Ubaya kukuhkan tiga guru besar baru guna perkuat riset dan inovasi laurentiusivan February 28, 2025

Ubaya kukuhkan tiga guru besar baru guna perkuat riset dan inovasi

Surabaya (ANTARA) – Universitas Surabaya (Ubaya) mengukuhkan tiga guru besar baru dari tiga fakultas yang berbeda di kampus setempat, Kamis, untuk memperkuat kontribusi riset dan inovasi.

Ketiganya adalah Prof The Jaya Suteja, ST MSc PhD dari Fakultas Teknik, Prof Aluisius Hery Pratono SE MDM PhD dari Fakultas Bisnis dan Ekonomika, dan Prof Dr apt Dini Kesuma SSi MSi dari Fakultas Farmasi.

Rektor Ubaya Dr Ir Benny Lianto, MMBAT, menyatakan pengukuhan ini menjadi bukti teladan akademisi di tiga bidang keilmuan, yaitu ekonomi, farmasi, dan teknik.

“Keluarga besar Ubaya turut bangga. Di tahun 2023 saat Ubaya berusia 55 tahun, Ubaya mencanangkan 55 guru besar hingga tahun 2027. Hari ini sudah genap 29 guru besar aktif dan empat emiritus,” katanya.

Ia berharap dengan bertambahnya jumlah profesor dapat mendorong terciptanya riset dan inovasi unggul serta berdampak bagi masyarakat.

“Riset dan inovasi berkualitas lahir dari ide dan gagasan yang visioner. Sehingga hasil inovasinya bisa berguna bagi masyarakat sekitar,” ucapnya.

Prof The Jaya Suteja ST MSc PhD sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Teknik Mesin menyampaikan orasi ilmiahnya berjudul “Potensi Implementasi 3D Printing di Bidang Kesehatan”.

Penelitiannya bertujuan untuk menunjukkan potensi untuk mendukung tujuan ketiga dalam Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua usia.

“Sebagai sebuah teknologi, 3D printing dapat bekerja dengan cara menambahkan dan menyambung material lapisan demi lapisan menggunakan pelelehan, penyinaran, penyemprotan atau pemanasan yang dilakukan oleh print head atau nozel,” ujarnya.

Ia menemukan empat macam kelompok implementasi pencetakan tiga dimensi, yaitu penelitian untuk alat kesehatan, rekayasa jaringan, farmasi, dan makanan sehat.

“3D printing berpotensi mengurangi biaya terutama untuk peralatan, obat, dan makanan yang tidak bisa diproduksi massal sehingga ketersediaannya terjaga. 3D printing akan meningkatkan efektivitas, konsistensi, dan kenyamanan proses penanganan, perbaikan, pengobatan, dan pemulihan, termasuk variasi, daya tarik, dan keberlanjutan makanan sehat,” ujar lulusan doktor Queensland University of Technology, Australia itu.

Prof Aluisius Hery Pratono SE MDM PhD sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Bisnis Digital menyampaikan orasi ilmiahnya berjudul “Cognitive Bias dalam Ekonomi Digital: Sebuah Refleksi”.

Dari penelitian tersebut, ia memprediksi bahwa digitalisasi bukan lagi konsep yang populer di masa mendatang.

“Pertama kali belajar ekonomi di perguruan tinggi, saya dikenalkan dengan teori utilitas. Saya merasa cukup kewalahan ketika mencoba menerapkan beberapa formula tersebut, khususnya dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.

Kini, lanjutnya, ekonomi digital sangat kuat dan bisa dialokasikan melalui sumber daya untuk mewujudkan konsumsi di masa depan.

“Mungkin suatu saat nanti digitalisasi bukan lagi konsep yang popular. Kekhawatiran saya mungkin umurnya tidak lama, karena popularitas digital cepat sekali naik,” kata lulusan Othman Yeop Abdullah Graduate School of Business, Universiti Utara Malaysia itu.

Ia menambahkan berkat penghargaan Nobel Ekonomi tahun 2024, ia semakin yakin bahwa ilmu ekonomi bisa mengakomodasi multidisiplin ilmu.

“Nobel Ekonomi pada 2024 meyakinkan saya bahwa ekonomi pun tidak boleh menutup diri dari kontekstual yang dinamis,” katanya.

Sementara Prof Dr apt Dini Kesuma, SSi MSi guru besar dalam bidang Ilmu Pengembangan Obat pada Fakultas Farmasi Ubaya. Ia membahas mengenai “Inovasi dalam Kimia Medisinal: Harapan Baru dalam Pengobatan Kanker Payudara”.

Ia memaparkan dalam dunia medis, kimia medisinal memainkan peran sentral sebagai jembatan antara ilmu kimia dan ilmu farmasi.

“Dengan pemahaman yang mendalam tentang struktur molekul, kimia medisinal dapat berperan dalam memahami mekanisme kerja obat pada tingkat molekul, meningkatkan efikasi, dan mengurangi efek samping obat,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menyoroti adanya realitas tingginya angka mortalitas dan morbiditas akibat kanker payudara di dunia maupun di Indonesia, serta penggunaan obat kanker yang masih belum optimal.

Maka, ia tergerak untuk mengembangkan senyawa turunan Phenylthiourea, yaitu senyawa N-benzoyl-N’-phenylthiourea (BPTU).

Sumber: Antara News