Psikolog Sebut Kenyamanan Bikin Pelaku Prostitusi Online Sering Abaikan Risiko samueldim March 21, 2022

Psikolog Sebut Kenyamanan Bikin Pelaku Prostitusi Online Sering Abaikan Risiko

Surabaya – Prostitusi online memanfaatkan aplikasi MiChat tengah menjamur di Surabaya. Lalu apa yang menjadikan fenomena ini semakin menjamur?
Psikolog sosial dari Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya Andik Matulessy menilai sejak pendemi COVID-19 prostitusi online berbasis aplikasi memang mengalami peningkatan. Apalagi selama sejak saat itu seluruh kegiatan telah dilakukan secara online.
‘Sejak pandemi 2020 dan orang terbiasa melakukan segala sesuatu secara online, maka semua kegiatan dilakukan secara online. Termasuk prostitusi online,’ papar Andik kepada detikJatim, Jumat (4/3/2022).
Menurut Andik, aplikasi yang dimanfaatkan semakin menjamur juga karena lemahnya pengawasan. Aplikasi seperti MiChat ini juga bisa dengan gampang diunduh oleh siapapun saat ini.
‘Mudahnya akses, lemahnya pengawasan akun medsos dan mudahnya melakukan sesuatu secara anonim membuat maraknya prostitusi,’ tutur Andik.
Meski demikian, memanfaatkan aplikasi prostitusi online open booking (Open BO) MiChat bukan tanpa risiko. Risikonya ada baik untuk pengguna jasa atau pekerja seks komersial (PSK).
Ini terbukti dengan maraknya kejahatan seperti penipuan bahkan pembunuhan yang pernah terjadi. Biasanya peristiwa ini terjadi usai sesudah transaksi ini di hotel mereka bertemu.
Menurut Andik, meski mempunyai risiko tinggi kejahatan, namun prostitusi online masih menjadi tempat alternatif utama para pekerjanya. Sebab dengan kemudahan dan materi yang menjanjikan ini pelaku sering mengabaikan risiko tersebut.
‘Kalau itu dianggap sebagai sebuah pekerjaan yang menyenangkan, maka seringkali masalah risiko tidak banyak dipertimbangkan,’ ujar Andik.
‘Keinginan untuk mengumpulkan materi secara cepat lebih dominan daripada mempertimbangkan risiko mengalami pembunuhan,’ imbuhnya.
Sedangkan para pengguna, lanjut Andik, biasanya menyasar para orang-orang yang telah memasuki tahap kecanduan internet. Ini yang membuat para pengguna tak rasional meski kerap menjadi korban penipuan.
‘Orang yang adiksi pada internet termasuk pornografi biasanya akan terus mencari peluang untuk memuaskan dirinya, sehingga kadangkala tidak rasional dalam mengambil keputusan,’ kata Andik.
Senada, Elly Yuliandari, psikolog klinis Universitas Surabaya (Ubaya) mengatakan secara psikologis para pelaku atau pengguna prostitusi online yang sudah nyaman dengan yang dijalaninya Maka selanjutnya sudah tak bisa membedakan baik dan buruk dari dampaknya.
‘Ketika itu membuat dia happy maka dia akan menganggap hal itu sebagai hal yang benar sampai kemudian ada situasi yang menganggap bahwa ada pemaknaan yang lain kayak kalau dia kebiasaan melakukan hal itu,’ terang Elly.
‘Dan orang sekitar dia memberikan apresiasi maka itu akan dianggap sebagai sebuah kebenaran dan baik bagi dia. Apalagi itu terjadi di usia muda,’ tandas Elly.
Sumber: detik.com