Polisi Lalu Lintas Model Kedisiplinan di Jalan Raya fadjar November 24, 2014

Polisi Lalu Lintas Model Kedisiplinan di Jalan Raya

Listyo Yuwanto

Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Saat traffic light menyala merah dan jalan padat, namun petugas polisi lalu lintas meminta kendaraan terus berjalan, manakah yang pembaca patuhi, traffic light atau petugas polisi lalu lintas?. Beberapa pembaca mungkin akan mengikuti arahan petugas lalu lintas, mungkin juga beberapa pembaca mengalami kebingungan apakah kendaraan akan berhenti atau terus berjalan seperti yang dialami teman penulis saat perjalanan arus mudik dan balik Idul Fitri 1435 Hijriah. Ringkas ceritanya seperti berikut, saat melintasi area jalan sekitaran Purwodadi, terjadi kepadatan lalu lintas, banyak petugas polisi yang mengatur lalu lintas. Menurut teman penulis, nampak sekali kerepotan dan kerja keras polisi dalam mengatur lalu lintas dengan kepadatan antrian kendaraan bermotor hingga beberapa kilometer. Saat hendak melintasi pertigaan, terdapat traffic lightyang menyala merah, namun petugas polisi meminta kendaraan terus berjalan. Teman penulis mengalami kebingungan apakah harus berhenti atau terus berjalan, dan harus memutuskan dalam waktu yang singkat. Teman penulis akhirnya tidak berhenti namun melambatkan laju mobilnya, ternyata hal tersebut membuat petugas polisi lalu lintas tersebut marah dan mengeluarkan kata-kata yang kurang pantas didengar. Teman penulis kemudian berkata, ‘saya itu bingung harus terus atau berhenti, traffic light menyala merah tapi petugasnya meminta terus berjalan, kalau terus jalan pas traffic light merah takut terkena tilang lagi seperti dulu‘.

Mendengar cerita ringkas teman penulis tersebut, penulis membuat simpulan kebingungan teman penulis mengikuti traffic lightatau petugas lalu lintas karena adanya pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya dengan kondisi serupa. Cerita lengkapnya seperti berikut, teman penulis pernah terkena tilang saat mengendarai mobil di Surabaya. Saat itu teman menulis mengendarai mobil dan berhenti karena traffic lightmenyala merah. Namun, dari arah belakang, terdapat rombongan pejabat dengan diiringi patroli pengawal polisi dengan sirine yang berbunyi. Petugas polisi lalu lintas di pos penjagaan kemudian mengarahkan kendaraan termasuk mobil teman penulis yang berhenti karena traffic lightmenyala merah untuk berjalan sehingga memberikan ruang gerak iringan pejabat untuk melintas. Namun setelah itu, di tengah jalan, beberapa kendaraan bermotor jenis mobil terimasuk teman penulis diberhentikan oleh petugas polisi lalu lintas yang lain dengan alasan melanggar traffic light. Meskipun teman penulis telah menjelaskan melewati traffic lightyang menyala merah karena diminta petugas, namun tetap saja mendapatkan tilang.

Kejadian kedua adalah saat teman penulis terjebak kemacetan di jam pulang kerja di jalan protokol Surabaya, teman penulis juga terkena tilang dengan kasus yang berbeda namun modusnya serupa. Teman penulis hendak mengambil jalan lurus, namun jalan padat oleh petugas polisi lalu lintas teman penulis diminta mengambil jalur kanan. Jalur kanan sebenarnya digunakan untuk jalur putar balik, namun karena diminta petugas lalu lintas maka teman penulis mengambil jalur kanan. Saat melintas di jalur putar balik, ternyata beberapa kendaraan termasuk teman penulis harus berhenti dan mendapatkan tilang karena melanggar rambu lalu lintas oleh petugas lalu lintas yang berjaga di putar balik. Meskipun teman penulis telah memberi penjelasan mengapa mengambil jalur kanan yang diperuntukkan untuk putar balik, tetap saja teman penulis mendapatkan tilang. Kali ini karena tidak mau repot, saat ditawarkan damai, akhirnya teman penulis mendamaikan diri dengan petugas polisi tersebut dengan mahar uang seratus ribu rupiah.

Mungkin pembaca juga pernah mengalami kejadian serupa dengan teman penulis. Pembelajaran yang dapat dipetik dari kejadian-kejadian tersebut adalah polisi lalu lintas merupakan figur panutan kedisiplinan di jalan raya. Polisi lalu lintas sebagai figur otoritas yang memiliki wewenang mengatur lalu lintas dapat menjadi model bagi pemakai jalan. Banyak petugas polisi lalu lintas yang jujur sehingga dapat menjadi panutan yang baik bagi masyarakat. Namun, ada juga polisi lalu lintas yang tidak bisa dikatakan juga jumlahnya sedikit yang seringkali dikatakan sebagai oknum yang tidak bisa dijadikan sebagai model kedisiplinan di jalan raya. Polisi baik dan polisi buruk, seringkali masyarakat tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang bisa dijadikan model atau tidak. Dampaknya munculnya perilaku kebingungan dalam berkendara di jalan raya seperti yang dialami teman penulis. Mengikuti rambu disalahkan, ikuti polisi lalu lintas juga disalahkan, seperti buah simalakama. Untungnya, kejadian tersebut tidak terulang saat teman penulis mengikuti arahan polisi lalu lintas dengan terus berjalan melewati traffic lightyang menyala merah. Hanya saja, perlu adanya peningkatan emotional labourbaik surface actingataupun deep actingbagi petugas polisi lalu lintas tersebut agar dapat menjadi model kedisiplinan lalu lintas yang lebih baikkarena polisi termasuk pekerjaan pelayanan publik.