Tetap Sehat di Tengah Pandemi Covid-19 hayuning May 21, 2020

Tetap Sehat di Tengah Pandemi Covid-19

Magister Psikologi Profesi Universitas Surabaya (Ubaya) selenggarakan webinar yang bertajuk “Kepedulian yang Tertinggal, Usaha untuk Tetap Sehat”. Webinar ini bertujuan untuk tiap individu memperhatikan kesehatan mental di tengah pandemi COVID-19. Pada kesempatan kali ini terdapat tiga narasumber yang akan membawakan materi, yaitu: Srisiuni Sugoto. M.Si., Ph.D., Dr. Mary Philia Elisabeth. S.Psi., M.Psi., Psikolog, dan Dr. Andrian Pramadi. M.Si., Psikolog. Sedikitnya 60 peserta dari berbagai daerah turut menyimak webinar yang diadakan menggunakan Zoom pada Jumat, 15 Mei 2020.

Srisiuni membuka diskusi dengan membahas materi mengenai anak usia dini yang sehat mental meskipun dalam kondisi tetap di rumah. Menurutnya, anak usia dini perlu orang tua untuk mendapatkan kesehatan mental yang baik. “Orang tua pernah menjadi anak, tapi anak belum pernah menjadi orang tua. Jadi orang tua yang harus memahami anak bukan anak yang harus memahami orang tua,” tegas Srisiuni.

Menghadapi pandemi ini, orang tua juga mendapatkan permasalahan serta tekanan dari faktor sosial ekonomi. Namun, Srisiuni berpendapat bahwa itu tidak dapat dijadikan faktor penghambat orang tua untuk memahami anaknya. “Kita bisa mulai dengan menyemangati diri sendiri supaya bisa lebih positif.

Mary melanjutkan diskusi dengan materi bagaimana cara untuk tetap sehat. “Sesuai WHO (World Health Organization), penentu dari status kesehatan seseorang itu ditentukan oleh 3 faktor, yaitu faktor fisik, sosial, dan dari individu itu sendiri,” jelasnya. Hal ini juga diperkuat oleh pembicara ketiga. Andrian menjelaskan mengenai perilaku sehat dalam tatanan ruang dan waktu. “Lingkungan fisik dan sosial itu sangat mempengaruhi perilaku individu,” jelasnya.

Menjelang akhir sesi, antusiasme peserta tidak dapat ditahan. Banyak pertanyaan telah diberikan, salah satunya ialah Sonya dari Surabaya. “Supaya anak tidak mengganggu orang tua bekerja, salah satu caranya ialah memberikannya gadget dalam jangka waktu yang lama. Apakah hal tersebut baik untuk dilakukan?” tanyanya. Pertanyaan ini memancing reaksi yang sama dari ketiga narasumber. “Sebaiknya tidak diperbanyak gadgetnya namun bisa dengan memperbanyak aktivitas fisik. Jadi bisa mengatur kapan waktu untuk bekerja dan kapan harus bermain dengan anak,” jelas Srisiuni. (et)