Rektor Ubaya Ajak Hadapi Tantangan Kedepan dengan Ability to Survive samueldim November 22, 2021

Rektor Ubaya Ajak Hadapi Tantangan Kedepan dengan Ability to Survive

Sabtu, 30 Oktober 2021 Universitas Surabaya (Ubaya) kembali mengadakan Rapat Terbuka Senat Universitas Surabaya dengan Acara Tunggal Wisuda Program Diploma, Sarjana, dan Magister Periode Semester Genap 2020-2021. Kegiatan ini turut dirangkaikan dengan penyerahan wisudawan secara simbolis kepada Ikatan Alumni (IKA) Ubaya. Dengan total 958 wisudawan, acara ini sukses digelar secara daring melalui aplikasi Zoom dan kanal YouTube Ubaya Official.

Kegiatan wisuda kali ini turut dihadiri oleh Dr. Ir. Benny Lianto, M.M.B.A.T., selaku Rektor Ubaya; Dr.rer.nat. Maria Goretti Marianti Purwanto, selaku Wakil Rektor I Ubaya; Dr. Noviaty Kresna Darmasetiawan, S.Psi., M.Si., CBC., selaku Wakil Rektor II Ubaya; Dr. Dra. Christina Avanti, M.Si., Apt., selaku Wakil Rektor III Ubaya; Djuwari, S.T., Ph.D., selaku Wakil Rektor IV Ubaya; Prof. Suyanto, S.E., M.Ec.Dev., Ph.D., selaku Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Ubaya; masing-masing Dekan Fakultas dan Direktur Politeknik Ubaya; serta para Guru Besar dan Wakil Dosen dari masing-masing fakultas dan politeknik di Ubaya.

“Kami sangat percaya bahwa lulusan yang diwisuda hari ini telah siap memasuki kampus kehidupan dengan bekal soft skill dan hard skill yang diperoleh selama menempuh perkuliahan di Ubaya,” papar Benny dalam sambutannya. Tak lupa beliau menambahkan bahwa Ubaya selalu berkomitmen utuh untuk mengutamakan kualitas, karakter, dan integritas yang tinggi dalam proses pendidikan. Selain itu, Benny juga mengungkapkan bahwa Ubaya tidak hanya ingin menghasilkan lulusan dengan kemampuan akademik, melainkan juga harus memiliki ability to survive. “Lulusan Ubaya yang memiliki ability to survive pasti dapat menghadapi berbagai tantangan di masa depan,” jelasnya.

Pada kesempatan kali ini pula, Dr. Adi Toegarisman, S.H., M.H., selaku Ketua Umum IKA Ubaya turut memberikan pesan bagi para wisudawan. “Kita tidak boleh membutakan dan menyia-nyiakan apa yang ada dan terjadi di sekitar kita. Jika kita tidak bisa menjadi solusi, minimal hal tersebut dijadikan sebagai bahan pemikiran untuk diri kita,” ujar Adi. Menurutnya, apabila hal tersebut menjadi suatu kebiasaan, maka secara tidak sadar kita telah mengasah diri, baik dari aspek pemikiran, nalar, maupun hati nurani. “Suatu saat, apa yang kita tampung dalam pikiran akan menjadi bahan acuan untuk ketajaman berpikir dan kepekaan perasaan yang akan diikuti juga dengan perkembangan diri,” tutur Adi.(dhi)