Jangan Marah dan Sita Ponsel Saat Remaja Tepergok Simpan Gambar Porno di HP fathulhusnan April 19, 2008

Jangan Marah dan Sita Ponsel Saat Remaja Tepergok Simpan Gambar Porno di HP

SETIAP benda memiliki fungsi negatif dan positif, termasuk handphone (HP). Penggunaannya sebagai alat komunikasi memudahkan kita berhubungan dengan orang lain. Namun, kecanggihannya sering disalahgunakan. Yang marak belakangan, anak-anak tepergok menggunakannya untuk melihat adegan ranjang di telepon seluler (ponsel). Bagaimana mengatasinya?

Jangan langsung marah jika Anda menemukan fakta ABG Anda memiliki koleksi gambar atau video porno di HP-nya. ‘Marah justru membuat anak merasa semakin terpojok,’ ujar Prof Dr Yusti Probowati, kepala Laboratorium Sosial Fakultas Psikologi Universitas Surabaya (Ubaya). Menyita ponsel yang dimiliki anak juga bukan jalan keluar. Sebab, sejatinya, upaya mencari tahu tentang aktivitas seksual adalah hal yang wajar bagi remaja.

Apalagi, saat menginjak sekolah menengah pertama (SMP), pertumbuhan psikologi anak sudah memasuki fase pascakonvensional. Itu adalah tahap terakhir perkembangan psikologi yang meliputi prakonvensional, konvensional, dan pascakonvensional. ‘Pada fase akhir, nilai baik dan buruk sudah tertanam di memori anak,’ jelasnya.

Persoalannya, setiap anak memiliki waktu berbeda-beda untuk menyelesaikan fase perkembangan psikologinya. Apalagi pada usia tersebut, organ seksual anak mulai berkembang. Misalnya, anak perempuan mulai haid dan anak laki-laki mulai mimpi basah. Persoalan lain, tidak semua orang tua memberikan pengertian seksual saat anak beranjak dewasa. Jadi, anak tidak memiliki kemampuan menilai apakah gambar dan video porno yang dilihatnya masuk kategori baik atau buruk.

Jalan keluarnya, membuka komunikasi tentang pendidikan seksual adalah cara terbaik menurut Yusti. Dengan menjawab rasa ingin tahu anak seputar perubahan organ seksual yang dialaminya, anak-anak bisa mendapatkan informasi yang benar. ‘Remaja cenderung lebih dekat dengan teman daripada orang tuanya. Kalau orang tua enggan memberi info, mereka akan bertanya ke sesama teman yang notabene sama-sama belum tahu informasi yang benar tentang seksualitas,’ jelasnya.

Padahal, kalau satu remaja memiliki gambar porno, dia akan memberikan kepada temannya. Dampaknya, penyalahgunaan HP di kalangan pelajar, lanjut dosen Fakultas Psikologi Ubaya tersebut, akan menyebar dengan cepat. ‘Menyita HP yang ada gambar pornonya akan memperkeruh suasana. Anak justru terpancing untuk mencari tahu lebih banyak,’ katanya.

Bagaimana kalau tak mampu menjelaskan tentang seksualitas? Yusti memberi satu contoh solusi. Undanglah teman-teman dekat si ABG ke rumah, lalu minta bantuan ahli. Misalnya, guru BP atau psikolog untuk memberikan penjelasan tentang kegiatan seksual. Informasi yang benar akan membentuk kontrol pribadi dalam melihat gambar atau video porno. ‘Jika anak paham benar dengan organ seks yang dimiliki dan akibat dari hubungan intim, mereka akan lebih bertanggung jawab,’ paparnya. (uji/nda)

dikutip dari Harian Jawapos, 19 April 2008