Fobia Badut fadjar March 23, 2015

Fobia Badut

Listyo Yuwanto

Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Badut bagi sebagian besar orang merupakan sosok lucu yang dapat membuat suasana riang, namun bagi sebagian orang lain menilai bahwa badut merupakan sosok yang perlu dihindari karena mengalami fobia badut (clown phobiaatau coulrophobia). Sebelum membahas lebih lanjut mengenai fobia badut, perlu kiranya dijelaskan secara ringkas mengenai fobia. Fobia adalah ketakutan yang disebabkan situasi atau objek yang jelas, yang sebenarnya tidak berbahaya, situasi atau objek tersebut dihadapi atau dihindari dengan perasaan terancam. Fobia terhadap badut dapat dikategorikan sebagai fobia spesifik, yaitu ketakutan irasional yang terbatas pada situasi atau objek yang sangat spesifik yaitu badut. Makna irasional di sini mengarah pada objek atau situasi yang sebenarnya tidak menimbulkan ancaman, namun dimaknai sebagai sesuatu yang mengancam.

Fobia badut, layaknya jenis spesifik fobia yang lain, dapat terjadi pada setiap tahapan perkembangan kehidupan, dapat terjadi pada siapa saja yang mengalami peristiwa traumatis, mengalami krisis, dan memiliki kerentanan secara psikologis untuk mengalami fobia badut. Berdasarkan hasil penelitian dan kasus di kehidupan sehari-hari, fobia badut termasuk fobia yang pola terjadinya dapat dimulai dari masa kanan-kanak seperti fobia gelap, fobia terhadap situasi social, dan fobia terhadap suara keras. Pada masa kanak-kanak, individu mengalami peristiwa yang tidak nyaman, dirasakan sebagai traumatis pada masa itu dan terbawa pada masa dewasanya. Pada beberapa individu, yang mengalami ketakutan terhadap badut pada masa kecil, tidak terbawa hingga masa dewasa dan tidak berkembang menjadi fobia.

Ketakutan terhadap objek, situasi, orang asing di masa kanak-kanak termasuk wajar karena kemampuan adaptasi, kemandirian, penyelesaian masalah, pengenalan risiko, dan pengenalan realitas belum berkembang secara optimal. Seiring dengan perkembangan usia, kematangan sosial, serta kognitif, pemahaman terhadap realitas menjadi lebih baik dan ketakutan terhadap badut menjadi hilang. Namun mengapa pada beberapa individu ketakutan terhadap badut tetap berlangsung dan berkembang menjadi fobia, berikut akan dijabarkan secara ringkas penyebabnya.

Biasanya pada masa kecil saat ketakutan terhadap badut terjadi, orangtua tidak mempedulikan dan meremehkan ketakutan yang dialami anak-anak. Orangtua menilai ketakutan tersebut tidak wajar, mengapa hanya dengan badut saja kemudian takut, hal ini dapat berdampak pada anak-anak yang pada dasarnya membutuhkan perlindungan menjadi merasa tidak dipercaya dan tidak terlindungi. Terlebih kemudian orangtua tidak memberikan penjelasan mengenai siapa sebenarnya sosok badut dan apa fungsi kehadiran badut tersebut. Kondisi ini diperkuat saat anak-anak tidak melakukan perilaku yang sesuai dengan harapan orangtua, orangtua kemudian menakut-nakuti anak dengan badut, bahkan terdapat yang memaksa anak dalam kondisi ketakutan untuk mendekati, berbicara, atau menyentuh badut. Saat kondisi tersebut, anak bereaksi menghindari badut, namun karena kondisi fisik yang lemah dibandingkan orangtua maka anak tidak bisa menghindar, yang terjadi kemudian menangis, merasakan ketakutan luar biasa yang semakin bertambah, badut identik dengan hukuman, dan makin diperparah apabila terjadi di depan umum sehingga anak merasa dipermalukan. Kondisi traumatis ini, tidak disadari orangtua, dan anak memendam pengalaman tidak menyenangkan tersebut di bawah kesadaran hingga masa dewasanya dan berpotensi dapat berkembang menjadi fobia apabila ketakutan tersebut tidak terselesaikan. Pembelajaran yang dapat dipetik dari beberapa kasus penyebab fobia badut adalah perlunya kesadaran orangtua untuk membantu anak memahami tentang figur badut, saat anak-anak merasa takut berilah penjelasan secara perlahan, ajak anak melihat sosok badut saat berinteraksi dengan anak-anak lain dari kejauhan. Apabila anak sudah siap berinteraksi dengan sosok badut, barulah diajak untuk menyaksikan badut dari dekat. Beberapa cara lain bisa digunakan dengan mengenalkan sosok asli badut saat tanpa mengunakan make up ataupun aksesoris badut, dan perlihatkan bagaimana cara sosok asli tersebut berubah menjadi badut. Orangtua juga dapat menjadi badut sederhana bagi anak-anak, sehingga anak-anak merasa aman dengan badut yang sebenarnya adalah figur signifikan bagi mereka.