Kenali Metode Deteksi SARS-CoV-2 untuk Tekan Kasus Covid-19 hayuning June 19, 2020

Kenali Metode Deteksi SARS-CoV-2 untuk Tekan Kasus Covid-19

Sabtu, 6 Juni 2020 Fakultas Teknobiologi Universitas Surabaya (Ubaya) bersama Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Ubaya kembali menggelar Seminar Fighting Covid-19 Pandemic. Metode Deteksi SARS-CoV-2 menjadi tajuk pembicaraan pada webinar kali ini. Sedikitnya 100 peserta dari berbagai profesi se-Indonesia turut hadir dalam seminar yang digelar secara daring melalui Zoom. Prof. Suyanto, S.E., M.Ec.Dev., Ph.D., selaku Ketua LPPM Ubaya turut hadir dan membuka webinar saat itu.

“Apakah deteksi untuk Covid-19 diperlukan dalam upaya pengendalian kasus Covid-19 di Indonesia?” tanya Dr. Dra. Mariana Wahjudi, M.Si., selaku pembicara kali ini. Sebelumnya, Mariana turut menjelaskan beberapa kasus yang terjadi saat ini di Indonesia. Salah satunya diambil dari laman kompas.com yang mana disebutkan jika rapid test di Indonesia berdasarkan tracing berbeda dengan Korea Selatan. Begitu juga dengan kasus penjemputan paksa pasien Covid-19 yang dikutip dari laman Republika yang menyebutkan jika pasien tidak bersedia untuk dijemput dikarenakan pasien merasa hasil test pertama adalah negatif.

“Terdapat dua tipe uji umum untuk metode deteksi SARS-CoV-2, yaitu diagnostic test dan antibody test,” tungkas Mariana. Diagnostic test merupakan sebuah test yang dapat menunjukkan adanya infeksi Covid-19. Sedangkan antibody test digunakan untuk mendeteksi antibody yang terbentuk akibat Covid-19, bukan untuk mendiagnosa infeksi Covid-19 aktif. Pada diagnostic test sendiri terbagi menjadi dua tipe uji, yakni uji molecular (RT-PCR) dan uji Antigen.

Berbagai hal turut dijelaskan secara ringkas dan padat oleh Mariana. Mulai dari penjelasan terperinci untuk berbagai metode tersebut, cara membaca hasil dari suatu uji test, hingga cara kerja dari uji tersebut turut dijelaskannya. Tak lupa baik kelebihan serta kekurangan dari berbagai metode atau uji turut dipaparkan.

“Metode deteksi manakah yang paling akurat dan efisien?” tanya Mahfut, salah satu peserta pada sesi tanya jawab yang merupakan sesi penutup pada serial kali ini. Menurut Mariana, metode molekuler merupakan metode yang paling akurat meskipun terdapat beberapa kekurangan, salah satunya adalah ketika tidak terambilnya virus saat dilakukannya swab hidung atau tenggorokan. Begitu juga dengan Hendra Pratama dari Universitas Trinita turut menanyakan apakah mungkin jika rapid test hasilnya positif namun di PCR hasilnya negatif ataupun sebaliknya. “Sebetulnya positif diuji antibodi itu belum tentu nanti akan positif di PCR,” jawab Mariana. Hal itu dikarenakan jarak antara hari pengambilan sampel dengan hari kita terpapar akan mempengaruhi hasil tersebut.(jr)