Deteksi SARS-CoV-2 Melalui Pembahasan Penerapan Teknologi Droplet Digital PCR hayuning July 8, 2020

Deteksi SARS-CoV-2 Melalui Pembahasan Penerapan Teknologi Droplet Digital PCR

Sabtu, 27 Juni 2020 Fakultas Teknobiologi Universitas Surabaya (Ubaya) kembali gelar seminar Get To Know About Covid-19: Peran Bioteknologi Dalam Menghadapi Pandemi. Teknologi Droplet Digital PCR dan Deteksi SARS-CoV-2 menjadi tajuk pembicaraan pada webinar kali ini. Sedikitnya 50 peserta hadir dalam seminar yang digelar secara daring melalui Zoom.

“Nama virusnya sendiri adalah SARS-CoV-2, sedangkan nama penyakitnya adalah Covid-19,” ujar Leonardo Tejo Gunawan, S.Si., selaku pembicara yang merupakan alumni Ubaya yang kini bekerja di PT Sciencewerke. Menurutnya, makhluk hidup baik dia multiseluler atau uniseluler akan tersusun atas sel-sel. “Sel sendiri merupakan unit terkecil pada organisme multiseluler. Sedangkan pada organisme uniseluler, sel dapat berdiri sendiri,” lanjut Leonardo sembari pengantar Central Dogma Biologi.

Berbagai penjelasan baik protein, DNA, materi genetic, RNA, dan sebagainya yang berhubungan dengan sel turut dijabarkannya. Selain itu, perkembangan PCR dari generasi pertama hingga generasi ketiga juga turut dijabarkan saat itu. “Penggunaan DNA Binding Dye pada First Generation Polymerase Chain Reaction (PCR) umumnya menggunakan Ethidium Bromide (EtBr),” jelasnya Leonardo.

Walaupun Real Time PCR merupakan Golden Standard untuk diagnosis SARS-CoV-2, namun terdapat limitasi pada pengujiannya, seperti limitasi pada Dynamic Range dan Sensitivitas yang dapat menimbulkan kemungkinan false negative. Pasien yang mengalami gejala seperti demam dan pneumonia hanya menunjukkan hasil positif pada tes asam nukleat dari pharyngeal swab sekitar lima sampai enam hari setelah infeksi virus. “Hal itu dikarenakan false negative meningkatkan resiko transmisi infeksi,” lanjutnya.

Sesi tanya jawab menjadi sesi penutup pada serial kali ini. Mulai dari kalangan mahasiswa, akademisi, hingga peneliti turut melontarkan pertanyaan agar dapat menggali ilmu lebih dalam. Seperti salah satu peserta seminar yang menanyakan, “Apakah untuk analisis Covid-19 di Indonesia masih menggunakan PCR biasa?” Menurut Leonardo, saat ini untuk analisis Covid-19 di Indonesia masih dilakukan pembuktian optimasi dan masih menggunakan metode paling umum, yaitu quantitative PCR (qPCR). “Hal itu dikarenakan salah satunya tentu dari faktor cost yang memadai dan lebih familiar,” jawab Leonardo.(jr)