KSM PIPOT FF Ubaya Kenalkan Herbal Drink di Era Milenial samueldim March 13, 2023

KSM PIPOT FF Ubaya Kenalkan Herbal Drink di Era Milenial

Reportase Warta Ubaya (@wartaubaya)

Minggu, 12 Maret 2023, Kelompok Studi Mahasiswa (KSM) Pusat Informasi dan Pelayanan Obat Tradisional (PIPOT) Fakultas Farmasi Universitas Surabaya (Ubaya) menyelenggarakan seminar bertajuk “Herbal Drink: Herbal Development di Era Milenial”. Acara ini bertujuan untuk memberikan ilmu pengetahuan kepada mahasiswa mengenai perkembangan herbal drink atau jamu di era milenial. Diselenggarakan di Ruang FF 3.2, kegiatan dihadiri oleh puluhan peserta kalangan Ubaya. apt. Nikmatul Ikhrom Eka Jayani, S.Farm., M.Farm-Klin., selaku Dosen Pembimbing dan apt. Ariel Dwi Puspitawati, S.Si, selaku Kepala Revenue Generating Unit Universitas Anwar Medika sekaligus Founder Love Jamu Café hadir sebagai pembicara dalam acara ini.

Nikmatul menjelaskan bahwa adanya perbedaan waktu dan usia antargenerasi berpengaruh pada selera atau preferensi terhadap minuman. “Sebagai contoh, generasi milenial lebih menyukai kopi daripada jamu karena mayoritasnya adalah pekerja dengan tingkat stres yang tinggi,” ujarnya. Selain itu, generasi Z lebih menyukai bubble tea sekalipun kalorinya terbilang tinggi. “Pergeseran generasi inilah yang menghasilkan tantangan tersendiri bagi kita untuk mencari cara agar generasi milenial maupun Z dapat lebih menyukai jamu,” tuturnya.

Sehubungan dengan hal tersebut, jamu di Indonesia dibagi menjadi dua macam. “Ada jenis jamu yang Ready to Drink (RTD) dan Ready to Serve (RTS),” ujar Nikmatul. Jamu jenis RTD biasanya dijual dalam sebuah kemasan khusus sehingga dapat langsung dikonsumsi tanpa harus diolah lebih lanjut. Di sisi lain, jamu jenis RTS merupakan minuman siap saji yang berbentuk serbuk dan memerlukan proses pra-penyajian, seperti: meracik, menyeduh, dan sebagainya. Jamu RTS sendiri disajikan di beberapa café dan dapat memberikan pengalaman baru bagi orang-orang karena dapat melihat proses peracikannya. “Proses dan penampilan yang menarik ini diharapkan dapat membuat generasi Z dapat menyukai jamu tersebut,” jelas Nikmatul.

Sesi pemaparan oleh para pembicara telah menarik perhatian para peserta, salah satunya Gabby dari FF Ubaya. Ia mengajukan sebuah pertanyaan, “Apabila jamu dicampur dengan bahan-bahan lain apakah efek jamunya dapat terganggu? Sebagai contoh dengan menambahkan susu atau gula, apakah tidak menimbulkan penyakit?” tanyanya. Menjawab hal tersebut, Nikmatul menjelaskan dengan contoh pada percampuran antara kunyit dengan susu. “Campuran antara senyawa kurkumin pada kunyit dan kalsium di dalam susu nantinya akan membentuk ikatan kompleks yang dapat mengganggu pencernaan di usus,” ucapnya. Ikatan kompleks ini yang akan memengaruhi absorpsi atau penyerapan kunyit sehingga efek jamu akan menurun. “Penambahan gula juga perlu diperhatikan karena dapat berbahaya jika diberikan kepada penderita diabetes. Lebih baik diberikan gula yang berkalori rendah seperti gula jagung,” jelasnya lebih lanjut. (nj,jes/nj/4203)