MOB Ubaya Day 2, Cerita dari Mawapres dan Ormawa Fair hayuning August 19, 2022

MOB Ubaya Day 2, Cerita dari Mawapres dan Ormawa Fair

Universitas Surabaya (Ubaya) menyelenggarakan Masa Orientasi Bersama (MOB) hari kedua pada Jumat, 19 Agustus 2022. MOB hari kedua ini terdiri dari berbagai rangkaian acara, salah satunya youth movement yang mendatangkan para mahasiswa berprestasi (mawapres) di Ubaya sebagai narasumbernya.Salah satunya adalah Jofinka Putri Bandini. Mahasiswi Fakultas Hukum Ubaya angkatan 2019 yang merupakan finalis Miss Indonesia 2022 perwakilan Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta hadir membagikan pengalamannya selama berkuliah di Ubaya. Dilaksanakan secara offline di Kampus II Ubaya, Tenggilis, MOB hari kedua diikuti oleh 1827 mahasiswa baru (maharu).

Jofinka membuka sesi sharing dengan menceritakan pengalamannya saat masih menjadi maharu. “Ketika masih semester satu, tidak mudah bagi saya sebagai anak rantau untuk beradaptasi walaupun berasal dari Jakarta,” papar Jofinka. Kala itu, ia bingung terkait cara agar bisa berkuliah dengan nyaman dan mempunyai banyak teman. Akhirnya, Jofinka memutuskan untuk keluar dari zona nyaman dengan mengikuti organisasi seperti Kelompok Studi Mahasiswa (KSM) dan berbagai lomba, salah satunya National Moot Court Competition (NMCC). Jofinka menuturkan bahwa hal tersebut mendapat dukungan dari para dosen dan karyawan. “Dari situ, saya menyadari bahwa Ubaya sangat mendukung mahasiswa-mahasiswanya untuk berprestasi,” lanjut Jofinka.

Melanjutkan sesi sharing, Jofinka menceritakan bahwa Ubaya mendukung dirinya secara penuh untuk mengikuti suatu kontes kecantikan, yaitu Miss Indonesia 2022. “Rasanya sungguh takjub dan bersyukur karena apa yang saya lakukan ini berkat support dari Ubaya,” tutur Jofinka. Ia turut menceritakan isu yang ia angkat dalam ajang Miss Indonesia 2022 merupakan hal yang dipelajarinya selama berkuliah di Fakultas Hukum Ubaya, yakni Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak. Tak hanya itu, Jofinka juga mengatakan bahwa Ubaya selalu mendukungnya melalui pendampingan dan publikasi. “Menurut saya itu sangat luar biasa karena tidak semua kampus seperti itu. Hanya dengan berkuliah di Ubaya, saya bisa menggapai segala potensi diri yang saya miliki,” takjub Jofinka.

Di akhir sesi, Jofinka menyatakan harapannya untuk para maharu. “Semoga teman-teman bisa memanfaatkan waktu, fasilitas, serta ilmu yang diberikan oleh dosen dengan baik,” harap Jofinka. Ia juga berharap bahwa apa yang telah disampaikannya pada sesi sharing tersebut bisa bermanfaat serta memberikan banyak insight untuk maharu. “Lupakan semua kegagalan kalian di masa lalu, jadilah orang baru di fakultas masing-masing dan Ubaya,” tegas Jofinka.

Pemaparan yang dilakukan Jofinka berhasil menarik perhatian para maharu. Salah satu maharu dari Fakultas Industri Kreatif (FIK) Ubaya, Amelia, menanyakan terkait cara mengatasi rasa jenuh ketika melakukan jadwal yang sama setiap minggunya. Menanggapi pertanyaan tersebut, Jofinka menjawab bahwa jenuh merupakan alarm bahwa diri kita mungkin sudah lelah atau capek. “Hal yang saya lakukan yaitu rehat sejenak dan mengapresiasi diri sekaligus rewind tentang progress beberapa hari terakhir,” jelas Jofinka. Kemudian, sebagai bentuk self-reward, Jofinka menyarankan maharu untuk bisa melakukan hal yang disukai, seperti liburan, movie marathon, dan sebagainya. “Namun istirahatnya tidak boleh berlebihan, ya,” pungkas Jofinka.

Selain penjelasan mawapres, para maharu diberi kesempatan untuk mengeksplorasi apa yang menjadi kesenangannya melalui ormawa fair. Pada hari yang sama setelah mendengar penjelasan mawapres, mahasiswa dibagi menjadi dua tim besar. Masing-masing tim mendapat kesempatan untuk melihat suguhan performance dari seluruh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang ada di Ubaya. Setelah melihat suguhan performance, mereka berkeliling di stand-stand UKM untuk berinteraksi langsung dengan mahasiswa aktivis yang terlibat di masing-masing UKM. Ubaya mewadahi kegiatan mahasiswa yang beragam, mulai dari sports, keagamaan, ketrampilan, ataupun human interest. (dhi, sml)