Dian Prianka, Dosen Ubaya Sekaligus Founder Hooman yang Aktif dalam Gerakan Sosial samueldim April 29, 2023

Dian Prianka, Dosen Ubaya Sekaligus Founder Hooman yang Aktif dalam Gerakan Sosial

Berawal dari kecintaannya terhadap hewan, dosen Universitas Surabaya (Ubaya) Dian Prianka bersama dua temannya membuat ide kreatif kaus dengan brand Hooman. Sebagian besar penjualannya didonasikan untuk hewan-hewan telantar, panti asuhan, hingga lingkungan.
SEPTINDA AYU PRAMITASARI, Surabaya

DIAN Prianka, Kevin Limanto, dan Melvico Dharmawan begitu menyukai hewan. Khususnya anjing. Namun, masih dijumpai hewan-hewan telantar di lingkungan masyarakat. Hal itu tentu tidak adil bagi hewan. Kondisi miris tersebut membuat para pencinta hewan sedih dan berkeinginan menolong.

“Kami berpikir bagaimana cara kami bisa membantu hewan ini dengan cara yang gampang,” kata Dian saat ditemui Jawa Pos di gedung Fakultas Industri Kreatif (FIK) Universitas Surabaya (Ubaya) Senin (10/4).

Dian mengatakan, sebagian besar masyarakat yang peduli pada hewan kerap membuka donasi untuk membantu hewan-hewan telantar. Namun, cara membuka donasi dengan memberikan uang secara cuma-cuma rasanya kurang menarik bagi masyarakat.

Karena itu, dibuatlah brand kaus Hooman untuk bisa menarik perhatian masyarakat. “Jadi, mereka bisa menyumbang atau berdonasi dan membeli kaus,” ujarnya.

Kaus yang dijual juga bukan sembarang kaus. Dian bersama kedua temannya mendesain kaus dengan ciri khas yang unik. Dalam setiap kampanye sosial yang dilakukan, desain kaus akan menyesuaikan.

Kualitas kaus juga diperhatikan agar pembeli bisa menggunakan sekaligus ikut berkampanye. Contohnya, ketika mengampanyekan harimau sumatera, desain kaus akan diberi bordir harimau.

“Ketika tertarik membeli kaus dengan desain yang bagus dan berkualitas, mereka sadar juga telah membantu hewan yang tidak punya suara,” jelasnya.

Hooman dibentuk pada 2019. Tujuan didirikannya brand tersebut adalah mengampanyekan kepedulian terhadap hewan. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, target kampanye pun lebih luas. Tidak hanya pada hewan, tetapi juga manusia dan lingkungan.

“Awalnya hanya donasi untuk selter anjing yang membutuhkan, tetapi terus berkembang hingga penangkaran penyu, penanaman pohon, hingga manusia,” katanya.

Dian menambahkan, hingga saat ini sudah ada delapan kampanye. Namun, banyak pula kampanye yang dilakukan secara berkesinambungan. Hooman juga lebih terbuka menerima informasi dari para pengikutnya terkait target penyaluran donasi.

“Tujuan kami untuk donasi. Pembeli kaus adalah donatur. Jadi, setiap hasil donasi tersebut selalu kami laporkan ketika disalurkan,” ujarnya.

Selama mengembangkan Hooman untuk aksi sosial, lanjut dia, banyak juga hal yang dialami. Salah satunya, pernah tertipu penerima donasi palsu. Yakni, di salah satu selter di Palu. Setelah donasi disalurkan, ternyata selter tersebut fiktif. (*/c7/git)

Sumber: Jawapos.com (4268)