan berpikirnya.

Mengapa demikian, karena kurangnya kadar gula darah. Saat individu tidak sarapan, dan mengandalkan energi dari asupan makanan sehari sebelumnya, energi sisa tersebut tidak cukup untuk menunjang aktivitas yang akan dilakukan. Ketika tidur di malam harinya, tubuh tetap membutuhkan energi untuk mengaktifkan organ dalam misalnya aktivitas jantung, bernafas, dan sebagainya sehingga tetap menyerap energi sehingga mengurangi cadangan kadar gula darah. Saat tubuh kekurangan kadar gula darah maka akan muncul gejala yang ditampilkan misalnya gelisah, sulit berkonsentrasi, dan terparah adalah akan mengalami pingsan apabila aktivitas yang dilakukan terlalu berat dan dipaksakan.

Sarapan sebagai bentuk health behavior perlu digalakkan, dengan cara sarapan pagi di waktu yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan tubuh. Beberapa orang menyatakan dengan sarapan pagi membuat tubuh makin lemas dan mengantuk, beberapa menyatakan dengan sarapan membuat perut terasa tidak nyaman. Apabila kondisi ini terjadi, maka sarapan yang dilakukan belum termasuk pada health behavior, perlu adanya pengetahuan tentang sarapan sehat. Pada prakteknya, sarapan yang sehat dicirikan dengan jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan di pagi hari, maksudnya dibandingkan dengan jumlah makanan yang dikonsumsi saat makan siang dan makan malam, saat sarapan jumlahnya lebih sedikit. Apabila terlalu banyak, maka aliran darah akan lebih banyak terjadi di perut sehingga menyebabkan mengantuk, dibandingkan yang dialirkan ke otak untuk menunjang kinerja otak seperti kesadaran, daya tanggap, dan konsentrasi. Makanan yang dikonsumsi saat sarapan diusahakan mengandung kombinasi karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Sarapan tidak harus dengan menggunakan nasi, dapat diganti yang lain yang memiliki asupan karbohidrat yang memadai. Perut yang tidak nyaman akibat sarapan biasanya disebabkan makanan yang dikonsumsi mengandung gas yang terlalu banyak kadarnya. Maka pilihlah makanan yang tidak mengandung gas sewaktu sarapan.

Demikian sedikit refleksi tentang pentingnya sarapan sebagai bentuk perilaku sehat. Perilaku sederhana di pagi hari, namun dapat meningkatkan kinerja baik secara fisik dan psikologis saat melakukan aktivitas. Bagaimana dengan pekerja, apakah membutuhkan sarapan seperti siswa yang menjalani aktivitas belajar mengajar, jawabnya sarapan juga penting bagi pekerja.