Beramal Dengan Pola yang Benar hayuning June 15, 2020

Beramal Dengan Pola yang Benar

Sabtu, 06 Juni 2020, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Surabaya (LPPM Ubaya) mengadakan seminar online bertajuk “Empati di Dalam Charity, Adakah?”. Seminar ini dilaksanakan guna menyibak peran perilaku prososial dalam pengambilan keputusan mengikuti kegiatan charity. Berlangsung menggunakan Zoom, seminar ini dihadiri sedikitnya 50 peserta dari berbagai daerah. LPPM Ubaya mendatangkan dua dosen psikologi Ubaya sebagai narasumber yang akan membawakan materi yaitu Honey Wahyuni Sugiharto Elgeka, S.Psi., M.Ed dan Taufik Akbar Rizqi Yunanto, S.Psi., M.Psi., Psikolog.

Kegiatan dibuka dengan sambutan dari Prof. Suyanto, S.E., M.Ec.Dev., Ph.D., selaku Ketua LPPM Ubaya. Suyanto menuturkan bahwa program ini adalah program Ubaya yang melihat situasi akibat covid-19 dari segi psikologi. Selain itu, Suyanto juga memperkenalkan beberapa program lain yang telah dilakukan dalam gerakan UbayaForIndonesia.

Taufik membawakan materi mengenai bagaimana menggapai suasana hati positif dalam kegiatan charity dengan mengambil sudut pandang psikologi positif. Menurutnya, empati muncul karena banyak faktor. “Ada seseorang yang merasa bahagia ketika menolong orang lain, ada yang merasa bersalah, tapi ada juga yang menolong supaya terhindar dari rasa tidak nyaman,” jelasnya. Selain itu, Taufik juga mengatakan bahwa emosi juga memegang peran saat seseorang menolong orang lain. Taufik memberikan tips agar kita tetap dapat mencapai emosi positif ketika melakukan kegiatan charity. “Kita perlu menetapkan niat dan tujuan kita, lalu usahakan kita dapat bertemu langsung dengan penerima bantuan. Guna membahas masalah dokumentasi, Taufik berpendapat bahwa dokumentasi hanya sebagai pertanggungjawaban. “Jadi kalau bisa tidak perlu mencantumkan foto peserta. Tidak perlu menunjukkan identitas ataupun jumlah sumbangan kita, sebisa mungkin itu anonim,” ujarnya.

Sejalan dengan Taufik, Honey melanjutkan diskusi dengan menambahkan materi mengenai pandangan uang dalam proses pengambilan keputusan untuk membantu orang lain. Honey menuturkan beberapa hal yang perlu dipahami oleh kita saat ingin beramal. “Kita perlu menentukan budget untuk beramal dengan ikhlas dan bertanggung jawab. Selain itu, kita harus paham betul pada siapa dan mengapa kita harus beramal,” jelasnya.

Menjelang akhir sesi banyak pertanyaan telah diberikan oleh peserta, salah satunya Neng Sri Nuraeni dari UIN Jakarta. “Bila ada kasus dimana ada orang yang komplain minta diberi sumbangan walaupun ia mampu. Bagaimana pandangan psikologi saat melihat kondisi ini?” tanyanya. Pertanyaan ini memancing reaksi yang sama dari kedua narasumber. “Kalau melihat kondisi saat ini mau tidak mau kita harus adil. Mungkin secara emosional dan kognitif orang itu ingin diperlakukan sama seperti yang lain,” jawab Honey. (et)