Mahasiswa Ubaya Ciptakan Alat Pencegahan Kekerasan Seksual laurentiusivan August 29, 2023

Mahasiswa Ubaya Ciptakan Alat Pencegahan Kekerasan Seksual

Surabaya (beritajatim.com) – Dua mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Surabaya (Ubaya), Cherlyn Gabriella Tandri dan Carolyn Angelica, menciptakan alat edukasi board game ‘Safety Seeker: The Great Adventure’ untuk membantu memberikan pemahaman tentang underwear rules atau panduan untuk menjelaskan pendidikan seks secara sederhana kepada anak SD.

Cherlyn menjelaskan bahwa pembuatan board game ini dilatarbelakangi oleh banyaknya kasus kekerasan seksual pada anak usia 6-12 tahun. Ia mengatakan bahwa anak rawan menjadi korban karena dianggap lemah dan tidak berdaya. Apalagi, masyarakat Indonesia masih menganggap seksualitas menjadi hal tabu. Sehingga, guru kerap kesulitan memberikan pendidikan seksual pada anak karena keterbatasan bahasa dan materi yang dimiliki. “Oleh karena itu, kami menciptakan inovasi ini untuk membantu memberikan pemahaman tentang underwear rules atau panduan untuk menjelaskan pendidikan seks secara sederhana,” kata Cherlyn, Senin (21/8/2023).

Menurutnya, adventure diangkat menjadi tema inovasi tersebut, sebab materi terkait kekerasan seksual masih belum familiar bagi anak, sehingga perlu dikemas dengan tema yang menarik. “Konsep board game dipilih karena dinilai menjadi salah satu media pembelajaran yang relevan serta dapat menarik perhatian anak,” ujarnya. Sedangkan Carolyn menjelaskan, game ini dimainkan oleh minimal 2 anak dengan didampingi orang dewasa. Permainan terdiri dari board game, pion, dadu mata empat, serta kartu pertanyaan.

Cara bermainnya, tiap anak melempar dadu untuk menentukan arah pion. Tiap langkahnya, anak akan mengambil satu kartu dari dua tumpukan kartu yakni merah dan biru. “Dalam tumpukan kartu ada pertanyaan benar atau salah dan pertanyaan terbuka. Anak akan dibimbing oleh orang yang lebih dewasa seperti guru atau orang tua untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut. Materinya dapat dibaca pada kertas instruksi yang telah disediakan,” jelasnya.

Lebih lanjut, kata Carolyn, untuk membuat board game memerlukan waktu hingga 10 bulan. Kesulitan yang dialami ada pada penyesuaian bahasa. Sebab harus membuat kalimat yang bahasanya mudah dipahami oleh anak. Meski begitu, kedua mahasiswa tersebut mendapat bantuan dari tiga orang ahli dalam bidang psikologi sosial dan perkembangan anak yang merupakan dosen Fakultas Psikologi Ubaya.

Saat ini, karya mereka telah dilirik oleh dua sekolah di Jawa Timur. Mereka juga memproduksinya untuk dipakai di Laboratorium Psikologi Umum Ubaya. “Ke depannya, board game ini akan coba kami kembangkan secara lebih spesifik sesuai kebutuhan anak. Harapannya dapat dipakai secara luas oleh anak-anak di Indonesia,” pungkasnya. [ipl/beq]

Sumber: beritajatim.com (4390)