Anak Jalanan dengan Kepuasan Hidup Memadai, Siapakah Mereka? fadjar December 9, 2014

Anak Jalanan dengan Kepuasan Hidup Memadai, Siapakah Mereka?

Listyo Yuwanto

Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Apa yang pertama kali muncul dalam pikiran pembaca ketika mendengar anak jalanan? Tanpa bermaksud mendahului pemikiran pembaca, berdasarkan beberapa referensi umumnya anak jalanan diidentikkan dengan anak-anak yang kurang beruntung, kondisi ekonomi rendah, pengamen, pengemis yang berada di jalan atau tempat-tempat umum lainnya, serta perilaku agresif ataupun identitas negatif lainnya. Namun tidak jarang pembaca yang memiliki gambaran positif terhadap anak jalanan misalnya pekerja keras, sopan, mematuhi peraturan dan memilliki kepuasan hidup yang memadai dengan kondisi ekonomi yang terbatas. Pandangan-pandangan positif ini kontras dengan pandangan negatif yang telah dikemukakan terlebih dahulu. Pandangan positif ini bukannya tanpa dasar, tetapi disertai dengan bukti nyata di kehidupan anak jalanan. Tulisan ini akan mengupas sisi positif anak jalanan yang memiliki kepuasan hidup memadai berdasarkan hasil penelitian berjudul Perilaku Agresif Anak Jalanan Berdasarkan Tinjauan Subjective Well Beingyang telah dilakukan Yuwanto, Monica, dan Khiat (2014) pada 100 anak jalanan di kota Surabaya.

Anak jalanan didefinisikan sebagai anak-anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalan, konsep jalan tidak hanya sebatas pada jalan sebagai fasilitas atau jalur transportasi tetapi juga tempat umum seperti pasar, terminal, stasiun, pertokoan, taman kota, dan tempat-tempat serupa. Saat di jalanan, anak-anak tersebut melakukan aktivitas ekonomi seperti mengamen, menyemir sepatu, kuli pasar, kernet, pengasong, dan pekerjaan yang dapat dilakukan anak jalanan yang berpotensi menghasilkan uang. Berdasarkan definisi ini masih perlu dipertanyakan anak-anak yang berada di jalanan tetapi tidak melakukan aktivitas ekonomi namun melakukan perilaku negatif dan menghasilkan uang seperti memalak, merampok, mencuri, dan perilaku sejenis yang dapat dikategorikan sebagai perilaku kriminal bukan sebagai aktivitas ekonomi. Beberapa anak jalanan yang memiliki aktivitas ekonomi juga melakukan perilaku kriminal, perilaku-perilaku kriminal tersebut yang kemudian membentuk pandangan negatif masyarakat terhadap anak jalanan sehingga merasa terganggu dengan kehadiran anak jalanan.

Anak-anak jalanan yang menampilkan perilaku kriminal dapat dikategorikan sebagai anak jalanan dengan kepuasan hidup yang rendah. Perilaku kriminal yang dilakukan dapat dalam bentuk menyerang orang lain secara fisik dan menyerang hak milik orang lain. Umumnya mereka memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Memiliki keluarga, namun suasana keluarganya kurang harmonis, seperti keluarga tidak memperdulikan anak jalanan dan menuntut anak jalanan untuk bekerja sehingga mereka tidak bersekolah. Dengan karakteristik ini sangat wajar anak jalanan menjadi tidak puas dengan hidupnya karena dukungan keluarga tidak terpenuhi, menanggung beban ekonomi, dan tidak terdidik secara formal. Anak-anak jalanan tipe ini orientasinya lebih ke arah pemenuhan jangka pendek terutama kebutuhan akan uang, hidup bebas, mudah merasa iri apabila ada orang lain kondisinya lebih enak dari dirinya, dan tidak mau mengikuti peraturan yang ada.

Lantas bagaimana anak-anak jalanan yang memiliki kepuasan hidup memadai? Hasil penelitian menunjukkan anak-anak jalanan yang memiliki keluarga dengan karakteristik keluarganya masih memperdulikan, masih menunjukkan suasana keluarga yang positif, masih mengenyam pendidikan baik formal ataupun non formal selain menjalankan pekerjaan tertentu sesuai kemampuannya, anak-anak inilah yang memiliki kepuasan hidup memadai. Keluarga memiliki peran yang besar terhadap pengasuhan anak, meskipun kondisi ekonomi yang tidak memadai, orangtua ataupun keluarga tetap memiliki tanggungjawab terhadap perkembangan psikologis anak-anak. Penanaman nilai dan perilaku positif, orientasi masa depan yang baik, merupakan modal berharga yang disosialisasikan melalui keluarga. Pendidikan formal ataupun non formal di luar keluarga, memiliki peran memperkuat aturan-aturan yang sifatnya lebih luas pada anak-anak dengan dasar yang sudah dimiliki dari keluarga. Karena itulah meskipun anak-anak jalanan bekerja sesuai dengan kapasitasnya, mereka menjadi lebih merasa berarti dalam bekerja, memiliki tujuan, dan berperilaku lebih positif.