Melestarikan Permainan dan Lagu Tradisional Sebagai Media Pembentukan Karakter fadjar March 16, 2015

Melestarikan Permainan dan Lagu Tradisional Sebagai Media Pembentukan Karakter

Listyo Yuwanto

Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Budaya Jawa memiliki kekayaaan ragam, salah satunya adalah lagu tradisional dan permainan tradisional Jawa. Seiring dengan perkembangan jaman, lagu dan permainan tradsional Jawa semakin jarang dimainkan bahkan sudah dapat dikatakan tergerus oleh perkembangan jaman. Anak-anak lebih sering menyanyikan lagu-lagu orang dewasa dan permainan-permainan modern. Lagu tradisional Jawa menggambarkan ekspresi perasaan, aspirasi pemikiran ataupun nuansa psikologis yang tetap dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari mengikuti perkembangan jaman. Lagu tradisional jawa atau yang sering dikenal dengan lagu dolanan anak-anak memiliki nilai budaya dan pekerti yang sangat luhur. Begitu pula yang terkandung dalam permainan tradisional Jawa. Lagu dan permainan tradisional Jawa dapat diberikan kepada anak-anak sejak usia dini karena pada usia dini merupakan tahapan ideal dalam pembentukan karakter.

Sebagai contoh, permainan jamuran. Permainan tersebut juga memiliki lagu saat memainkannya. Permainannya dan lagunya memiliki makna positif dalam kehidupan. Mungkin pembaca pernah memainkan permainan jaranan pada masa kecil sambil menyanyikan lagu tradisional sebagai berikut :

Jaranan-jarananhellip; jarane jaran teji

(Berkuda, berkuda, kudanya tinggi besar)

sing nunggang Ndara bei, sing ngiring para abdi

(yang menaiki Tuan Besar, yang mengiring para abdi)

jeg jeg nong..jeg jeg gung, jrek ejrek turut lurung

(Jeg-jeg nong, jeg-jeg gung, prok prok menyusuri jalanan)

gedebug krincing gedebug krincing, prok prok gedebug jedher

(Gedebug krincing gedebug krincing, prok prok gedebug jedher)

Permainan jaranan sudah sangat jarang dimainkan anak-anak, namun lagunya masih sering dapat didengarkan karena masih sering diputar. Permainan jaranan yang pada intinya memainkan kuda-kudaan dari anyaman bambu yang di beberapa daerah sekarang bahannya terbuat dari plastik. Saat memainkan tidak sendirian, terdapat beberapa anak yang secara bersamaan bermain, melakukan gerakan seperti menaiki kuda, bergerak ke kanan, ke kiri secara harmonis sesuai dengan iringan lagu. Di beberapa daerah dimodifikasi dengan ada anak-anak yang menaiki kuda-kudaan dan ada anak yang menjadi pengiring sebagai simbol seorang abdi.

Permainan dan lagu tradisional jaranan mengajarkan nilai luhur untuk menghormati dan bersikap santun kepada orangtua, ataupun orang-orang yang seharusnya dihormati. Permainan dan lagu tradisional jaranan juga mengajarkan menanamkan kasih sayang, kepedulian, dan kerja sama dengan orang lain. Syair dalam lagu tersebut menyiratkan pesan akan pentingnya kebersamaan, karena pada dasarnya manusia itu saling membutuhkan sebagai mahluk individu dan sosial. Selain contoh permainan jaranan, masih terdapat beberapa permainan dan lagu tradisional yang memiliki muatan positif antara lain jamuran, dakon, bethet thing thong, gotri, ta’patung, atau cublak-cublak suweng, dan lainnya.

Sebagai generasi pewaris nilai budaya, orangtua memiliki tanggungjawab melestarikan pemainan dan lagu tradisional sekaligus sebagai media pembentukan karakter. Mengapa demikian, anak-anak tidak memainkan permainan tradisional salah satunya karena orangtua tidak mengajarkannya. Saat ini orangtua sudah merasa memainkan permainan-permainan tradisional tidak modern, orangtua menilai budaya asing lebih baik dan menjadi kebanggaan dibandingkan budaya sendiri. Salah satu indikasi yang paling menonjol adalah jenis permainan yang dikenalkan orangtua kepada anak berbasis budaya asing, yang kalau mungkin tidak mau dikatakan orangtua yang terobsesi dengan budaya asing, dan orangtua lebih bangga anaknya menggunakan bahasa asing dibandingkan bahasa daerah atau bahasa Indonesia. Permainan tradisional yang dimainkan anak-anak dapat memberi identitas budayanya.