Komparasi Sosial : Faktor Pengurang Kebahagiaan fadjar July 29, 2013

Komparasi Sosial : Faktor Pengurang Kebahagiaan

Listyo Yuwanto

Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Apakah Anda Bahagia? Apa yang membuat Anda Bahagia? Saat Anda bahagia mengapa Anda tiba-tiba merasa tidak bahagia? Pertanyaan-pertanyaan tersebut seringkali kita temui dalam kehidupan sehari-hari terkait dengan kebahagiaan. Pada dasarnya kebahagiaan tidak terikat dengan objek, subjek, ataupun situasi. Mengapa? karena begitu objek, subjek ataupun situasi yang menjadi penentu kebahagiaan tidak tercapai atau tidak ada lagi maka kebahagiaan tidak akan terwujud. Namun adakalanya ketika kita mencapai apa yang kita harapkan seperti mencapai target tertentu, memiliki benda tertentu, mengalami situasi tertentu dan kita mengatakan kita bahagia. Tidak salah dengan konsep tersebut karena pada dasarnya hal-hal yang kita dapatkan membuat kita merasa bahagia dan ini disebut sebagai kebahagiaan relatif. Setiap orang memiliki sumber penentu kebahagiaan yang berbeda-beda dan kadarnya kebahagiaan tersebut juga dapat berubah berdasarkan ukuran, waktu, dan suasana psikologis individu.

Pertanyaan mendasar, mengapa setelah kita mengatakan kita bahagia, kemudian kita dapat mengatakan sekarang saya merasa ada yang kurang, harus ada lagi yang dicapai lebih, dan merasa kurang bahagia. Itulah sifat kebahagiaan relatif. Saat sumber kebahagiaan tercapai, maka kita akan menentukan target atau capaian lagi yang lebih. Lebih di sini artinya lebih tinggi, lebih banyak, lebih indah, dari sesuatu yang telah didapatkan. Misalnya saja bentuk kebahagian kita adalah mendapatkan gaji 2 juta, setelah tercapai gaji tersebut di suatu waktu kita akan merasa apa yang telah didapatkan masih kurang. Kita tidak lagi mensyukuri dan tidak lagi bahagia dengan gaji 2 juta tetapi ingin mendapatkan gaji lebih dari dua juta.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mengurangi nilai kebahagiaan relatif, salah satunya adalah komparasi sosial. Komparasi sosial adalah membandingkan diri kita dengan orang lain, sehingga orang lain menjadi referensi atau sumber pembanding kebahagiaan kita. Sebagai contoh harusnya kita merasa bahagia telah mendapatkan suatu posisi tertentu dalam suatu jenis pekerjaan. Namun ketika kita tahu ada orang lain yang memiliki posisi yang berbeda lebih tinggi misalnya, atau lebih nyaman dari sudut pandang kita maka kita telah melakukan yang namanya komparasi sosial. Dengan adanya proses komparasi sosial ini kita mulai melakukan pembandingan apa yang kita dapatkan atau miliki dengan yang dimiliki orang lain.

Kekhasan dalam proses komparasi sosial adalah adanya distorsi kognitif atau kesalahan dalam berpikir. Bentuk kesalahan berpikir itu adalah mengecilkan hal-hal yang kita miliki sebagai sesuatu yang tidak memiliki manfaat besar. Sebaliknya membesarkan hal-hal yang dimiliki atau dialami orang lain sebagai hal-hal yang penting. Mengapa demikian karena hal-hal yang dimiliki orang lain tidak kita miliki. Komparasi sosial biasanya akan menghasilkan ketidakpuasan terhadap diri sendiri dan hal-hal yang telah dicapai sehingga kebahagiaan menjadi berkurang.

Komparasi sosial ini tidak muncul dengan sendirinya, biasanya terjadi karena adanya faktor eksternal yang digunakan sebagai komparasi. Contoh di suatu pekerjaan sebagai karyawan pemasaran misalnya, seorang karyawan akan membandingkan dengan karyawan bagian lain ataupun karyawan di bagian yang sama dengan karakteristik yang berbeda. Karakteristik tersebut misalnya jam kerja yang berbeda, penghasilan yang lebih tinggi, kondisi ruangan ataupun fasilitas pekerjaan yang berbeda. Maka, makin berbeda kondisi orang lain dengan kondisi kita, maka komparasi sosial yang dilakukan akan cenderung menghasilkan ketidakbahagiaan atas apa yang kita peroleh atau miliki.

Makin homogen pembanding dengan kondisi kita maka komparasi sosial yang dilakukan biasanya tidak akan mengurangi kebahagiaan kita. Sebagai contoh ketika kita melakukan komparasi sosial dengan orang lain yang memiliki gaji sama, pekerjaan sama, jam kerja dan fasilitas kerja yang sama maka hasilnya adalah kita tetap merasa bahagia dengan kondisi kita sekarang. Begitu juga ketika melakukan komparasi sosial dengan orang lain yang kondisinya di bawah kita, kita tetap akan merasa bahagia dengan yang kita miliki karena orang lain sebagai pembanding tidak memiliki apa yang kita miliki.

Sebagai penutup, komparasi sosial tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan sehari-hari karena salah satu karakteristik manusia. Terdapat pola komparasi sosial, pembanding dengan orang lain yang lebih tinggi maka terdapat kecenderungan mengecilkan hal-hal yang dimiliki dan membesarkan arti penting yang dimiliki orang lain sehingga memunculkan rasa tidak bersyukur karena merasa kurang dan mengurangi kebahagiaan. Melakukan komparasi sosial dengan orang yang setara memunculkan kecenderungan hal-hal yang dimiliki dibandingkan sehingga tidak mengurangi kebahagiaan. Membandingkan dengan orang yang di bawah kita kondisinya maka akan menekankan hal-hal yang dimiliki dan tidak dimiliki orang lain sehingga memunculkan dua kemungkinan kondisi yaitu bersyukur wujud kebahagiaan atau tinggi hati (sombong).

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca.