Peran Bioinformatika di Masa Depan samueldim July 30, 2021

Peran Bioinformatika di Masa Depan

Designed by rawpixel.com / Freepik

Selasa, 29 Juni 2021 Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Surabaya (LPPM Ubaya) kembali menggelar Seri Edukasi ke-31. Dengan tajuk Bioinformatics for Diseases, diharapkan peserta dapat lebih mengenal bidang ilmu bioinformatika beserta penerapannya saat ini.

“Bioinformatika merupakan penelitian, pengembangan, atau aplikasi perangkat komputasi dan pendekatannya untuk memperluas penggunaan data biologis, medis, perilaku, atau kesehatan,” papar Dr. Dra. Mariana Wahjudi, M.Si., selaku Dosen Fakultas Teknobiologi Ubaya yang merupakan pemateri dengan topik pembahasan Pengantar Bioinformatika dan Aplikasi Pada Bedah Kasus COVID-19. Menurutnya, ledakan data menjadi latar belakang munculnya bioinformatika, khususnya yang terkait dengan genome, 3D structures, dan masih banyak lainnya. Pengaplikasiannya sendiri cukup beragam, seperti: merancang obat, pengkarakterisasian keseluruhan genom, penelusuran sumber agen penyebab infeksi, molecular medicine, personalized medicine, dan masih banyak lain tanpa ada batas bidang keilmuan. “Dari data yang kita analisa secara bioinformatika, kita bisa dapat informasi mengenai mutasi dan sebagainya,” tuturnya.

Setelah mengetahui dasar dari bioinformatika, Yulanda Antonius, S.Si., M.Sc., selaku Dosen Fakultas Teknobiologi Ubaya, melanjutkan webinar dengan topik Sebuah Strategi Komputasi untuk Melawan Penyakit. Menurutnya, bioinformatika merupakan salah satu bidang ilmu yang bertujuan untuk menawarkan solusi dan analisisnya dilakukan secara komputasi. Guna mendukung hal tersebut, beragam analisis yang dilakukan menggunakan database, webserver, dan software. “Terdapat banyak sekali database atau bank data untuk mengambil sampel, seperti: NCBI, UniProt, PDB, dan lain sebagainya,” jelasnya terkait beragam database yang multifungsi. Selain itu, Yulanda turut memaparkan pengaplikasian bioinformatika terhadap dua kasus, yaitu diabetes melitus dan virus ebola. “Pada diabetes melitus, peranannya adalah mengetahui penyebab dan mencegahnya. Sedangkan pada virus ebola yakni mengenal virus ebola seperti apa, kemudian mencarikan solusi seperti mendesain obat atau vaksin,” jelasnya. Dalam tahap mendesain obat tentu diperlukan informasi terkait mekanisme virus saat menginfeksi tubuh, sehingga bioinformatika menjadi peranan penting dalam kehidupan.

Sesi tanya jawab menjadi sesi terakhir dari webinar kali ini. Berbagai peserta turut mengajukan pertanyaan kepada kedua narasumber hari ini. Seperti salah satu peserta yang menanyakan, “Seberapa efektif obat inhibitor untuk mengganti suntikan insulin bagi penderita diabetes melitus?” Dengan tangkas Yulanda menyampaikan jika diabetes yang paling umum ada dua jenis, yaitu diabetes tipe satu dan tipe dua. Diabetes tipe satu disebabkan karena tubuh tidak mampu memproduksi insulin, maka ada baiknya atau akan lebih baik jika menggunakan injeksi insulin. Sedangkan untuk diabetes tipe dua akibat lifestyle atau pola makan yang kurang terkontrol, kasusnya adalah tubuh masih mampu untuk menghasilkan insulin tapi kadarnya masih kurang. Oleh karena itu, inhibitor lebih cocok dilakukan dan diaplikasikan kepada penderita diabetes tipe dua.(jr)