Fenomena berfoto di kamar kecil Bioskop fadjar January 16, 2013

Fenomena berfoto di kamar kecil Bioskop

Berfoto bisa dilakukan oleh siapa saja untuk saat ini. Perkembangan teknologi rekam seperti kamera handphone, kamera digital, computer tablet mampu menunjang kegiatan tersebut dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Taman hiburan, pantai, pegunungan, bahkan kampus, bandara, setasiun serta kamar kecil! Fenomena berfoto di kamar kecil ini menjadi hal yang sangat menarik untuk ditulis. Tetap dengan menggunakan pendekatan semantik dan komunikasi dalam desain untuk mencocokan tanggapan dengan tanda yang ingin disampaikan oleh desainer.

Kamar kecil, secara spesifik untuk rujukan benda disebut juga dengan toilet, merupakan sebuah tempat keperluan rumah tangga untuk pembuangan kotoran, air seni atau feses. Didalam tradisi Jawa biasanya terletak pada bagian belakang rumah atau bangunan dengan sifatnya yang gelap, kotor, sempit, basah, dan lembab. Kamar kecil dinobatkan sebagai tempat terjorok di setiap bangunan. Berbeda dengan kamar kecil bioskop yang memiliki kaca yang lebar, ruang yang luas, bersih, wangi, dan selalu kering. Selain itu pencahayaan yang baik akan mendukung penampilan menjadi lebih baik. Ternyata, faktor-faktor tersebut menjadikan kamar kecil bioskop tempat favorit untuk berfoto. (Setiyadi, 2012)

Desain produk, Komunikasi Visual, Interior, Fashion, sengaja ataupun tidak membuat sebuah pernyataan melalui rupa dan bentuknya, mereka tidak akan pernah netral secara konstektual. Pernyataan tersebut akan sejalan dengan alur teori komunikasi modern. (Giard, 2009) Desainer menstransmisikan pesan melalui karya itu sendiri sebagai piranti transmisi. Karya diciptakan, ditransmisikan, diterima, dan ditanggapi dengan komponen pokok desain: a)pesan, tanda, atau kode b) keluaran (output) atau transmisi, c) masukan atau input atau resepsi, serta d) tanggapan (Chambers, 1985). Komunikasi tersebut dikatakan berhasil ketika tanda cocok dengan tanggapannya.

Kemungkinan yang terjadi dalam pengkombinasian variabel diatas adalah pertama pesan dapat dikirim namun tidak dapat diterima, hal ini terjadi pada desain yang tidak diproduksi karena terjadi gangguan komunikasi. Kedua pesan dikirim memiliki makna yang sama antara desainer dan penerimanya. Tanggapan yang terjadi sesuai dengan apa yang dimaksudkan, hal ini terjadi pada produk yang merujuk pada bentuknya sendiri sesuai dengan kegunaan dan fungsi yang dimaksudkan. Kedua kombinasi ini tidak akan menjadi gangguan dalam desain.

Berbeda dalam kombinasi ketiga dan keempat. Pesan terkirim namun tidak bermakna apa-apa bagi penerima. Dalam hal ini desainer menekankan idealismenya dengan menggunakan bahasanya sendiri, menggunakan unsur-unsur komunikasi visual yang tidak familiar. Desainer dengan aliran pos-modern banyak menggunakan unsur-unsur seperti demikian. Namun, hal yang paling berbahaya adalah ketika pesan terkirim dan diterima namun makna yang dipahami penerima berbeda atau bahkan berlawanan dengan makna yang ditransmisikan oleh desainer.

Kamar kecil bioskop tetap merujuk kepada dirinya sendiri sesuai dengan fungsi dasarnya, namun ternyata tidak juga merujuk kepada satu fungsi ideal saja. Kamar kecil bioskop tersebut mampu diinterpretasikan dengan banyak cara atau bahkan berbeda. Berfoto didalam kamar kecil bioskop bisa saja menunjukkan sebuah perlawanan makna yang ingin ditransmisikan, sesuai dengan kombinasi keempat. Pengalaman budaya yang dibawa oleh desainer mungkin juga mengalami gangguan komunikasi, berbeda dengan pengalaman budaya masyarakat ketika desain tersebut diaplikasikan di Indonesia. Atau mungkin kita sendiri yang tidak siap dengan desain tersebut? Kembali kepada kita bagaimana menerjemahkan pesan desainer kamar kecil bioskop dengan perilaku kita, mungkin tetap bisa dengan berfoto ria bersama teman-teman. Apakah anda termasuk salah satu orangnya? 😀

Ditulis oleh: Guguh Sujatmiko, S.T. Dosen Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya (UBAYA)

Ucapan Terima Kasih: Sheilla Christy Meilyana P, DMP 2008 untuk data berupa foto.

Referensi

Chambers, W. (1985). Basic Communication and Coding. Oxford: Clarendon Press.

Giard, J. (2009). Semantika Produk dan Komunikasi. In S. V. Vakeva, Semiotika Visual dan Semantika Produk (p. 13). Yogyakarta: Jalasutra.

Setiyadi, G. (2012, November). Teori Desain. Ruang Seminar ITB, Bandung, Jawa Barat, Indonesia.