Ubaya Berkontribusi dalam Upaya Pengembangan Budaya Panji samueldim October 6, 2022

Ubaya Berkontribusi dalam Upaya Pengembangan Budaya Panji

Reportase Warta Ubaya (@wartaubaya)

Kamis, 6 Oktober 2022 Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya (FIK Ubaya) berkolaborasi dengan Program Doktor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menyelenggarakan sebuah acara bertajuk “Ngeacute;weacute;ng-eacute;weacute;ng Crito Panji”. Acara ini mendatangkan dua Dosen FIK Ubaya sebagai narasumber, yakni Wyna Herdiana, S.T., M.Ds., dengan topik “Aktualisasi Cerita Romansa Panji pada Perhiasan Perak untuk Pengantin” serta Guguh Sujatmiko, S.T., M.Ds., dengan topik “Desain Board Game Cerita Panji Sebagai Souvenir Jawa Timur”. Acara ini diselenggarakan sebagai platform presentasi kedua narasumber terkait rancangan karya bertema Panji. Dilaksanakan secara online melalui media Zoom, acara ini dihadiri oleh ratusan partisipan dari kalangan Ubaya dan non Ubaya.

Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tahun 1993-1998 sekaligus penggiat budaya Panji memberikan sambutannya dalam acara ini. Beliau menyampaikan perasaan senangnya karena Ubaya berkontribusi dalam pengembangan budaya Panji. “Saya merasa senang karena kedua narasumber hari ini mengembangkan karya yang mengarah pada sosialisasi budaya Panji. Satu membahas paket pengantin dan yang kedua board game,” kata Prof Wardiman. Menurut beliau, kedua pilihan karya yang dilakukan sudah memiliki arah yang tepat. “Hal ini dikarenakan kedua karya tersebut sudah mengaitkan budaya dengan kehidupan nyata,” tambahnya.

Beralih pada sesi presentasi, Wyna memaparkan latar belakang pemilihan perhiasan sebagai objek karya miliknya. Wyna menyatakan bahwa perhiasan merupakan produk budaya lokal yang identik dengan keindahan. “Sebagian masyarakat turut menjadikan perhiasan sebagai suatu simbol bagi orang yang memakainya,” tuturnya. Selain itu, objek karya Wyna juga terinspirasi dari semakin berkembangnya perhiasan tradisional. Menurutnya, saat ini semakin banyak bermunculan desainer yang merancang perhiasan tradisional. “Beberapa diantaranya yaitu The Palace dengan desainer Samuel Wattimena, Tulola Design, dan Hartadinata Abadi” ucapnya.

Selain Wyna, Guguh turut melakukan presentasi terkait bagaimana budaya Panji dapat dijadikan souvenir Jawa Timur. “Souvenir design akan dibuat sebagai sebuah artefak,” jelasnya. Karya tersebut dibuat dengan bentuk tiga dimensi sehingga dapat dilihat dari segala arah. Guguh berharap souvenir design tersebut dapat menjadi sebuah kebanggaan bagi pemiliknya. “Dengan souvenir ini, pemiliknya dapat mengatakan bahwa ia dari Jawa Timur dengan bangga karena artefak tersebut cuma bisa didapatkan di Jawa Timur,” jelasnya.

Pemaparan presentasi dari kedua narasumber banyak mengundang pertanyaan dari partisipan. Seorang partisipan mengajukan sebuah pertanyaan, “Mengapa komponen artefak dari board game harus berupa tiga dimensi?” Menjawab pertanyaan tersebut, Guguh menjelaskan bahwa sebenarnya Panji merupakan hal yang tidak dapat didefinisikan. Hal ini dikarenakan Panji budaya berkembang melalui budaya tutur. Menurutnya, bentuk tiga dimensi ini bertujuan untuk menjembatani antara budaya tutur tersebut dengan adanya kepemilikan terhadap karakter Panji. “Selain itu, artefak tersebut juga dapat dijual terpisah, mungkin untuk ditaruh meja atau lemari” tutupnya. (jv)