Puasa Perkuat Kendali Diri dan Atribusi Internal fadjar June 24, 2016

Puasa Perkuat Kendali Diri dan Atribusi Internal

Listyo Yuwanto

Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

‘Mana yang lebih nikmat berpuasa dalam keadaan udara tidak panas, pekerjaan tidak banyak, semua orang di sekitar kita berpuasa, dan semua orang mengingatkan kita apabila sedang berpuasa, dibandingkan dengan udara panas, pekerjaan banyak, dan hanya kita yang berpuasa?’. Begitu sebuah pertanyaan yang diajukan kakak kelas penulis saat penulis mengikuti Pondok Ramadhan di Sekolah Menengah Atas. Penulis menjawab ‘Tentunya lebih enak kondisi yang pertama’. Namun kakak kelas penulis mengatakan ‘Nikmat yang kedua, karena saat berpuasa dengan banyak tantangan akan membuat kita lebih memiliki kendali diri dan sukses dalam berpuasa’. Awalnya penulis merasa tidak setuju karena dengan banyaknya tantangan akan dapat menghambat puasa yang dijalani. Namun ternyata kata-kata kakak penulis tersebut benar adanya.

Puasa tujuannya untuk peningkatan kendali diri. Makanan dan minuman yang selama ini halal untuk dikonsumsi di siang hari menjadi tidak boleh dikonsumsi selama puasa. Hal ini membutuhkan kendali diri yang besar. Apalagi kondisi lapar dan haus disertai dengan udara panas seperti di Surabaya, pekerjaan yang banyak dan tidak memungkinkan bersantai, dan tidak semua rekan kerja kita berpuasa.

Sebuah pengalaman penulis tahun 2015 ketika menangani program bencana Erupsi Gunung Raung yang bertepatan dengan bulan puasa. Saat sahur penulis sendirian, namun makanan dan minuman dibantu rekan-rekan penulis untuk mendapatkannya, dan sahurpun juga diingatkan. Menjelang keberangkatan ke lokasi semua rekan penulis sarapan pagi terlebih dahulu di tempat yang sama sambil mengatur perencanaan kegiatan. Perjalanan yang cukup jauh disertai dengan panas terik, membawa barang, menaikkan dan menurukan barang semuanya membutuhkan tenaga ekstra selama berpuasa. Di siang hari harus mencari tempat untuk beribadah di sela-sela kegiatan. Saat rekan-rekan penulis makan siang beberapa menggoda untuk membatalkan puasa karena memang kegiatannya sangat menguras tenaga. Penulis berpikir inilah tantangan selama berpuasa. Saat waktunya berbuka puasa rekan-rekan penulis memberikan kesempatan penulis untuk berbuka terlebih dahulu. Sungguh rasanya luar biasa kenikmatan berbuka dan sholat Maghrib yang selama ini belum pernah penulis rasakan selama ini. Beratnya tantangan disertai dengan kendali diri membuat penulis berhasil menuntaskan puasa hari itu.

Kendali diri menjadi inti dari berpuasa. Meskipun lingkungan tidak mendukung kendali diri menjadi motivasional proses untuk berpuasa. Kita tidak perlu menghindari lingkungan seperti rekan-rekan yang sedang makan, menegur rekan-rekan yang makan atau minum di depan kita, atau kondisi sejenis. Keberhasilan atau kegagalan puasa kita disebabkan oleh diri kita sendiri. Apakah mau tergoda atau tidak tergantung diri sendiri. Hal ini menggambarkan atribusi internal yang artinya penjelasan tentang keberhasilan atau kegagalan dari suatu perilaku berasal dari diri sendiri.