Covid-19, Si Musuh Tak Terlihat samueldim September 1, 2021

Covid-19, Si Musuh Tak Terlihat

Konseling Pengembangan Diri Mahasiswa Universitas Surabaya (KPDM Ubaya) mengadakan webinar dengan judul “How to Live with an Invisible Enemy?”. Webinar yang diselenggarakan pada Kamis, 12 Agustus 2021 ini bertujuan untuk memberikan wawasan yang lebih luas mengenai penanganan Covid-19. Narasumber pada webinar ini adalah dr. Christian Hanjokar selaku Dokter Klinik Pratama Ubaya. Diselenggarakan melalui aplikasi Zoom, webinar diikuti oleh 56 partisipan.

Christian menjelaskan bahwa Covid-19 merupakan suatu penyakit infeksius yang disebabkan oleh virus corona tipe SARS-Cov 2. Ia mengungkapkan bahwa coronavirus sebenarnya telah lama ditemukan, tetapi tipenya sangatlah beragam. “Ada tipe yang ganas dan sempat booming di Hongkong pada tahun 2002 ndash; 2003 yang menyebabkan penyakit SARS,” jelasnya. Christian memaparkan bahwa Covid-19 telah bermutasi dan terbagi menjadi beberapa varian, antara lain: Alpha, Beta, Gamma, Delta, Eta, Iota, Kappa, dan Lambda. Coronavirus dapat menyebabkan berbagai gejala, seperti: demam, kelelahan, batuk, pilek, radang, sesak napas, dan gejala-gejala lain. “Setiap varian memiliki kekhususannya sendiri-sendiri,” ucap Christian. Ia juga menjelaskan bahwa masa inkubasi virus umumnya berada dalam kisaran waktu 1 ndash; 14 hari, dengan range rata-rata 1 ndash; 7 hari.

Selain itu, Christian juga menerangkan bahwa terminologi seperti Orang Dalam Pemantauan (ODP), Orang Tanpa Gejala (OTG), Pasien Dalam Pengawasan (PDP), dan terkonfirmasi telah tidak digunakan. “Kini, terminologi yang digunakan adalah kontak erat, kasus suspek, kasus probable, dan kasus konfirmasi,” ujarnya. Christian menjelaskan bahwa kontak erat berarti orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau konfirmasi Covid-19 dalam 14 hari terakhir. Ia juga menjelaskan mengenai kasus suspek, yang berarti orang dengan riwayat Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan dalam 14 hari terakhir berada dalam negara yang terdapat transmisi lokal. “Sedangkan, kasus probable adalah kasus suspek dengan ISPA berat atau meninggal dengan gambaran klinis yang meyakinkan bahwa orang tersebut terpapar Covid-19, serta belum ada hasil pemeriksaan swab antigen atau RT-PCR,” jelas Christian.

Coronavirus yang dapat menyebar dan bertransmisi melalui droplet maupun udara membuat kita harus semakin was-was dan melakukan berbagai upaya pencegahan penularan. “Harus makan makanan yang sehat,” tegas Christian. Dengan makanan yang sehat, antibodi kita akan memiliki kekuatan untuk melawan virus. Selain itu, langkah pencegahan juga dapat dilakukan dengan mengonsumsi suplemen vitamin C dan D, berolahraga secara teratur, rutin melakukan kontrol penyakit kronis, rutin membersihkan rumah, serta tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut sebelum mencuci tangan. Christian juga menekankan agar senantiasa mematuhi protokol kesehatan yang ada, antara lain: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilisasi. “Yang terakhir dan paling penting adalah mengikuti vaksinasi Covid-19,” ucapnya.

Pada sesi tanya jawab, seorang peserta bernama Christian mengajukan pertanyaan. “Apa masih perlu mengonsumsi suplemen vitamin D apabila telah berjemur?” ucapnya. Menjawab pertanyaan ini, Christian mengatakan bahwa suplemen vitamin D tidak perlu dikonsumsi apabila cara berjemurnya telah tepat. “Jika berjemur dilakukan dengan cara yang tepat, akan menghasilkan 1000 ndash; 4000 IU vitamin D,” jelasnya.(jes)