Membiasakan Anak Bangun Pagi fadjar March 31, 2015

Membiasakan Anak Bangun Pagi

Listyo Yuwanto

Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Banyak kasus menunjukkan salah satu kesulitan yang dihadapi orangtua adalah mendidik anak untuk membiasakan bangun pagi terutama saat harus berangkat sekolah. Di pagi hari saat banyak persiapan yang harus dilakukan orangtua untuk bekerja, sebagai ciri khas masyarakat urban, masih harus merasa direpoti dengan anak yang tidak bisa diajak bekerjasama dalam memanfaatkan waktu di pagi hari untuk persiapan bekerja dan sekolah. Jadilah suasana di pagi hari menjadi suasana yang tidak menyenangkan dan suasana di rumah dapat terbawa di kantor saat bekerja, terlebih apabila orangtua mengalami keterlambatan dalam bekerja. Masalah anak bangun yang sulit bangun pagi tidak dapat dilepaskan dari kebiasaan anak, terutama saat anak berusia 3-5 tahun, yaitu fase anak berlatih kedisiplinan. Ketika usia sekolah anak-anak kesulitan bangun pagi, sangat mungkin fases usia 3-5 tahun juga memiliki kebiasaan bangun siang. Berikut terdapat beberapa panduan yang dapat dilakukan orangtua untuk membantu membiasakan anak bangun pagi.

Jadwal tidur yang konsisten. Tidak dapat dipungkiri, saat ini masa tidur anak-anak semakin malam, banyak anak-anak hingga di atas jam 9 malam masih terjaga. Pola jam tidur anak-anak yang semakin larut ini juga akan mengurangi kuantitas dan kualitas tidur anak sehingga wajar apabila anak-anak akan bangun lebih siang sebagai bentuk pemenuhan kebutuhannya. Penyebab makin malam anak-anak tidur juga karena sarana hiburan televisi baik lokal maupun internasional yang seringkali memutar film anak-anak di jam malam waktu Indonesia karena sangat mungkin terdapat perbedaan waktu di saluran asalnya. Orangtua perlu menjadwalkan jam tidur secara konsisten sebagai aturan yang berlaku di rumah. Usahakan aturan yang konsisten tersebut tetap memiliki kefleksibelan, artinya dalam kondisi tertentu, anak-anak juga dipersiapkan untuk tidak tidur di jam yang mengikat.

Jadwal bangun yang konsisten. Setelah membuat jadwal tidur secara konsisten, maka buatlah aturan jadwal bangun yang konsisten juga. Namun, sama seperti membuat jadwal tidur yang konsisten, perlu adanya mekanisme yang tetap fleksibel, sehingga di hari-hari tertentu anak dapat bangun agak siang sesuai dengan kebutuhan atau kondisi. Dengan adanya jadwal tidur dan bangun yang konsisten akan dapat membantu anak untuk mengeset jam biologis tidur malam dan bangun pagi. Dengan adanya pembiaaan jam biologis, maka anak biasanya akan mengantuk di jam waktu tidur, dan akan bangun pagi saat di jam bangun.

Berilah penjelasan yang dapat diterima anak untuk bangun pagi. Hal ini untuk meningkatkan rasa kepentingan anak terkait dengan bangun pagi. Misalnya, untuk anak-anak mengapa harus bangun pagi, karena harus beribadah pagi untuk yang menganut agama Islam, untuk agama Kristen atau Katolik terdapat doa pagi. Penjelasan tersebut sangat penting, karena biasanya anak akan mencari tahu mengapa harus bangun pagi, yang bagi anak-anak yang belum terbiasa bangun pagi merupakan permintaan orangtua yang tidak menyenangkan. Usahakan bahwa bangun pagi awalnya merupakan tugas, namun semakin lama menjadi kebutuhan dan kebiasaan pagi anak-anak.

Berilah contoh. Orangtua biasanya tidak konsisten dalam memberikan contoh. Mengharapkan anak bangun pagi, namun seringkali orangtua sendiri bangun siang. Orangtua merupakan figur signifikan yang menjadi model bagi anak-anak. Perilaku orangtua biasanya akan dinilai positif oleh anak-anak. Maka sebagai orangtua berilah contoh kepada anak-anak untuk bangun pagi. Saat bangun pagi berilah contoh dengan melakukan aktivitas yang menyenangkan dan produktif, misalnya beribadah, berbelanja ke pasar, menyiapkan makanan untuk sarapan, membersihkan rumah, menyiapkan aktivitas untuk siang hari, berolahraga, atau yang sesuai dengan kebiasaan positif di keluarga besar. Sehingga semua anggota keluarga dapat terlibat di aktivitas pagi hari.

Bangunkan dengan ekspresi atau cara yang menyenangkan. Buatlah suasana bangun pagi hari menyenangkan bagi anak, misalnya dengan membangunkan dengan lembut, mulai perlahan menarik selimutnya secara bertahap, menggeser posisi tubuh atau bantal dan guling sehingga posisi badan anak sudah tidak siap lagi dalam kondisi tidur, atau menyapa dengan panggilan kesukaannya. Hal ini dapat membuat suasana hati anak juga positif saat bangun pagi.

Konsisten dalam memberikan konsekuensi. Orangtua biasanya akan memberikan hukuman apabila anak tidak dapat bangun pagi, misalnya dibentak, diomeli, dicubit, atau ditinggal berangkat sekolah. Konsekuensi tersebut sebagai bentuk hukuman, tidak akan efektif dalam membuat anak disiplin dalam bangun pagi. Malah akan membuat bangun pagi sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan bagi anak. Berilah konsekuensi dalam bentuk feedback, misalnya mengajak diskusi anak dampak ketika tidak bangun pagi, sehingga anak menjadi tahu dampak dari perilakunya. Memang bukan hal yang mudah berdiskusi dengan anak, apalagi orangtua juga dikejar waktu untuk bekerja. Prinsipnya jangan menunda terlalu lama apabila memberikan feedback ketika anak tidak bangun pagi. Dengan demikian orangtua perlu menyiapkan waktu untuk berdiskusi dengan anak sebelum berangkat bekerja atau sebelum anak berangkat sekolah.. Apabila waktunya tidak memungkinkan, maka saat di malam hari sebelum anak tidur, diskusikan kejadian di pagi hari sehingga tidak terulang kembali besok paginya.

Semoga tulisan ini bermanfaat.

Penjelasan Foto: Suasana Pagi di Pedesaan