Kembangkan Kecerdasan Emosi Pada Anak hayuning May 28, 2020

Kembangkan Kecerdasan Emosi Pada Anak

Minggu, 17 Mei 2020, Pusat Konsultasi dan Layanan Psikologi Universitas Surabaya (PKLP Ubaya) menyelenggarakan webinar yang bertajuk “Mengembangkan Kecerdasan Emosi Anak Selama Masa Belajar di Rumah”. Dua narasumber yaitu Ivonne Endrika, S.Psi., Psikolog selaku Kepala Divisi Taman Penitipan Anak Rumah Ceria Ubaya dan Shinta Oktaviani, S.Psi., Psikolog selaku Kepala Divisi Sanggar Kreativitas Ubaya.

Webinar ini bertujuan untuk menjelaskan pentingnya kecerdasan anak tidak hanya dalam segi kognitif tapi juga segi emosi. Sedikitnya 115 peserta dari berbagai daerah turut menyimak webinar yang diadakan menggunakan Zoom.

Ivonne mengemukakan pentingnya kecerdasan emosi dalam menunjang tumbuh kembang anak. Menurutnya, anak dapat dikatakan cerdas secara emosional bila mereka mampu mengenali dan mengelola emosinya, memotivasi dirinya, mengenali emosi orang lain, serta dapat membina hubungan. Cara membentuk kecerdasan emosional sendiri dapat dimulai dari keluarga. “Berarti orang tua perlu lebih dahulu untuk memiliki EQ yang tinggi. Sehingga melalui proses modelling, anak akan meniru apa yang orang tua lakukan,” tegasnya.

Shinta membahas strategi melatih kecerdasan emosi melalui aktivitas kreatif selama masa belajar di rumah. “Anak memiliki kecerdasan emosi yang tinggi itu berasal dari keluarga. Orang tua perlu peka dan mengenali peristiwa emosi anak sebagai kesempatan untuk mendidik dan menjalani relasi dengan anak. “Orang tua juga perlu mendengarkan dan menghargai anak. Selain itu, kita perlu membantu anak untuk mengenali serta menetapkan batasan pada emosi mereka,” jelasnya.

Pada akhir sesi banyak pertanyaan telah diberikan oleh peserta, salah satunya Ketut Erli dari Bali. “Bagaimana cara saya sebagai orang tua supaya dapat mengelola emosi dengan baik? Lalu apakah penyampaian emosi kita pada anak adalah hal yang baik?” tanyanya. Ivonne menyampaikan bahwa orang tua perlu mengendalikan emosi dan mengenali diri terlebih dahulu. “Penyampaian emosi pada anak tentu saja boleh. Kata kuncinya itu ada pada komunikasi yang baik sehingga anak dapat mengerti emosi yang orang tua sampaikan pada mereka,” jelas Shinta. (et)