Sepenggal Kisah Sukses Ubaya Kawinkan Gelar Libama 2007 fathulhusnan September 15, 2007

Sepenggal Kisah Sukses Ubaya Kawinkan Gelar Libama 2007

Persiapan Ekstra, Pupuk Kebersamaan Lewat Out Bound
Tim pria dan wanita basket Universitas Surabaya (Ubaya) mengukir prestasi sejarah. Mereka juara Liga Bola Basket Mahasiswa (Libama) Selasa (11/9). Bagaimana usaha mereka untuk meraih gelar yang disebut-sebut banyak pihak sebagai tonggak kebangkitan kembali bola basket Jawa timur itu?

Saat Jawa Pos bertemu dengan dua kapten dari tim basket pria dan wanita Ubaya, Wijaya Saputra dan Yunita Sugianto, hari sudah mulai gelap. Maklum, mereka harus menyelesaikan kuliah terlebih dahulu sebelum bisa diwawancarai.

Kegembiraan masih tampak dari raut wajah mereka. Prestasi yang diraih lima hari lalu itu adalah sejarah baru bagi tim Ubaya di gelaran Libama.

Tim pria dan wanita Ubaya sukses menjungkalkan musuh bebuyutannya, STIE Perbanas, dalam laga final yang diadakan di Hall Basket, Senayan, Jakarta, Selasa (11/9). Di bagian wanita, Devy Yunita dkk mengalahkan Perbanas dengan skor 74-53. Tim pria Ubaya tidak kalah garang. Mereka menang 83-71.

Sukses tim wanita Ubaya makin lengkap. Sebab, dua pemainnya menjadi pemain terbaik. Cahyowati sebagai best point guard dan Rinny Olley dinobatkan sebagai best small forward Libama 2007.

Kapten tim basket wanita Yunita Sugianto mengatakan, tim sudah melakukan persiapan selama enam bulan. Itu dilakukan untuk bisa tampil maksimal dalam ajang yang mengharuskan timnya melewati babak penyisihan dengan tujuh tim pesaing lainnya.

‘Kami berlatih dua sampai tiga kali dalam seminggu. Itu untuk menghadapi babak penyisihan. Namun, untuk putaran final yang menyisakan waktu dua bulan, kami berlatih dua sampai empat jam setiap hari,’ ungkap dara kelahiran 7 Juni 1987 itu.

Selain persiapan ekstra dari tim yang diperkuat beberapa pemain puslatda dan mantan pelatnas, mereka punya kunci sukses lain. Mereka selalu berusaha memantapkan kebersamaan tim. ‘Kami pupuk hal itu dengan menganggap, seluruh anggota tim adalah teman dekat. Kami sering pergi karaoke, renang, dan out bound bersama,’ kata Yunita.

Menurut Yunita yang juga mahasiswa Ubaya Jurusan teknik Informatika itu, dengan kedekatan emosional antarpemain, suasana tim menjadi kondusif. ‘Suasana latihan menjadi sangat menyenangkan. Semua selalu ingin termotivasi untuk mengikuti latihan,’ tambah gadis yang mengaku mulai bermain basket sejak kelas satu SMP tersebut.

Suasana menyenangkan di tim yang beranggota 14 pemain itu pun merembet hingga saat mengikuti pertandingan. Problem jet lag yang kerap dihadapi saat mengikuti pertandingan seri di beberapa kota menjadi hilang karena seluruh anggota tim selalu saling memberikan motivasi.

Selain itu, pengelola Ubaya memberikan iming-iming berupa beasiswa agar pebasket-pebasket muda itu berprestasi. Kebutuhan uang saku, sepatu, dan pakaian Yunita dkk pun hampir selalu dipenuhi pengelola kampus yang terletak di Jalan Raya Kali Rungkut tersebut. ‘Hal itu sangat berpengaruh bagi semangat teman-teman dalam bertanding. Terima kasih kepada pihak universitas yang sering memberikan banyak dispensasi kuliah. Mereka sangat membantu kami, supaya kami tidak cemas,’ katanya.

Yunita berkomentar khusus mengenai pertandingan final. Menurut putri pasangan Hengky Sugianto dan Shinta Linan Jaya tersebut, timnya tampil luar biasa malam itu. ‘Permainan impresif anak-anak itu karena mereka tampil tanpa beban. Target memang juara, tapi manajemen tidak terlalu menekan kami. Berbeda dengan tim lawan,’ tegasnya.

‘Bagi kami, hadiah tidak penting. Namun, prestise juara lebih penting. Sebelumnya, kami hanya spesialisasi runner-up. Yang lebih penting, kami bisa mengalahkan juara bertahan empat tahun berturut-turut. Itu yang membuat kami semakin bangga,’ tandas Yuliana.

Tim Basket Pria Ubaya lebih bangga. Sebab, mereka berhasil mengakhiri episode buruk tanpa gelar sejak 1991. Kapten tim yang beranggota 15 pemain itu, Wijaya Saputra, mengatakan hal senada dengan Yunita.

Keberhasilan mereka menaklukkan musuh bebuyutannya, STIE Perbanas, yang sangat tangguh menjadi prestasi tersendiri. ‘Semua tampil luar biasa. Bahkan, karena terlalu semangat, empat pemain kami sampai mengalami kram saat bertanding,’ kata Wijaya yang juga berstatus mahasiswa Fakultas Ekonomi Ubaya itu.

Pemain yang biasa berposisi sebagai shooting guard tersebut mengungkapkan, salah seorang pemain bernama Jefrey juga sangat berperan dalam keberhasilan timnya malam itu. ‘Dia mampu memberikan motivasi kepada seluruh pemain. Beberapa kali, tembakan tiga angkanya masuk. Itu yang membuat anak-anak tampil lebih bagus lagi,’ ujarnya.

Wijaya menambahkan, untuk merayakan keberhasilan dua tim juara itu, rektor Ubaya akan mengadakan acara syukuran sekaligus pemberian penghargaan kepada pemain. ‘Semoga, dengan apresiasi yang sangat bagus ini, kami lebih termotivasi lagi untuk mempertahankannya tahun depan,’ tandasnya.

ditulis oleh: Lucky Nur Hidayat, SURABAYA
dikutip dari Jawapos, 15 September 2007