Industri Pengolahan Dalam Negeri Tertekan hayuning June 22, 2020

Industri Pengolahan Dalam Negeri Tertekan

JAKARTA ndash; Surplusnya neraca pershy;dangangan Indonesia pada Mei 2020 yang mencapai 2,09 miliar dollar AS bukan hal positif terhadap perekonoshy;mian karena lebih dipicu oleh menushy;runnya impor di tengah ekspor yang juga lesu. Justru kondisi tersebut bershy;pengaruh negatif terhadap pertumshy;buhan ekonomi dan meningkatnya jumlah pengangguran.
Ekonom dari Institute for Deveshy;lopment of Economics and Finance (Indef), Abdul Manap Pulungan, mengatakan surplus neraca perdashy;gangan karena impor bahan baku penolong dan barang modal turun sehingga menyebabkan industri pengolahan dalam negeri tertekan.
“Impornya turun signifikan. Ini bashy;haya karena impor semua barang tushy;run, bahan baku penolong dan modal, sebagian besar bahan-bahan yang di impor untuk industri,” kata Manap keshy;pada Koran Jakarta, Senin (15/6).
Kalau kondisi terus berlanjut, bisa dipastikan akan berpengaruh terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) karena industri pengolahan berperan cukup besar terhadap PDB yaitu 19 persen, dan juga terhadap penyerapan tenaga kerja yang memiliki porsi 14 persen.
“Kondisi ini tidak sehat. Surplus bukan karena ekspor meningkat, mashy;lah impor yang dibutuhkan industri yang turun,” katanya.
Dengan kondisi tersebut, pemeshy;rintah, imbaunya, harus bersungguh-sungguh meningkatkan industri bershy;basis bahan baku domestik agar tidak bergantung terus pada bahan baku impor. “Jadi, kita harus mengemshy;bangkan yang namanya hilirisasi industri yang menggunakan bahan baku industri domestik,” katanya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada Mei 2020 mengalami surplus 2,09 miliar dollar AS sehingga memshy;buat neraca perdagangan Indonesia pada 2020 telah mencapai surplus 4,31 miliar dollar AS.
Namun, catatan tersebut kurang menggembirakan karena meningkatshy;nya surplus neraca perdagangan tershy;sebut disebabkan tertekannya impor hingga 42,20 persen (year on year/ yoy) dan ekspor yang tertekan 28,95 persen yoy.
“Surplus ini kurang menggembirashy;kan karena ekspor dan impor turun lebih dalam. Ekspor semua sektor tumbuh negatif, impor turun tajam. Penurunan ini perlu diperhatikan dan diwaspadai karena akan berpeshy;ngaruh besar ke pergerakan industri kita,” kata Kepala BPS, Suhariyanto, di Jakarta, Senin (15/6).
Suhariyanto menjelaskan impor pada Mei 2020 tercatat hanya 8,44 mishy;liar dollar AS atau turun 42,20 persen dari 14,61 miliar dollar AS pada peshy;riode yang sama 2019, sementara seshy;cara bulanan (month to month/mtm) juga terkoreksi 32,65 persen dari 12,54 miliar dollar AS. “Penurunan impor yang sangat besar terjadi dari sisi migas, sementara nonmigas juga turun cukup dalam,” katanya.
Perdagangan Global
Pengamat ekonomi dari Univershy;sitas Surabaya (Ubaya), Wibisono Hardjopranoto, mengatakan konshy;traksi ekspor dan impor merupakan dampak dari penurunan aktivitas perdagangan global. “Dengan pemshy;batasan karena Covid-19, logistik inshy;ternasional dan transportasi global masih terganggu,” kata Wibisono.
Dalam kondisi yang lesu seperti saat ini, dia mengimbau untuk meshy;ningkatkan daya saing produk ekspor mulai dari penerapan teknologi, peshy;mangkasan biaya, dan pembenahan sumber daya manusia. n uyo/SB/E-9
Sumber: koran-jakarta.com