Kenalkan SCQA dan Lateral Thinking sebagai Kunci Utama Case Solving samueldim November 26, 2022

Kenalkan SCQA dan Lateral Thinking sebagai Kunci Utama Case Solving

Reportase Warta Ubaya (@wartaubaya)

Sabtu, 26 November 2022, Jurusan Manajemen Fakultas Bisnis dan Ekonomi Universitas Surabaya (FBE Ubaya) bersama MarkPlus., Inc. menyelenggarakan Workshop Case Solving dalam dunia bisnis yang merupakan rangkaian dari hibah program Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM). Acara ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada para peserta mengenai cara menganalisis dan menyelesaikan business case. Diselenggarakan secara luring di Ruang Serbaguna FBE Kampus II Ubaya, workshop dihadiri oleh ratusan peserta kalangan Ubaya. Ferdy Herdi Hartanto, S.T., M.M., selaku Senior Manager MarkPlus., Inc hadir sebagai pembicara dalam acara ini.

Selaku Ketua Jurusan Manajemen FBE Ubaya, Dr. Deddy Marciano, S.E., M.M., CBC., CSA., CIB., CRP. turut menyampaikan sambutannya. Deddy memaparkan bahwa melalui case study, individu dapat mempelajari hal-hal baru dari pengalaman orang lain. “Semakin banyak melakukan case study, kita akan semakin kaya pengetahuan,” tuturnya. Selain itu, Deddy juga mengatakan bahwa dengan melakukan case study, individu dapat lebih siap ketika dihadapkan dengan situasi serupa dalam dunia kerja.

Ferdy memaparkan bahwa dalam memecahkan sebuah kasus bisnis, penting untuk berpikir dengan kerangka Situation, Complication, Question, dan Answer (SCQA). “Pertama-tama, kita harus memahami situasi yang sedang terjadi dan komplikasi atau kendala yang menghalangi perusahaan,” ujar Ferdy. Kemudian, melalui pemahaman atas situasi dan komplikasi tersebut, individu akan mengembangkan pertanyaan utama terkait dengan kendala yang terjadi. “Setelah memahami situasi dan komplikasi, serta mengembangkan pertanyaan utama, barulah kita dapat memberikan jawaban atau solusi yang mampu memberikan dampak besar bagi perusahaan,” jelasnya.

Selain SCQA, berpikir secara lateral juga penting dalam mengerjakan business case. “Lateral disini berarti mampu berpikir secara divergent dan convergent,” ucap Ferdy. Divergent thinking lebih berfokus pada penggunaan imajinasi untuk membuat beberapa pilihan alternatif. “Sedangkan, convergent thinking lebih menekankan pada penggunaan logika untuk memutuskan alternatif yang akan dieksekusi,” jelasnya. Apabila individu melakukan kedua hal tersebut, akan timbul proses sistematik untuk menghasilkan pemikiran yang inovatif.

Lebih lanjut, Ferdy juga menyampaikan beberapa tips dan trik untuk memecahkan sebuah kasus bisnis, antara lain: menggunakan asumsi yang dapat dipertanggungjawabkan, melibatkan tim secara maksimal, memastikan bahwa rekomendasi dari solusi yang diberikan dapat diukur dan berdampak positif, serta tidak takut untuk mengambil risiko dalam memberikan inovasi. Selain itu, Ferdy mengatakan, “Dalam solving business case, terdapat 80-20 rule.” Dalam rule tersebut, 80 persen waktu dan tenaga difokuskan pada pembuatan ide kreatif dan inovatif. “Barulah sisanya sebesar 20 persen difokuskan pada dampak yang diharapkan,” tutur Ferdy.(RE1, jes/jes)