Hati-hati dalam Memilih Jurnal untuk Publikasi fadjar May 15, 2013

Hati-hati dalam Memilih Jurnal untuk Publikasi

Oleh: Hazrul Iswadi

Departemen MIPA Ubaya

Sewaktu Penulis mengikuti kegiatan “Paper Authorship and Proposal Writing Training” pada tanggal 14 – 17 Mei 2013 di Denpasar Bali, salah satu bahasan yang didiskusikan adalah pemilihan jurnal ilmiah internasional yang baik untuk tempat publikasi bagi seorang peneliti. Pembicara pada pelatihan tersebut memaparkan beberapa pemeringkat jurnal ilmiah yang baik yang dapat digunakan oleh para peneliti untuk menentukan jurnal ilmiah internasional antara lain Scopus, Scholar.Google.com, Journalprices.com, dan Thomson Reuters Web of Science.

Pemeringkat tersebut menggunakan ukuran-ukuran tertentu untuk membuat pemeringkatan jurnal ilmiah contohnya Scopus dengan H Index atau Thomson Reuters Web of Science dengan Journal Impact Factor-nya. Jurnal yang mendapatkan skor tinggi untuk ukuran-ukuran yang ditentukan oleh pemeringkat jurnal ilmiah tersebut akan berada pada peringkat atas dan dapat dikatakan sebagai jurnal yang mempunyai pengaruh besar pada bidang-bidang ilmu tertentu.

Pada jaman digital sekarang ini ada satu jenis jurnal ilmiah selain dari jurnal dicetak yaitu open access journal. Yang termasuk dalam penerbit dari open access journal adalah penerbit yang khusus menerbitkan artikel yang dapat diunduh secara gratis (contoh: Discussiones Mathematicae), repositori riset (contoh: arXiv.org), atau repositori yang didanai pemerintah dan universitas (contoh: portal garuda dan repositori Ubaya). Artikel-artikel yang dapat diunduh secara gratis dari open access journal memberikan keuntungan tersendiri dalam hal keterbacaan dibandingkan jurnal dicetak. Dari Alma Swan (The Open Access Citation Advantage: Studies and Results to Date, 2010) disebutkan bahwa sitasi dari artikel-artikel dari beberapa disiplin ilmu mengalami peningkatan yang tajam pada open access journal. Selain daripada itu, kemudahan dalam membuat infrastruktur web dan keluasan jangkauan dari open access journal membuat keberadaan penerbit dari open access journal semakin lama semakin banyak.

Sayangnya keberadaan open access publishing yang semakin menjamur tersebut ternyata diikuti juga dugaan-dugaan penyimpangan yang dilakukan oleh sebahagian pengelolanya. Jeffrey Beall membuat daftar open access journal and publishing yang patut diduga melakukan praktek pengelolaan jurnal ilmiah yang buruk. Pada penerbit yang melakukan praktek buruk tersebut kemudian dilekatkan istilah predator jurnal. Praktek-praktek buruk tersebut antara lain: penerbit sengaja mengaburkan alamat asli penerbit, penerbit memberi nama jurnalnya seperti jurnal yang sudah mapan, penerbit memberi nama dirinya seperti penerbit dari negara maju padahal tidak, penerbit tidak mengedit sama sekali paper yang diterbitkan dijurnalnya, dan banyak praktek-praktek buruk pengelolaan jurnal lainnya. Penjelasan lengkap tentang praktek-praktek buruk yang dilakukan predator jurnal dapat dilihat di laman https://scholarlyoa.com/2012/11/30/criteria-for-determining-predatory-open-access-publishers-2nd-edition/. Masalah predator jurnal ini juga telah dibahas dua kali oleh Terry Mart di Harian Kompas.

Lantas bagaimana halnya dengan repositori universitas atau open access journal yang banyak dibuat oleh jurusan-jurusan atau prodi-prodi di Indonesia untuk menampung publikasi calon lulusan sarjana? Bukankah repositori tidak mengalami proses pengeditan? Bukankah banyak open access journal yang dibuat untuk kebutuhan publikasi calon lulusan sarjana juga tidak melakukan proses pengeditan bahkan tidak sama sekali? Apakah mereka juga termasuk dalam predator jurnal?

Jika merujuk pada analisis dari Jeffrey Beall maka repositori dan open access journal oleh prodi-prodi di atas tidak termasuk dalam kategori predator jurnal. Salah satu ciri penting dari predator jurnal adalah satu-satunya pemasukan jurnal tersebut berasal dari iuran penulis yang biasanya tinggi. Predator jurnal tidak mempunyai afiliasi yang terpercaya. Kalaupun ada lembaga yang dituliskan menaungi predator jurnal tersebut biasanya lembaganya adalah fiktif dan kamuflase. Repositori universitas digunakan sebagai tempat deposit, baik yang berbentuk preprint ataupun yang sudah diterbitkan di jurnal, karya ilmiah dari sivitas akademika universitas yang bersangkutan. Karena sifatnya condong sebagai deposit maka artikel yang ditempatkan di repositori tidak diedit. Sehingga repositori tidak bisa dikategorikan sebagai jurnal apalagi sebagai predator jurnal.

Khusus untuk open access journal oleh prodi-prodi di atas, walaupun ditengarai banyak kelemahan dalam hal proses editing tapi tidak bisa dikategorikan sebagai predator jurnal karena open access journal oleh prodi-prodi didanai dan didirikan oleh lembaga pendidikan yang dapat dilacak dan dimintai pertanggungjawabannya. Jika diketemukan plagiarisme dan mutu artikel yang rendah pada access journal oleh prodi-prodi maka publik atau masyarakat ilmiah tinggal menunjuk hidung jurusan-jurusan dan prodi-prodi yang menaungi jurnal tersebut.