Tahu Lebih Dalam Seputar Quarter Life Crisis samueldim May 19, 2022

Tahu Lebih Dalam Seputar Quarter Life Crisis

Sabtu, 14 Mei 2022 Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Psikologi Universitas Surabaya (Ubaya) mengadakan webinar bertajuk “Quarter Life Crisis: How to Deal with It?”. Dilaksanakannya webinar ini bertujuan agar partisipan dapat memperoleh informasi seputar quarter life crisis. Eza Hazami, S. Psi., selaku Recruitment and Employer Branding Specialist dan Honey Wahyuni Sugiharto Elgeka, S. Psi., M. Ed., selaku dosen Fakultas Psikologi Ubaya hadir sebagai narasumber dalam webinar ini. Berlangsung melalui Zoom, webinar ini berhasil menarik ratusan partisipan dari kalangan Ubaya dan non Ubaya.

Honey menuturkan bahwa quarter life crisis merupakan sebuah cobaan dalam hal pengambilan keputusan. Dalam konteks ini, keputusan tersebut dapat berupa karier, finansial, bagaimana kita mengelola kehidupan, atau pasangan hidup. Honey menambahkan bahwa quarter life crisis menjadi semakin menggelisahkan saat menjelang lulus kuliah. Hal tersebut seringHoneytemui pada mahasiswa semester tujuh atau delapan yang mengerjakan skripsi dengan wajah kalut. “Saat ditanya, mereka cenderung akan menjawab karena skripsi. Jika ditelusuri lebih dalam, perasaan itu muncul karena individu memiliki ekspektasi yang tinggi namuntakut serta meragukan diri sendiri,” jelasnya.

Diskusi dilanjutkan dengan penjelasan Eza mengenaiciri-ciri individu yang mengalami quarter life crisis. Eza mengatakanbahwa ciri-ciri yang paling terlihat yaitu munculnya perasaan cemas akanmasa depan secara berlebihan. Hal tersebut mengakibatkan individu merasa bimbang dalam mengambil keputusan. Eza menambahkan bahwa individu yang berada dalam quarter life crisis juga seringkali merasa kalah dengan pencapaian orang lain. “Ketika melihat teman yang lebih sukses, orang yang menghadapi quarter life crisis akan merasa iri,” tuturnya.

Pembahasan materi banyak menarik pertanyaan dari para partisipan. Seorang partisipan menyampaikan sebuah pertanyaan, “Apakah lebih baik break terlebih dahulu sebelum menyelesaikan masalah atau langsung berusaha menyelesaikan masalah sehingga dapat break tanpa merasa gelisah?” Menjawab pertanyaan tersebut, Honey menjelaskan bahwa tidak terdapatpatternkhusus terkait bagaimana individu menyelesaikanmasalah. Menurutnya, pilihan untuk break atau menyelesaikan masalah tergantung pada kondisi individu. “Jika kamu sudah merasa sangat exhausted atau overwhelmed, lebih baik break terlebih dahulu. Namun jika merasa mampu berpikir, kamu bisa melanjutkan untuk menyelesaikan masalah,” tutupnya. (jv)