Kelompok Studi Psikologi Bencana Universitas Surabaya (KSPB Ubaya) mengadakan webinar yang berjudul Seputar Vaksin Covid-19 pada Selasa, 9 Maret 2021. Tujuan diadakannya webinar adalah mengenal vaksin Covid-19 secara lebih mendalam. dr. Elita Halimsetiono, M.Kes dan dr. Puri Safitri Hanum, Sp.PD, FINASIM hadir sebagai narasumber dalam acara ini, keduanya merupakan dosen Fakultas Kedokteran Ubaya. Diselenggarakan melalui aplikasi Zoom, webinar diikuti oleh sedikitnya 31 partisipan.
Elita mengungkapkan bahwa hingga kini masih terjadi lonjakan kasus penularan dan angka kematian akibat Covid-19. Ia memaparkan bahwa hingga saat tanggal 9 Maret 2021, Indonesia telah mencapai angka penularan sebanyak 1.334.634 dengan angka kematian 36.166. Elita menyatakan bahwa penerapan 3M yang meliputi memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak belum cukup efektif untuk mencegah resiko tertularnya Covid-19. Hal ini disebabkan rendahnya faktor ketaatan masyarakat terhadap imbauan. “Maka dari itu, upaya yang bisa kita lakukan adalah dengan melakukan vaksinasi,” jelasnya. Elita menegaskan bahwa vaksinasi bukanlah pengganti perilaku 3M, melainkan keduanya harus dijalankan secara bersamaan.
Dalam paparannya, Elita menjelaskan bahwa tujuan dilaksanakannya vaksinasi adalah untuk mencapai HERD Immunity atau yang dikenal sebagai kekebalan kelompok. “Kekebalan kelompok adalah ketika sebagian besar populasi kebal terhadap penyakit menular tertentu sehingga memberikan perlindungan tidak langsung bagi mereka yang tidak kebal,” jelas Elita. Ia menambahkan bahwa HERD Immunity dapat dicapai melalui imunisasi dengan cakupan yang tinggi dan merata. “Setelah HERD Immunity tercapai, diharapkan tingkat kesakitan dan kematian akibat Covid-19 menurun secara menyeluruh,” ucap Elita. Ia menjelaskan bahwa ketika hal tersebut telah tercapai, maka produktivitas masyarakat akan meningkat.
Melanjutkan materi Elita, Puri memaparkan lebih lanjut mengenai jenis-jenis vaksin. Ia menjelaskan bahwa vaksin diklasifikasi menjadi empat macam, antara lain: live-attenuated, inactivated, recombinant, dan toxoid. “Vaksin yang digunakan Indonesia adalah yang jenis inactivated vaccine yaitu Sinovac,” ungkapnya. Pemilihan vaksin Sinovac didasarkan beberapa alasan yakni tingginya tingkat keamanan, kemudahan penyimpanan dan pendistribusian vaksin, dan beberapa alasan lain. “Tingkat keamanan jenis vaksin inactivated ini tinggi karena merupakan jenis vaksin yang konvensional, yakni dengan menggunakan virus yang dimatikan,” ujar Puri. Ia menyampaikan bahwa penggunaan virus yang telah dimatikan tidak memungkinkan virus untuk berkembang biak, tetapi masih dapat membangun imun tubuh.
Dalam sesi tanya jawab, seorang partisipan bernama Christine menyampaikan pertanyaan, “Apakah vaksin bermanfaat untuk mencegah penularan virus corona jenis baru?”. Menanggapi hal ini, Elita mengungkapkan bahwa belakangan ini memang telah bermunculan virus-virus corona yang bermutasi. “Namun, sejauh ini WHO menyatakan bahwa vaksin Covid-19 masih memiliki efektivitas yang baik, termasuk untuk jenis mutan,” jelas Elita. Puri juga menambahkan bahwa virus-virus tersebut memiliki protein yang sama sehingga antibodi yang telah terbentuk masih dapat melawan virus corona jenis mutan. (RE1, ET)