Kenali Class Mold dalam Pengelolaan Industri Kemasan Plastik samueldim November 29, 2022

Kenali Class Mold dalam Pengelolaan Industri Kemasan Plastik

Reportase Warta Ubaya (@wartaubaya)

Selasa, 29 November 2022 Program Studi Teknik Mesin dan Manufaktur Universitas Surabaya (Ubaya) bekerja sama dengan Perseroan Terbatas (PT) Rapid Plast Surabaya untuk mengadakan kuliah tamu. Bertajuk ‘Pengelolaan Industri Kemasan Plastik dan Peralatannya’, kegiatan ini bertujuan memberikan wawasan kepada para peserta terkait pengelolaan kemasan plastik di lingkungan industri. Rahman Soesilo, S.Kom., M.T., selaku Plant Manager PT. Rapid Plast Surabaya dan Nova Tri Nugroho, S.T., selaku Mold and Tooling Engineering Supervisor PT. Rapid Plast Surabaya hadir sebagai narasumber pada kegiatan kali ini. Sedikitnya puluhan peserta dari kalangan mahasiswa Ubaya hadir dalam kegiatan yang gelar secara daring melalui Zoom Meeting.

Nova menjelaskan terkait injection mold yang terdiri dari lima kategori atau class mold. Kategori terendah yaitu Class 105 Mold dengan jumlah cycles kurang dari 500. “Misalnya ada proyek baru yang belum mempunyai market, biasanya kami menggunakan prototipe pada kategori ini,” papar Nova. Selanjutnya, Class 104 Mold dengan jumlah cycles di bawah 100 ribu dan tingkat produksinya masih rendah. Kemudian, Class 103 Mold dengan jumlah cycles sekitar 500 ribu dan sudah mulai populer di industri plastik. Lalu, Class 102 Mold dengan jumlah cycles lebih dari satu juta dan sudah mulai digunakan oleh beberapa perusahaan nasional. “Terakhir, Class 101 Mold dengan jumlah cycles lebih dari satu juta, produksinya juga sudah semakin cepat. Rapid Plast berada di kategori ini,” jelas Nova.

Tak sampai di situ, Nova turut menyampaikan beberapa kategori mold, yaitu: injection mold, extrusion blow mold, dan injection stretch blow mold. Berfokus pada injection mold, Nova mengungkapkan bahwa kategori ini terdiri dari cold runner, semi hot runner, dan fully hot runner. “Cold runner masih menyisakan plastik yang bisa diproduksi atau dijual kembali; semi hot runner memiliki runner dengan jumlah yang sedikit; dan fully hot runner yang tidak mempunyai waste,” tutur Nova. Tak lupa ia menyatakan bahwa Rapid Plast menggunakan kategori fully hot runner karena efisiensi material yang lebih terjaga serta tidak menyisakan plastik. “Dengan begitu, produksi pun lebih cepat meningkat dibandingkan saat menggunakan cold runner,” tambah Nova. Namun, penggunaan fully hot runner cenderung memakan biaya yang lebih mahal dibandingkan cold runner atau semi hot runner.

Sesi tanya jawab menjadi sesi terakhir pada kegiatan ini. Salah satu peserta dari Fakultas Teknik Ubaya angkatan 2021, Esliter, bertanya terkait, “Dalam sehari, berapa jumlah produk yang eror serta waktu yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi masalah dari eror tersebut?” Menanggapi pertanyaan itu, Nova menjawab bahwa produk eror tergantung pada produk yang dihasilkan beserta karakteristiknya. “Jika produknya lancar, maka erornya bisa di bawah seratus unit per hari. Namun, ada beberapa faktor yang tidak bisa dikontrol, seperti kenaikan temperature chiller, kekurangan material, serta human error,” imbuh Nova. Ia juga menyatakan bahwa untuk memperbaikinya, diperlukan ilmu, pengalaman, serta ketelatenan dalam bidang pengelolaan kemasan plastik. “Jika karyawannya sudah berpengalaman, biasanya hanya satu hingga lima menit. Namun, jika karyawannya belum berpengalaman, biasanya bisa sampai satu shift,” tutup Nova.(dhi/vnd)