Pemerintah Terlalu Optimistis Bisa Tumbuh 7 Persen samueldim June 28, 2021

Pemerintah Terlalu Optimistis Bisa Tumbuh 7 Persen

JAKARTA – Pemerintah dinilai terlalu optimistis memperkirakan bisa keluar dari resesi ekonomi pada triwulan II- 2021 atau akhir Juni mendatang. Bahkan melalui Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memperkirakan ekonomi bakal tumbuh 7 persen.
Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Esther Sri Astuti yang diminta pendapatnya dari Jakarta, Minggu (16/5) mengatakan ekonomi tumbuh 7 persen itu terlalu optimistis.
Dalam acara halal bihalal dengan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyampaikan bahwa tingkat okupansi atau keterisian kamar hotel hampir nol persen karena jumlah masyarakat yang mudik sangat sedikit.
‘Prediksi saya sampai akhir tahun 2021 kita masih akan merasakan dampak pandemi karena vaksinasi belum merata dan virus bermutasi lebih cepat. Orang yang sudah divaksin sekalipun belum tentu kebal virus Covid-19. Tahun 2022 dampak pandemi mulai berkurang, baru di 2023 ekonomi sudah pulih,’ kata Esther.
Menurut Esther, bisa tumbuh positif saja di triwulan II-2021 itu sudah disyukuri karena sektor konsumsi yang secara dominan mendorong Produk Domestik Bruto (PDB), belum pulih. ‘Jumlah pengangguran karena terdampak Covid-19 juga masih jutaan orang,’ kata Esther.
Sebelumnya, Guru Besar Ekonomi dari Universitas Brawijaya Malang, Candra Fajri Ananda, mengatakan, konsumsi rumah tangga yang lemah menjadi penyebab utama upaya pemulihan ekonomi yang dilakukan lamban.
‘Sebenarnya tren ekonomi sudah menunjukkan angka-angka yang menjanjikan, kalau kita lihat angka Purchasing Manager Index (PMI) yang naik, kemudian angka penjualan ritel serta tingkat kepercayaan konsumen yang terus tumbuh tinggi,’ kata Candra.
Walaupun begitu, dia mengakui masih ada kendala ekonomi bisa tumbuh seperti yang diharapkan, terutama konsumsi rumah tangga yang masih tumbuh negatif. Hal itu menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat untuk berbelanja dan mengkonsumsi barang dan jasa masih rendah.
Untuk itu di kuartal kedua, dimana vaksinasi sudah menjangkau lebih banyak masyarakat dan penanganan pandemi lebih bagus, termasuk program pemulihan ekonomi nasional berjalan dengan baik termasuk belanja pemerintah, diharapkan triwulan II akan tumbuh positif,’ kata Candra.
Sulit Diterima
Sementara itu, Pakar Ekonomi dari Universitas Surabaya (Ubaya), Wibisono Hardjopranoto, mengatakan, pemerintah harus menjelaskan kepada publik faktor-faktor yang menjadi tolok ukur optimisme pertumbuhan pada triwulan kedua tersebut.
‘Pernyataan itu sulit untuk diterima. Apalagi, banyak ramalan yang meleset sejak awal dari lembaga-lembaga internasional sekalipun karena penjelasannya kurang logis. Kalau Menko berharap masyarakat bisa menerima ekonomi melompat hingga 7 persen harus dijelaskan apa alasannya. Sektor mana yang bisa menopang pertumbuhan itu?,’ Tanya Wibisono.
Apalagi dari sisi pengeluaran, pemerintah memiliki keterbatasan belanja negara. Sementara konsumsi juga tetap lemah. Begitu pula dengan penopang pertumbuhan lainnya seperti ekspor.
‘Perlu juga dijelaskan, ekspor apa yang bisa menopang pertumbuhan. Apalagi daya saing tenaga kerja kita masih lemah, bonus demografi bisa meleset, bukan menjadi bonus lagi. Yang bisa kita lakukan adalah menggencarkan pemberantasan korupsi, karena korupsi jelas mengganggu pertumbuhan,’ kata Wibisono.
Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam sebuah diskusi daring akhir pekan lalu mengatakan meski kuartal I pertumbuhan ekonomi masih berkontraksi 0,74 persen, namun pada kuartal II diperkirakan dapat bergerak positif menyentuh angka 7 persen.
‘Kita lihat trennya adalah tren ke arah positif dan confirm bahwa perekonomian kita tumbuh V curve. Kita berharap bahwa pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua akan masuk jalur positif dan diperkirakan bisa mencapai 7 persen,’ kata Airlangga.
Tren positif jelasnya terlihat dari PMI yang telah mencapai 54,6 persen atau masuk level ekspansif. Demikian juga dengan indeks keyakinan konsumen yang sudah mendekati angka normal. Aktivitas ekspor dan impor juga mulai pulih serta belanja pemerintah dalam jalur positif. n ers/SB/E-9
Sumber: koran-jakarta.com